Assalamu'alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh. Bismillah
Keutamaan Taubat dan Orang-orang
yang Bertaubat dalam al Qur'an
Tentang dorongan dan anjuran untuk
bertobat, Al Qur'an berbicara:
"Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."
(QS. Al Baqarah: 222).
Maka derajat apa yang lebih tinggi
dari pada mendapatkan kasih sayang Rabb semesta alam.
Dalam menceritakan tentang
ibadurrahman yang Allah SWT berikan kemuliaan dengan menisbahkan mereka
kepada-Nya, serta menjanjikan bagi mereka surga, di dalamnya mereka mendapatkan
ucapan selamat dan mereka kekal di sana,
serta mendapatkan tempat yang baik.
Firman Allah SWT:
"Dan orang-orang yang tidak
menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina,
barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat
(pembalasan)dosa(nya)." (QS. Al Furqaan: 68-70.).
Keutamaan apalagi yang lebih besar
dari pada orang yang bertaubat itu mendapatkan ampunan dari Allah SWT , hingga
keburukan mereka digantikan dengan kebaikan?
Dan dalam penjelasan tentang
keluasan ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat.
Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu
yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS.
Az-Zumar: 53)
Ayat ini membukakan pintu dengan
seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan melakuan kesalahan. Meskipun
dosa mereka telah mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasulullah
Saw:
"Jika kalian melakukan
kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit,
kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada
kalian." (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia
menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami' Shagir - 5235)
Di antara keutamaan orang-orang yang
bertaubat adalah: Allah SWT menugaskan para malaikat muqarrabin untuk
beristighfar bagi mereka serta berdo'a kepada Allah SWT agar Allah SWT
menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga.
Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di
dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit.
Allah SWT berfirman:
"(Malaikat-malaikat) yang
memikul 'arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya
dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang
beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau
meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat
dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang
bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga 'Adn yang
telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak
-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya
Engkaulah Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari
(balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara
dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau
anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar."
(QS.Ghaafir: 7-9).
Terdapat banyak ayat dalam Al Qur'an
yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang yang melakukan taubat jika
taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada kemurahan
karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak merasa sempit dengan
perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka telah
demikian besar.
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Tidakkah mereka mengetahui,
bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan
bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? ." (QS.
At-Taubah: 104)
"Dan Dialah Yang menerima
taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan." (QS.
Asy-Syuuraa: 25)
Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT:
"Yang mengampuni dosa dan menerima taubat." (QS. Ghaafir: 3)
Terutama orang yang bertaubat dan
melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan
amal yang saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam masalah pria dan wanita
yang mencuri:
"Maka barangsiapa yang
bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan
memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya
Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39)
"Tuhanmu telah menetapkan atas
diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di
antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya,
dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Al An'aam: 54)
"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu
(mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya,
kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki ( dirinya) sesungguhnya
Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nahl:
119)
Puja-puji terhadap Allah SWT dengan
nama-Nya "at-Tawwab" (Maha Penerima Taubat) terdapat dalam al Quran
sebanyak sebelas tempat. Seperti dalam do'a Ibrahim dan Isma'il a.s.:
"Dan terimalah taubat kami,
sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang."
(QS. Al Baqarah: 128).
Juga seperti dalan sabda Nabi Musa
kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi:
"Maka bertaubatlah kepada Tuhan
Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu,
pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu.
Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang ." (QS.
Al Baqarah: 54)
Allah SWT berfirman kepada
Rasul-Nya:
"Sesungguhnya jikalau mereka
ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64)
Kewajiban Bertaubat dan Urgensinya
Taubat dari dosa yang dilakukan oleh
seorang mu'min --dan saat itu ia sedang berusaha menuju kepada Allah SWT --
adalah kewajiban agama. Diperintahkah oleh Al Quran, didorong oleh sunnah,
serta disepakati kewajibannnya oleh seluruh ulama, baik ulama zhahir maupun
ulama bathin. Atau ulama fiqh dan ulama suluk. Hingga Sahl bin Abdullah
berkata: Barangsiapa yang berkata bahwa taubat adalah tidak wajib maka ia telah
kafir, dan barangsiapa yang menyetujui perkataan seperti itu maka ia juga kafir.
Dan ia berkata: "Tidak ada yang lebih wajib bagi makhluk dari melakukan
taubat, dan tidak ada hukuman yang lebih berat atas manusia selain ketidak
tahuannya akan ilmu taubat, dan tidak menguasai ilmu taubat itu (Di sebutkan
oleh Abu Thalib Al Makki dalam kitabnya Qutul Qulub, juz 1 hal. 179).
Taubat dalam Al Quran
Al Quran memberi perhatian yang
besar terhadap taubat dalam banyak ayat-ayat yang tersebar dalam surah-surah
Makkiah atau Madaniah. Kita akan membaca ayat-ayat itu nantinya, insya Allah.
"Bertaubatlah kepada Allah SWT dengan Taubat yang
semurni-murninya".
Di antara perintah yang paling tegas
untuk melaksanakan taubat dalam Al Quran adalah firman Allah SWT:
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada
Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
"Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS. At Tahrim: 8).
Ini adalah perintah yang lain dari
Allah SWT dalam Al Quran kepada manusia untuk melakukan taubat dengan taubat
nasuha: yaitu taubat yang bersih dan benar. Perintah Allah SWT dalam Al Quran
itu menunjukkan wajibnya pekerjaan ini, selama tidak ada petunjuk lain yang
mengindikasikan pengertian selain itu. Sementara dalam ayat itu tidak ada
petunjuk yang lain itu. Oleh karena itu, hendaknya seluruh kaum mu'min berusaha
untuk menggapai dua hal atau dua tujuan yang pokok ini. Yaitu:
- Menghapuskan dosa-dosa
- Masuk ke dalam surga.
Seluruh individu muslim amat
membutuhkan dua hal ini:
Pertama: agar kesalahannya dihapuskan, dan dosa-dosanya diampunkan.
Karena manusia, disebabkan sifat kemanusiaannya, tidak mungkin terbebas dari
kesalahan dan dosa-dosa. Itu bermula dari kenyatan elemen pembentukan manusia
tersusun dari unsur tanah yang berasal dari bumi, dan unsur ruh yang berasal
dari langit. Salah satunya menarik ke bawah sementara bagian lainnya mengajak
ke atas. Yang pertama dapat menenggelamkan manusia pada perangai binatang atau
lebih buruk lagi, sementara yang lain dapat mengantarkan manusia ke barisan
para malaikat atau lebih tinggi lagi.
Oleh karena itu, manusia dapat
melakukan kesalahan dan membuat dosa. Dengan kenyataan itu ia membutuhkan
taubat yang utuh, sehingga ia dapat menghapus kesalahan yang diperbuatnya.
Kedua: agar ia dapat masuk surga. Siapa yang tidak mau masuk
surga? Pemikiran yang paling berat menghantui manusia adalah: akan masuk kemana
ia nantinya di akhirat. Ini adalah masalah ujung perjalanan manusia yang paling
penting: apakah ia akan selamat di akhirat atau binasa? Apakah ia akan menang
dan bahagia ataukah ia akan mengalami kebinasaaan dan penderitaan?
Keberhasilan, kemenangan dan kebahagiaan adalah terdapat dalam surga. Sedangkan
kebinasaan, kekecewaan serta penderitaan terdapat dalam neraka:
"Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS. Ali Imran: 185.).
Bertaubatlah Kalian Semua Kepada Allah
SWT, Wahai Orang-orang yang Beriman
Di antara ayat Al Quran yang
berbicara tentang taubat adalah firman Allah:
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" (QS. An-Nur: 31).
Dalam ayat ini, Allah SWT
memerintahkan kepada seluruh kaum mu'minin untuk bertaubat kepada Allah SWT,
dan tidak mengecualikan seorangpun dari mereka. Meskipun orang itu telah
demikian taat menjalankan syari'ah, dan telah menanjak dalam barisan kaum
muttaqin, namun tetap ia memerlukan taubat. Di antara kaum mu'minin ada yang
bertaubat dari dosa-dosa besar, jika ia telah melakukan dosa besar itu. Karena
ia memang bukan orang yang ma'shum (terjaga dari dosa).
Di antara mereka ada yang bertaubat
dari dosa-dosa kecil, dan sedikit sekali orang yang selamat dari dosa-dosa
macam ini. Dari mereka ada yang bertaubat dari melakukan yang syubhat. Dan
orang yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan agama dan nama baiknya.
Dan diantara mereka ada yang bertaubat dari tindakan-tindakan yang dimakruhkan.
Dan di antara mereka malah ada orang yang melakukan taubat dari kelalaian yang
terjadi dalam hati mereka. Dan dari mereka ada yang bertaubat karena mereka
berdiam diri pada maqam yang rendah dan tidak berusaha untuk mencapai maqam yang
lebih tinggi lagi.
Taubat orang awam tidak sama dengan
taubat kalangan khawas, juga tidak sama dengan taubat kalangan khawas yang
lebih tinggi lagi. Oleh karena itu ada yang mengatakan: "Kebaikan kalangan
abrar adalah kesalahan orang-orang kalangan muqarrabin!" Namun, dalam ayat
itu, semua mereka diperintahkan untuk melakukan taubat, agar mereka selamat.
Pengarang kitab Al Qamus memberikan
komentar atas ayat ini dalam kitabnya (Al Bashair): Ayat ini terdapat dalam
kelompok surah Madaniyyahh . Allah tujukan kepada kaum yang beriman dan kepada
makhluk-makhluk-Nya yang baik, agar mereka bertaubat kepada-Nya, setelah mereka
beriman, sabar, hijrah dan berjihad. Kemudian mengaitkan keberuntungan dengan
taubat "agar kalian beruntung". Yaitu mengaitkan antara sebab dengan
yang disebabkan. Dan menggunakan dengan 'adat' "la'alla" untuk
memberikan pengertian pengharapan. Yaitu jika kalian bertaubat maka kalian
diharapkan akan mendapatkan keberuntungan, dan hanya orang yang bertaubat yang
berhak mengharapkan keberuntungan itu.
Sebagian ulama suluk berkata: Taubat
adalah wajib bagi seluruh manusia, hingga bagi para nabi dan wali-wali
sekalipun. Dan janganlah engkau duga bahwa taubat hanya khusus untuk Adam a.s.
saja. Allah SWT befirman:
"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia,
kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dam memberinya
petunjuk" (QS. Thahaa: 121-122).
Namun ia adalah hukum yang azali dan
tertulis bagi umat manusia sehingga tidak mungkin dapat diterima sebaliknya.
Selama sunnah-sunnah (ketentuan) Ilahi belum tergantikan. Maka kembali --yaitu
dengan bertaubat-- kepada Allah SWT bagi setiap manusia adalah amat urgen, baik
ia seorang Nabi atau orang yang berperangai seperti babi, juga bagi wali atau
si pencuri. Abu Tamam berkata:
"Jangan engkau sangka hanya Hindun yang berhianat, itu
adalah dorongan peribadi dan setiap orang dapat berlaku seperti Hindun!
Perkataan itu didukung oleh hadits:
"Seluruh kalian adalah pembuat
salah dan dosa, dan orang yang berdosa yang paling baik adalah mereka yang
sering bertaubat". Hadits ini
diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dari Anas. Juga taubat itu adalah wajib
bagi seluruh manusia. Ia wajib dalam seluruh kondisi dan secara terus menerus.
Pengertian itu dipetik dari dalil
yang umum, Allah SWT berfirman: " dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah". Karena manusia tidak mungkin terbebaskan dari dosa yang diperbuat
oleh anggota tubuhnya. Hingga para nabi dan orang-orang yang saleh sekalipun.
Dalam Al Quran dan hadits disebutkan tentang dosa-dosa mereka, serta taubat dan
tangisan sesal mereka.
Jika suatu saat orang terbebas dari
maksiat yang dilakukan oleh tubuhnya, maka ia tidak dapat terlepas dari
keinginan berbuat maksiat dalam hatinya. Dan jikapun tidak ada keinginan itu,
dapat pula ia merasakan was-was yang ditiupkan oleh syaitan sehingga ia lupa
dari dzikir kepada Allah SWT. Dan jika tidak, dapat pula ia mengalami kelalaian
dan kurang dalam mencapai ilmu tentang Allah SWT, sifat-sifat-Nya serta
perbuatan-perbuatan-Nya. Semua itu adalah kekurangan dan masing-masing
mempunyai sebabnya. Dan membiarkan sebab-sebab itu dengan menyibukkan diri
dengan pekerjaan yang berlawanan berarti mengembalikan diri ke tingkatannya
yang rendah.
Dan manusia berbeda-beda dalam kadar
kekurangannya, bukan dalam kondisi asal mereka (Lihat: Syarh Ainul Ilmi wa
Zainul Hilm, juz 1 hal. 175. Kitab ini adalah mukhtasar (ringkasan) kitab Ihya
Ulumuddin).
Orang yang tidak Bertaubat adalah
Orang yang Zhalim
Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula
wanita -wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena) boleh Jadi
wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan)
dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk pangggilan ialah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim." (QS .Al Hujurat: 11)
Setelah Allah SWT melarang kaum
mu'minin untuk mencela seorang muslim --baik ia laki-laki atau perempuan--
serta mengejeknya dengan ucapan yang menyakitkan atau membuatnya susah; dan al-Quran
menganggap orang yang mengejek sesama muslim sebagai orang yang mengejek
dirinya sendiri, karena kaum muslimin adalah seperti satu tubuh; Al-Quran juga
melarang untuk saling panggil memanggil dengan panggilan yang buruk yang tidak
disenangi orang. Perbuatan itu semua akan memindahkan manusia dari derajat
keimanan ke derajat kefasikan. Dari seorang mu'min menjadi seorang fasik, dan
nama yang paling buruk setelah keimanan adalah kefasikan itu.
Kemudian Allah SWT berfirman:
"Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim". Ini adalah dalil akan kewajiban bertaubat.
Karena jika ia tidak bertaubat maka ia akan menjadi orang-orang zhalim. Dan
orang-orang yang zhalim tidak akan beruntung.
"Sesungguhnya orang-orang yang
zalim tidak akan beruntung." (QS. Yusuf: 23)
Juga tidak dicintai Allah SWT:
"Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
zalim."( QS. Ali 'Imran: 57).
Serta mereka tidak mendapatkan
petunjuk dari Allah SWT:
"Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim." (QS. Al Maidah: 51).
Dan mereka juga tidak selamat dari
api neraka:
"Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan
mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah
ditetapkan. Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan
membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut."
(QS. Maryam: 71-72.).
Ayat-ayat yang lain:
Di antara ayata-yat Al Quran yang
mengajak kepada taubat dan menganjurkannya, serta menjelaskan keutamaannya dan
buahnya adalah firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).
Mengajak Kaum Musyrikin dan Kaum
Kafir untuk Bertaubat
Di antara ayat-ayat Al Quran ada yang
mengajak kaum musyrikin untuk bertaubat, serta membukan pintu bagi mereka untuk
bergabung dalam masyarakat muslim, serta menjadi saudara seiman mereka. Seperti
firman Allah SWT dalam surah at-Taubah setelah memerintahkan untuk memerangi
kaum musyrikin yang melanggar perjanjian damai:
"Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. at-Taubah:
5).
"Jika mereka bertaubat, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu
seagama." (QS. At-Taubah: 11)
Al Quran juga mengajak orang-orang
Kristen untuk bertaubat dari perkataan mereka tentang ketuhanan al Masih atau
ia sebagai satu dari tiga oknum tuhan! Sedangkan ia sebetulnya hanyalah seorang
hamba Allah. Dan baginya telah terjadi apa yang terjadi bagi manusia biasa.
Serta Al Quran mengajak untuk menyembah Allah SWT saja.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya
Allah ialah al Masih putera Maryam", padahal al-Masih (sendiri) berkata:
"Hai bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang
mengatakan: " bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal
sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang Esa. Jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang
kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka
tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepadaNya? Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Maidah: 72-74 ).
Bahkan Allah SWT Yang Maha Pemurah
juga membuka pintu taubat bagi orang-orang kafir yang telah demikian keji
menyiksa kaum mu'mimin dan mu' minat, serta telah melemparkan kaum mu'minin itu
ke dalam api yang panas:
"Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar. Ketika
mereka duduk di sekitarnya. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat
terhadap orang-orang beriman." (QS. al Buruj: 5-7.)
Allah SWT berfirman setelah
menyebutkan kisah mereka itu, bahwa mereka membenci kaum mu'minin itu semata
karena kaum mu'minin beriman kepada Allah SWT semata.
Allah SWT befirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan
kepada orang-orang yang mu'min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak
bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang
membakar." (QS. al Buruuj: 10).
Hasan al Bashri mengomentari ayat
ini: "lihatlah kedermawanan dan kemurahan Allah SWT ini: mereka membunuh
para wali-Nya, dan Dia kemudian mengajak mereka itu untuk bertaubat dan meminta
ampun kepada-Nya!."
Hingga kemurtadan --yaitu orang yang
kafir setelah iman- taubat mereka masih dapat diterima. Allah SWT berfirman:
"Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir
sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad)
benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka?
Allah tidak menunjukki orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah:
Bahwasanya la'nat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) la'nat para
malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan
siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh, kecuali orang-orang
yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan. Karena sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 86-89.)
Wallahu Alam, semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar