TUHAN MENJADI MANUSIA

Berbagai hujatan terhadap ajaran Islam dilakukan oleh Curt Fletemier, Yusuf dan Tanti dalam buku “Sang Putra dan Sang Bulan; Kristen dan Islam” yang dijual bebas di Gramedia.
  Mereka menghujat Islam dalam rangka untuk memaksakan doktrin kristiani tentang ketuhanan Yesus kepada umat Islam. Menurut tiga evangelis itu, sangat logis jika Tuhan menjelma menjadi Yesus untuk mati menebus dosa manusia, karena tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
  “Manusia menjadi Tuhan itu mustahil, tetapi Tuhan menjadi manusia itu dapat terjadi. Tuhan Maha segalanya, dan oleh karena kasih-Nya yang besar Ia rela turun menjadi  manusia, bahkan mati untuk  menggantikan hukuman  dosa. Tuhan tahu bahwa manusia  tidak  mungkin  mampu sampai ke  surga dengan berbuat baik, karena semua itu tidak ada yang sempurna, sedangkan Tuhan adalah sempurna, sehingga Tuhan menunjukkan  kasih-Nya  dengan  menyelamatkan kita  melalui diri-Nya  sendiri. Betapapun  besarnya  dosa  saudara, Tuhan Yesus  akan mengampuni jika saudara datang dan memohon ampunan-Nya. Tuhan mengasihimu” (hlm. 16).
  Berulangkali, ketiga penulis ini mendoktrin umat Islam agar mau mengimani Yesus sebagai penjelmaan Tuhan yang mati untuk menebus dosa, antara lain ditekankan pada halaman 83 berikut:
  “Tuhan telah memberikan jalan keluarnya bagi kita, yang perlu kita lakukan adalah mengakui bahwa kita berdosa, dan  percaya pada  pengurbanan Yesus. Bicaralah kepada-Nya dalam doa, dan terimalah Yesus sebagai Tuhan.”
Untuk memisahkan umat Islam dari ajaran tauhid, sang evangelis menuding Nabi Muhammad sebagai orang yang tidak berilmu sebagai biang penolakan doktrin Kristen.
“Kurangnya pengetahuan yang benar tentang Yesus dalam diri Muhammad membuat pengertian akan Yesus menjadi berubah, dan kurangnya pengetahuan tentang Yesus dalam Al-Qur'an membuat mereka mengenal Yesus yang lain, yang pribadinya berbeda dengan yang kita kenal.” (hlm 142).
  …dalam teologi Kristen, sangat mungkin Tuhan menjelma menjadi manusia lalu mati untuk menebus dosa, karena Tuhan itu Maha Segala-galanya...
Menurut mereka, dalam teologi Kristen, sangat mungkin bila Tuhan menjelma menjadi manusia lalu mati untuk menebus dosa, karena Tuhan itu Maha Segala-galanya. Inilah rumusan teologi ‘otak-atik.’ Akal sehat dijungkirbalikkan untuk meyakini doktrin bahwa Yesus adalah manusia penjelmaan Tuhan yang mati tragis di tiang salib untuk menebus dosa manusia.

Teologi otak-atik evangelis ini sangat batil dan bertolak belakang 180 derajat dengan akidah Islam. Menurut akidah Islam, memang Allah memiliki sifat Maha Kuasa atas segala sesuatu:

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Qs Al-Ma'idah 120).
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Al-Mulk 1).

Tapi jangan lupa, Allah juga memiliki sifat Maha Suci (Al-Quddus) dari sifat-sifat tercela.
  “Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Qs Al-Jumu'ah 1, lihat juga: Al-Hasyr 23).

Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah SWT itu “laysa kamitslihi syay-un” (tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai atau serupa dengan Allah).

“Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Dia (Allah). Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Qs. Asy-Syura 11).

“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (Allah)” (Qs. al-Ikhlash 4).

Bila teologi otak-atik evangelis itu diterapkan, alangkah rusaknya keimanan dan logika manusia? Dengan kaidah bahwa Tuhan Maha Segala-galanya, maka dipahami bahwa tak mustahil Tuhan menjelma menjadi apa saja, termasuk menjadi manusia lalu mati menebus dosa.

Dengan logika yang sama-sama nakal, harus dipahami bahwa tidak mustahil dan bisa saja Tuhan menjelma menjadi kucing, anjing, babi, tokek, jangkrik, tikus, cicak, ular dan binatang menjijikkan lainnya. Bukankah kata evangelis, Tuhan Maha Segala-galanya? Dan tak ada larangan dalam Bibel bagi Tuhan untuk menjelma menjadi binatang?

Sang evangelis berargumen bahwa “manusia menjadi Tuhan itu mustahil, tetapi Tuhan menjadi manusia itu dapat terjadi karena Tuhan Maha segalanya.” Dengan argumen yang sama dapat kita pinjam logika evangelis: “Tokek menjadi Tuhan itu mustahil, tetapi Tuhan menjadi tokek itu dapat terjadi karena Tuhan Maha segalanya.” Mana yang lebih mungkin, tokek menjadi Tuhan atau Tuhan menjadi tokek? Na’udzubillah min dzalik. Inilah logika rusak buatan evangelis.

    …Jika diterapkan, logika penginjil ini aneh: Tokek menjadi Tuhan itu mustahil, tetapi Tuhan menjadi tokek itu dapat terjadi karena Tuhan Maha segalanya...

Bibel tidak mengajarkan Asmaul-Husna, sehingga meyakini Tuhan Maha Segalanya dan bisa menjelma menjadi apa saja, misalnya: menjadi manusia yang duel dengan Yakub (Kejadian 32:28); menjadi burung merpati  (Yohanes 1:32); seperti perempuan hamil yang mau melahirkan (Yesaya 42: 13-14); Tuhan kelihatan kaki-Nya (Keluaran 24:10); Tuhan kelihatan punggung-Nya (Keluaran 33:23); Tuhan lupa ketika marah (Ratapan 2:1); Tuhan mencukur kepala dan bulu paha (Yesaya 7:20); Tuhan mengaum (Yeremia 25:30); Tuhan bersiul (Zakharia 10:8); dll.

Keyakinan evangelis bahwa Tuhan menjelma menjadi manusia untuk mati disalib menebus dosa, menurut akidah Islam, lebih batil lagi. Jika manusia berbuat dosa, seharusnya manusia itu sendiri yang harus menyesal, bertobat, tidak mengulangi kesalahan, mohon ampun (istigfar) kepada Tuhan dan memperbaiki kesalahan dengan memperbanyak amal shalih.

Sungguh aneh jika manusia yang berbuat dosa kepada Tuhan, lalu Tuhan yang harus mati untuk menebus dan mengampuni dosa manusia? Aneh bin ajaib teologi otak-atik evangelis Curt Fletemier ini

2 komentar:

  1. tolol banget menafsirkan kekristenan

    klo si alloh ga bisa jadi manusia
    dimana kemahakuasaan si alloh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sangat menghargai orang orang yang menggunakan nalar rasional dan mengedepankan kajian ilmiah, meski datangnya dari mereka yang suka mengkritisi ISLAM dengan serpihan serpihan kalimat atau kata kata yang dipenggal penggal...itu jauh lebih baik dari pada mengungkapkan kata kata emosional yang hanya memperlihatkan kebodohannya sendiri....sesungguhnya mereka itulah orang orang yang bodoh akan tetapi mereka tidak sadar...salam

      Hapus