Dikutip dari buku berjudul: Islam Dihujat;
karya Hj. Irena Handono (dengan perubahan seperlunya)
Dr. Robert Morey menyatakan bahwa Allah
adalah nama dari Dewa Bulan yang disembah di Arab sebelum Islam. Hal ini ia
kuatkan dengan pernyataan bahwa :
Nama
Allah sudah dikenal masyarakat Arab sebelum kenabian Muhammad.
Adanya nama-nama seperti Qomaruddin,
Syamsuddin.
Kepercayaan Jahiliyah (PraIslam), agama
Astral.
Berhala yang ada di Ka'bah.
Simbol bulan sabit.
Yang agak memalukan bahwa dalam membuktikan
tuduhan-tuduhannya tersebut Pak Doktor ini banyak memanipulasi pernyataan dari
penulis-penulis yang menjadi rujukannya. Sebagai Contoh :
- Untuk menguatkan pendapatnya bahwa
"dewa bulan dipanggil dengan berbagai nama, salah satunya adalah
Allah'" ia merujuk pada halaman 7 dari Buku Guillame yang berjudul Islam.
Tetapi sebenarnya Guillame mengatakan di halaman yang sama : "Di Arab,
Allah telah dikenal dari sumber umat Kristen dan Yahudi sebagai Tuhan yang Esa,
dan tidak ada keraguan meskipun dia telah dikenal oleh Pagan Arab di Mekkah sebagai yang
Tertinggi."
- Dr. Morey juga mengutip dari penulis
non-Muslim Caesar Farah di ha128. Tetapi pada saat dirujuk dalam buku tersebut
didapati bahwa Dr. Morey hanya mengutip sebagian dan meninggalkan pokok bahasan
dari buku tersebut. Buku tersebut sebenarnya menyatakan bahwa Tuhan yang
dipanggil il oleh orang Babilon dan EI oleh orang Israel telah dipanggil ilah,
al-ilah, dan Allah di Arab. Farah mengatakan lebih lanjut pada halaman 31 bahwa
sebelum Islam orang pagan telah mempercayai bahwa Allah adalah dewa tertinggi.
Dikarenakan mereka sudah mempunyai 360 berhala, tetapi Allah bukan salah satu
dari 360 berhala tersebut. Sebagaimana Caesar Farah menyatakan di halaman 56,
bahwa Nabi
Muhammad sholallahu’alayhi wassalaam, telah
menghancurkan berhala-berhala tersebut.
Nama Allah sebelum Islam
Adanya kata Allah sebelum masa Islam,
seperti yang dikatakan Robert Morey bahwa Ayah Rasulullah bernama Abdullah
(hamba Allah), tidak sepantasnya dijadikan alas an bahwa Allah tersebut adalah
dewa bulan.
Seperti El, Eloy, Allah, Yahweh, Ya Hua,
Elohem, Allahumma; adalah kata-kata yang dipakai oleh masing-masing bangsa saat
itu untuk menyebut Tuhan. Dan kata Allah adalah kata yang dipakai oleh bangsa
Arab untuk menyebut Tuhan khususnya oleh para Ahnaf (masyarakat Arab yang
mengikuti tradisi
Ibrahim). Dan nama itu tidak termasuk dalam
jajaran nama-nama berhala dan dewa-dewa Arab. Permasalahannnya bukan hanya pada
kata-kata itu saja, kemudian kita menilai paham suatu masyarakat. Tapi pada
cara penyikapan kepada "Tuhan" yang disebut menurut bahasa mereka
sendiri-sendiri. Bangsa Israel yang menggunakan kata Yahweh untuk merefleksikan
pemahaman mereka tentang konsep "Tuhan" dibimbing oleh rasul dan nabi
mereka untuk meluruskan pemahaman dan penyikapan terhadap Tuhan yang mereka
sebut Yahweh. Begitu juga masyarakat Arab yang pada masa jahiliyah memakai kata
Allah untuk menyebut Tuhan dibimbing oleh Rasulullah Sholallahu’alayhi
wassalaamuntuk menyikapi dan memahami
apa yang mereka sebut Allah itu. Cara penyikapan inilah yang diajarkan oleh
masing-masing rasul dan nabi kepada umatnya, yaitu meng-ESA-kan. Kalau
ukurannya hanya pada tataran kata saja untuk menilai paham suatu umat, maka
Yahudi dan Kristen juga pagan, karena nama "EL' yang dipakai IsraEL adalah
Tuhan dari bangsa Kan'an yang menurut mereka pagan.
Qomaruddin dan Syamsuddin
Pembaca dari kalangan Muslim mungkin akan
tertawa ketika dikatakan bahwa nama-nama Cak Qomar dan Cak Udin juga kang Najam
dijadikan bukti adanya penyembahan terhadap dewa bulan. Menurut Dr. Robert
Morey :
Agama Penyembah Bulan disebut Komaruddin.
Komarun = Bulan; Dinun = Agama.
Begitu juga dengan nama Syamsuddin dan
Najmuddin, keduanya diterjemahkan dengan cara yang sama.
Komarun berarti bulan dan dinun berarti
agama maka arti dari nama tersebut adalah "bulannya agama", maksudnya
seorang yang dengan agamanya berkiprah di masyarakatnya seperti bulan yang
bersinar terang benderang, membawa nama baik agamanya. Begitu syamsuddin, di
harapkan oleh orang tuanya agar lebih bersinar seperti matahari yang selalu
memberi manfaat kepada manusia. Nama-nama muslim yang dinisbatkan kepada dien
(agama) memiliki makna senada, seperti saifuddin (pedang agama), adalah harapan
orang tuanya agar anaknya mampu membela agamanya ibarat sebuah pedang yang siap
dipakai kapan saja. Sedang "penyembah bulan" kalau diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab ‘abid al-Qomar . Begitu juga dengan dua nama lainnya.
Masyarakat Arab pada masa pra Islam
seringkali menamakan budaknya dengan nama -nama yang dapat menyenangkan hati
mereka seperti nama Qomar dan Syams, diharapkan agar budaknya dapat menerangi
mereka seperti namanya. Sedang untuk mereka sendiri, mereka memakai namanama
yang menyeramkan, untuk menakuti musuhmusuhnya, seperti Kilab (anjing-anjing),
Asad (singa), Namir dan Fahd (harimau). Pada masa Rasulullah nama-nama
jahiliyah banyak dinisbatkan langsung pada Allah, seperti Saifullah (pedang
Allah), Asadullah (Singa Allah) dan lain sebagainya. Rasulullah meluruskan
kebiasaan masyarakat Arab jahiliyah bahkan pada masalah nama.
Pada masa selanjutnya ketika perbudakan
sudah terhapuskan, dan para mantan budak yang membentuk komunitas tersendiri,
tampil dalam pemerintahan. Mereka dikenal sebagai kaum Mawali (orang-orang yang
meminta perlindungan). Untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat yang
sebelumnya adalah tuan-tuan mereka, maka mereka menisbatkan nama-nama, mereka
kepada kata din (agama). Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman yang tidak
lagi menisbatkan nama-nama kepada tuan-tuannya, sebab zaman perbudakan sudah
berakhir, dan semua mereka adalah sama dalam urusan agama. Maka kita melihat
bahwa nama-nama seperti Qomaruddin dan Syamsuddin tidak pernah kita temukan
pada masa jahiliyah, ataupun pada masa Rasulullah, nama-nama itu baru muncul
kemudian pada saat mantan budak memegang tampuk pemerintahan.
Pada masa sekarang nama-nama di atas tidak
dipakai untuk menyenangkan tuan, tidak juga untuk legalitas kekuasaan.
Nama-nama itu dipakai umat muslim dengan maksud yang berbeda, karena mereka
hanya melihat arti dari nama-nama itu, yang diharapkan pemiliknya dapat menjadi
seperti namanya.
Kepercayaan masa Jahiliyah (Pra
Islam)/Agama Astral
Menurut Dr. Morey : "Allah, dewa
bulan, kawin dengan dewa matahari. Mereka berdua mempunyai tiga orang puteri
yang disebut putri-putri Allah. Ketiga putri tersebut AILata, AIUzza, dan
Manat". Untuk memperkuat anggapannya ia memanipulasi pernyataan Guilluame
seperti yang kita ungkap sebelum ini.
Bahwa masyarakat Arab pra Islam memiliki
kepercayaan terhadap bintang dan bulan juga matahari memang benar, hanya saja
Dr. Morey berhenti sampai disini untuk menyatakan bahwa yang disembah oleh umat
Muslim adalah dewa bulan, padahal kepercayaan yang semacam inilah yang diserang
dengan keras oleh Rasulullah tanpa kompromi sedikitpun. Itulah sebabnya maka
masa tersebut dikatakan sebagai masa Jahiliyyah (zaman kebodohan). Terjemah
ayat-ayat berikut ini akan menggambarkan bagaimana Rasulullah secara radikal
menyerang kepercayaan masyarakatnya :
“ Maka apakah patut bagi kamu (hai
orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al- Uzza, dan Manat yang ketiga, yang
paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Apakah (patut) untuk kamu
(anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan; Yang demikian itu tentulah
suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah namanama yang kamu dan
bapak-bapak karnu mengadaadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun
untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan,
dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan rnereka. Atau apakah manusia akan mendapat
segala yang dicitacitakannya (Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat
dan kehidupan dunia. " (QS. An-Najm 19-25).
Berhala di dalam Ka'bah
Berikut ini adalah salah satu dari
pernyataan tidak berdasar yang dilontarkan oleh Robert Morey : "Ada satu
berhala Allah ditempatkan di ka'bah bersama dengan semua ilahilah berhala lain.
Penyembah-penyembah berhala sembahyang menghadap Mekah dan Kaabah karena di
sanalah dewa-dewa mereka disemayamkan". Kita tidak tahu dari mana pak
Doktor mendapatkan sumbernya, tapi yang jelas tidak pernah melihat Ka'bah
secara langsung apalagi masuk di dalamnya.
Pada Masa Jahiliyah tradisi menyebut
demikian untuk membedakan antara masa kebenaran dan kebodohan, banyak berhala
ditempatkan di Ka'bah tapi tidak ada satupun berhala disebut Allah. Dan
berhala-hala yang amat banyak tersebut telah dihancurkan oleh Rasulullah saat
memasuki Makkah, setelah sebelumnya umat Islam diusir dari Makkah. Rasulullah
sendiri pada saat sebelum menjadi nabi, pernah bersumpah dihadapan Khadijah
istrinya bahwa beliau "tidak akan menyembah uzza selamanya", hal ini
jelas membedakan antara Allah dan ilahilah lainnya, sebab saat itu agama
Hanifah (jalan lurus)ajaran Ibrahim ‘Alayhissalaam masih
bertahan di Makkah, walaupun pengikutnya tidak sebanyak parapagan. Kini jangankan di Ka'bah di rumah
seorang muslim saja tidak akan ada berhala. Sangat berbeda dengan Rumah dan
Kantor Robert Morey yang mungkin memasang patung salib di sudut ruang atau
kamarnya.
Dewa bulan dan Simbol Bulan Sabit
Simbol bulan sabit yang sering dipakai umat
muslim dianggap sebagai symbol penyembahan dewa bulan oleh Dr. Robert Morey. la
menyatakan : "Simbol penyembahan dewa bulan dalam budaya Arab dan di
tempat-tempat lain di seluruh timur tengah adalah bulan sabit". Gambar
bintang yang biasa berada ditengah bulan sabit tidak disebut, karena Amerika
memakai simbol bintang.
Dr. Robert Morey dan para orientalis Barat
menuduh dengan bertanya kenapa umat Islam memakai simbol bulan sabit untuk
agama mereka? Atau kenapa bulan dipakai untuk menandai bulan baru?. Mereka
sengaja bertanya dengan logika yang salah dari sesuatu yang tersembunyi, sejak
saat umat Islam memakai bulan sabit sebagai simbol, maka dikatakan bahwa umat
Islam menyembah "dewa bulan". Ini tidak benar sebagaimana anggapan
bahwa sejak umat Yahudi mengambil bintang David sebagai simbol, maka umatYahudi menyembah bintang, berarti umat
Kristen juga menyembah patung salib saat mereka memakai simbol tersebut, atau
menyembah matahari saat menggunakan tanda silang dari sinar matahari. Islam
tidak pernah mengajarkan untuk menyembah bulan. Dalam firman Allah disebutkan:"Dan sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada
matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah
yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. " (QS.
Fushshilat 37)
Ayat ini diperkuat dengan ayat lain, bahwa
bulan bukanlah object penyembahan.
"Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa
sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalarn siang dan memasukkan siang ke
dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai
kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan ". (QS. Luqman 29).
Jika Allah adalah "dewa bulan"
seperti yang dituduhkan oleh Dr. Morey, apa mungkin "dewa bulan"
menciptakan bulan untuk dipakai oleh manusia?. Dengan bukti di atas kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa umat Islam hanya menyembah `Allah" saja, dan
bukan menyembah dewa bulan. Kepercayaan terhadap kekuatan benda-benda angkasa
yang pernah berkembangan di Mesir, Babilonia, serta Asiria, mungkin saja
mempengaruhi Jazirah Arab, sebab secara geografis letaknya tidaklah berjauhan;
Hanya saja pada masa Rasulullah kepercayaan tersebut diluruskan dengan
menempatkan benda-benda tersebut pada tempat dan fungsinya. Seperti bulan
-misalnya -, seperti yang pernah ditanyakan oleh masyarakat Arab kepada
Rasulullah, ditempatkan sebatas untuk menandakan pergantian waktu. Sebagaimana
Firman Allah di Surat Al Baqarah 189:
"Mereka bertanya kepadamu tentang
bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi
manusia dan (bagi ibadat) haji".
Dari riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber
dari Ibnu Abbas, bahwa sahabat bertanya kepada Rasulullah sholallahu’alayhi
wassalaam: Untuk apa diciptakan bulan sabit?" maka turun ayat tersebut
yang memerintahkan Rasulullah untuk menjawab bahwa bulan adalah untuk
menunjukkan waktu kepada manusia kapan mereka harus memakai pakaian ihram pada
waktu haji dan kapan harus menanggalkannya, atau kapan mereka harus memulai
puasa dan kapan harus mengakhirinya. Dari sini, dapat kita ketahui bahwa tidak
ada kepentingan penyembahan kepada bulan, tetapi hanya sebagai Penunjuk
pergantian waktu, seperti Haji dan Puasa. Pada masa Khalifah Umar umat Muslim
membuat penanggalan berdasarkan hitungan bulan, yang dimulai sejak masa Hijrah.
Yang menarik untuk dicatat bahwa umat
Yahudi juga memakai Penanggalan Hijriah untuk menandai perayaan suci mereka.
Penanggalan keagamaan Umat Yahudi, yang aslinya dari Babilonia, terdiri dari 12
bulan Qomariah/Hijriah, terhitung 354 hari. Dan penghitungan hari dimulai dari
tenggelamnya matahari sampai tenggelam lagi.
Maka bila dikatakan bahwa Islam menyembah
"dewa bulan" dikarenakan memakai penanggalan yang berdasarkan bulan,
maka apakah agama orang Yahudi, yang juga memakai penanggalan yang berdasarkan
bulan? berdasarkan "logika" Dr. Robert Morey maka umat Yahudi "
juga "penyembah bulan". Demikian juga bila umat Kristen memakai
penanggalan yang berdasarkan perputaran matahari, apakah mereka juga menyembah
matahari? Dr. Robert Morey mungkin lupa bahwa Penanggalan yang pertama
adalah penanggalan yang berdasarkan bulan. di masa Kebudayaan kuno, seperti Siria,
Babilonia, Egypt, dan Cina telah memakai penanggalan bulan, sebagaimana budaya
Semit juga mengambil penanggalan bulan untuk menandai waktu mereka.
menarik sekali, saya senang argumen spt ini, ga spt yg ada di situs2 laen dmn saling memaki
BalasHapuskurang bermutu tuisan nya dan sangat sepihak,,, subjektifitasnya tinggi,,,, (bertobatlah hai orng yang beragama islam)
BalasHapus