PENAMAAN ISLAM DAN KRISTEN

Secara dunia, agama yang dibawakan oleh Almasih disebut dengan Kristen (Christianity) sementara faham kebajikan yang dibawa oleh Muhammad Saw akan dinamakan dengan Islam. Di luar itu pula, sebenarnya nama agama yang dibawa oleh Almasih, secara Arab dinamakan dengan Nasrani. Menarik sekali untuk dibahas, bahwa pada masa awal persinggungan Islam dengan dunia Barat secara intelektual, Islam yang satu ini dinamakan oleh semua sarjana Barat sebagai Muhammadisme, mengingat agama tersebut dibawakan oleh seseorang yang diperkenalkan dengan nama Muhammad. Pada saat selanjutnya semua dunia Muslim menolak penamaan tersebut karena sebenarnya ada perbedaan yang amat mendasar antara Muhammadisme dengan Islam. Dunia Islam beruntung dengan penolakan ini: Barat segera melupakan penamaan Muhammadisme dan selalu menggunakan nama Islam sebagai gantinya; memang itu adalah nama yang diajarkan oleh Muhammad Saw dan Tuhan Semesta Alam, Swt.

a. Kristen.

Agama ini untuk pertama kalinya diperkenalkan dengan nama Kristen di Barat, dan Nasrani di kawasan yang berbahasa Arab dan untuk selanjutnya memang agama tersebut dinamakan dengan sebutan demikian. Bisa ditelusuri bahwa kata /Kristen/ berasal dari nama pendiri agama tersebut yaitu Almasih: Yesus Kristus. Sementara dalam literature Arab agama ini disebut dengan Nasrani yang sebenarnya penamaan tersebut berasal dari kata /nasirah/, Arabisasi dari kata /Nazareth/, suatu nama daerah tempat kelahiran Almasih.

Sebenarnya trend penamaan agama dengan cara tersebut berlaku secara universal, kecuali untuk Islam. Agama Yahudi terambil dari kata /Yudea/, tempat di mana anak-anak Israel hidup dalam petunjuk Tuhan, kala itu. Pun secara Barat agama ini dinamakan dengan Jews, penginggrisan dari kata /Yudea/ tersebut. Untuk Kong Hu Chu, nama agama ini terambil dari nama pendirinya, yaitu Kong Hu Chu sendiri, begitu juga dengan Buddha dan Zoroaster untuk Zara Tustra. Sementara cara penamaan agama Hindu, lebih mirip dengan agama Yahudi: kata Hindu berasal dari suatu bangsa yang berbahasa dan berbangsa Hindi, di tanah Hindustan.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa nama agama hanya akan menyiratkan nama pendiri dari agama tersebut mau pun nama daerah asal dari agama tersebut. Ini berarti suatu kultus individu mau pun ‘personal-sentris’ dilibatkan secara utuh dan global dalam penamaan agama (kecuali Islam). Dalam kasus ini, semua orang Kristen percaya bahwa semua kebajikan hidup seutuhnya terperikan dalam peri kehidupan Yesus Kristus, seorang warga perkampungan manusia yang hidup pada masa Herodes memerintah Romawi Timur.

Bagi Kristen sendiri ini merupakan satu-satunya jalan untuk menamai faham dan Iman mereka walau pun ini pada akhirnya cara penamaan tersebut tak akan menimbulkan perbedaan sedikit pun dengan agama lainnya di dunia ini –kecuali Islam.

b. Islam.

Menurut cara-cara yang biasa digunakan umat manusia dalam penamaan faham Iman mereka, bisa dipastikan pasti semua umat Muslim di dunia akan menamai faham kebajikan mereka dengan sebutan Muhammadisme (karena agama ini ‘dibawa’ oleh seorang Arab yang bernama Muhammad) atau pun agama Mekkis, yang terambil dari kata Mekkah, tempat lahir dan berjuangnya Muhammad Saw untuk menegakkan agama tersebut. Namun justru pada kenyataannya agama tersebut dinamakan dengan /Islam/ yang sama sekali tak akan pernah berarti ‘Muhammad’ Saw mau pun ‘Mekkah’, terlebih ‘Arab’. Lebih dari itu, Islam sama sekali tak akan pernah berarti ‘Allah Swt’, Tuhan Yang disembah oleh penganut agama ini.

/Islam/ menurut bahasa Arab, berasal dari tiga kata yang berbeda artinya namun akan saling mempengaruhi satu sama lainnya: satu kata akan berarti kesempurnaan, kemudian yang lain akan berarti penyerahan diri, dan yang terakhir berarti keselamatan. Ini berarti adanya suatu penekanan yang lebih dalam agama Islam, yang berarti Islam akan selalu diarahkan untuk membawa pada kesempurnaan hidup, kesempurnaan ajaran, yang mengajarkan umatNya untuk selalu berserah diri kepada semua konstitusi Tuhan Yang Maha Mengetahui segala Hal, dan kemudian berdasarkan namanya, Islam akan membawa umatNya kepada suatu jalan keselamatan lahiriah dan bathiniah bagi individual, kemasyarakatan, kenegaraan, baik di dunia mau pun di akhirat kelak. Ketiga kata tersebut akan menjadi tiga pilar utama dari kesempurnaan suatu agama: kesempurnaan hidup dan kesempurnaan ajaran, penyerahan diri kepada suatu agama yang memang terbukti sempurna, dan kemudian keselamatan sebagai konsekwensi dari penyerahan diri kepada ajaran yang sempuran tersebut.

Berdasarkan arti yang terkandung dalam nama /Islam/ tersebut, dapat dipahami betapa nama agama ini telah disiapkan secara konseptual dan bernilai argumentative yang amat tinggi. Tidak dapat tidak bahwa penamaan agama ini memang telah direncanakan sejak awal mengingat betapa rumit dan konseptualnya penamaan tersebut. Tak dapat dihindari untuk menyimpulkan bahwa penamaan agama tersebut (Islam) tak pernah dilakukan oleh Muhammad Saw mau pun manusia mana pun setelah masa Muhammad Saw. Bahkan secara internal sendiri, Muhammad Saw menyatakan bahwa penamaan tersebut memang datang dari Tuhan sendiri melalui beberapa ayat suci yang diturunkan Allah Swt kepadanya.

_.:oOo:._

Sungguh, konsekwensi yang paling logis dari kasus penamaan agama yang dibawa oleh Muhammad Saw ini adalah adanya satu-satunya jalan untuk menyimpulkan bahwa penamaan agama tersebut memang hanya dilakukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa Yang telah menurunkan Islam tersebut. Jika Tuhan (dalam hal ini Dia adalah Allah Swt) sama sekali tak pernah turun tangan dalam penamaan agama tersebut, pastilah umat dunia akan mengenal agama ini dengan nama Muhammadisme mau pun Mekkis mau pun agama Arabis (atau apa pun!), demi untuk mengikuti trend penamaan agama yang berlaku secara universal tersebut. Namun kenyataannya justru Islam menjadi satu-satunya agama yang penamaannya benar-benar ‘distinguished’, bermartabat dan konseptual.

Bisa dipastikan bahwa konsep kesempurnaan hidup dan kesempurnaan ajaran, penyerahan diri kepada Tuhan dengan semua konstitusiNya dan kemudian jalan keselamatan, akan menjadi monopoli Islam semata mengingat ketiga unsur tersebut menjadi nama dari Islam, sejatinya, sejak awal jauh sebelum semua agama mengadopsi konsep-konsep tersebut.

Di luar itu, jika memang Nasrani adalah suatu jalan rohani yang memang berasal dari Tuhan, maka penamaan yang semata mengikuti trend sosiologis anthropologis akan mengakibatkan klaim bahwa Nasrani berasal dari Surga, tetap berada dalam keraguan. Bukanlah suatu kebajikan berfikir yang amat paripurna di mana Tuhan yang membina suatu agama akan membiarkan agama tersebut diberi nama oleh sesuatu yang bukan diriNya sendiri. Tuhan yang meninggalkan agamaNya untuk diberi nama oleh manusia penganutnya (bukan diriNya sendiri) dipastikan Tuhan yang tidak sempurna dalam pekerjaanNya dan ini amat fatal untuk dijadikan argument. Logikanya, tidak pernah seorang penemu meninggalkan hasil temuannya begitu saja dan membiarkan orang lain memberi nama dari temuannya. Ketidak-sempurnaan dari pekerjaanNya jelas terdeteksi dalam kasus penamaan Nasrani tersebut sementara tidak mungkin umat manusia akan mengenal adanya Tuhan Yang tidak sempurna.

Secara parallel, penamaan Nasrani yang mengikuti modus operandi yang umum terjadi pada semua agama (kecuali Islam) mengindikasikan bahwa agama tersebut bukanlah datang dari Surga. Ada suatu kesalahan yang amat fatal di mana penamaan agama tersebut mengikuti nama pendiri dari agama tersebut (yaitu Yesus Kristus) jika ingin dikatakan bahwa agama tersebut memang datang dari Surga –sefatal agama lain (selain Islam) yang penamaannya memang berdasarkan trend sosiologis anthropologis. Ini tidak bisa dihindari untuk diakui.

Penting untuk ditegaskan jika memang Nasrani berasal dari Tuhan dan memang merupakan Karya Tuhan untuk Iman dunia, maka sungguh, kelak agama ini akan mempunyai nama yang amat konseptual dan non-kultuisme, non-person-sentris. Kata /Islam/ (yang berarti perfection, devotion, dan salvation) adalah kata yang amat tepat untuk nama agama tersebut karena tidak ada lagi kata yang lebih baik dari /Islam/.

Secara mendasar akhirnya digariskan, bahwa penamaan Kristen mau pun Nasrani untuk agama yang dibawa oleh Almasih (yang tidak dilakukan oleh Tuhan melainkan oleh peri-akal manusia belaka) sedikit pun tak akan dapat menolong agama Kristen dari kemungkinannya untuk ditolak oleh kebajikan akal: agama ini biar bagaimana pun telah gagal dalam menerima penamaan dari Tuhan –seperti agama lain kecuali Islam. Campur-tangan Tuhan yang sempurna dan menyeluruh dalam penamaan agama (total naming) yang dibawa oleh Muhammad Saw amat jelas: Islam. Oleh karena itu terdapat konsekwensi mendasar dari adanya penamaan ini atas Islam: di dalam Islam benar-benar terdapat campur-tangan Tuhan, dan ini harus berarti bahwa Islam memang benar merupakan karya Tuhan bagi Iman dunia. Kristen sama sekali tak dapat menyangkal kenyataan logika ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar