Sabtu atau Minggu ?


Sudah sangat lumrah orang bekerja mulai hari Senin hingga Jum’at dan libur pada hari Sabtu atau Minggu, dan sangking lumrahnya, tak terbesit sedikitpun untuk mempertanyakan mengapa harus libur pada hari Sabtu/Minggu atau mempertayakan bagaimana kalau liburnya diganti menjadi hari-hari lainnya.
Kita perkirakan, tak ada seorangpun yang mempertanyakan hal tersebut adalah karena menganggap libur pada hari apapun termasuk Sabtu dan Minggu tidak mempunyai arti apapun kecuali sebagai hari untuk istirahat setelah bekerja pada hari-hari sebelumnya, atau bisa jadi karena mereka menganggap tidak ada ketentuan apapun kecuali supaya ada keseragaman hari kerja dan hari libur di seluruh dunia.
Benarkah libur kerja pada hari Sabtu atau Minggu tidak mempunyai arti apapun dan tanpa ketentuan apapun kecuali sebagai kebiasaan yang telah diterima secara bersama-sama ?
Ternyata tidak, hari libur pada hari Sabtu dan Minggu bukan tanpa keten-tuan dan bukan tanpa latar belakang, namun, hal tersebut berhubungan erat dengan ketentuan ajaran agama yaitu agama Yahudi dan Kristen.
Bagi agama Yahudi, Sabtu adalah hari sabat Tuhan, dan bagi agama Kristen Minggu adalah hari sabat Tuhan, di mana pada hari sabat, mereka harus mengkuduskannya dalam bentuk menghentikan aktivitas keduniaan, sehingga mereka libur bekerja pada hari Sabtu atau hari Minggu.
Namun, sabat Tuhan tidaklah terjadi dua kali dalam satu minggu, sabat Tuhan hanya satu kali saja dalam seminggu, hari Sabtu saja atau Minggu saja bukan dua-duanya.
Bagi umat Yahudi, yakin bahwa hari sabat Tuhan jatuh pada hari sabtu, sementara umat Kristiani yakin hari sabat Tuhan jatuh pada hari Minggu, padahal antara kedua agama tersebut berpegang pada kitab yang sama yaitu yang mereka sebut Taurat, di dalam kitab tersebut dijelaskan tentang hari sabat Tuhan dan perintah Tuhan untuk mengkuduskannya, tentu saja hanya ada satu hari sabat Tuhan, namun Sabtu atau Minggukah sabat Tuhan itu ??
Sabat Tuhan
Sabat dalam bahasa Ibrani adalah Syabbat yang berasal dari akar kata Syavat yang berarti ‘berhenti’ atau ‘melepaskan’. Mari kita kutip ayat yang menjelaskan makna berhenti tersebut :
Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.Kejadian 2:2
Kutipan ayat di atas telah cukup menjelaskan makna sabat Tuhan yaitu hari di mana Tuhan menghentikan segala pekerjaan-NYA menciptakan langit dan bumi serta isinya selama enam hari dan berhenti/sabat pada hari ketujuh. Yahudi dan Kristen rujuk dengan pengertian ini.
Bagi Yahudi dan Kristen, mengkuduskan hari sabat adalah sebuah keharusan dan merupakan perintah yang kekal dari Tuhan :
“Maka haruslah orang Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal. Antara Aku dan orang Israel maka inilah suatu peringatan untuk selama-lamanya, sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat.” (Keluaran 31:16-17).
Dalam Taurat, mereka diperintahkan mengku duskan hari sabat dalam betuk menghentikan aktivitas keduniaan :
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat : enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan…. Keluaran 20:8-10
Itulah sebabnya orang-orang Yahudi dan Kristen berhenti bekerja pada hari sabat dengan tujuan mengkuduskan hari sabat sebagaimana perintah Tuhan kepada mereka.
Namun, dalam tataran praktek antara Yahudi dan Kristen terdapat perbedaan dalam menentukan hari yang dikuduskan, orang-orang Yahudi menjadikan hari Sabtu sebagai hari yang yang dikuduskan sementara orang-orang Kristen menjadikan hari Minggu sebagai hari yang dikuduskan, makanya yang terjadi saat ini adalah terdapat dua hari yang dikuduskan yaitu Sabtu dan Minggu sehingga ada dua hari libur bekerja dalam satu minggu.
Seperti yang telah kita bahas pada awal-awal uraian, tidak ada dua hari sabat dalam satu minggu, sehingga bila ada dua hari sabat dalam satu minggu, pasti ada yang salah dalam menentukan hari sabat.
Sabtu atau Minggu ?
Kalau dilihat dari ilmu tata bahasa, antara kata sabat dengan kata Sabtu ternyata memiliki akar kata yang sama yaitu :
SaBaT …. tanpa vokal menjadi …. S B T
SaBTu …. tanpa vokal menjadi …. S B T
Adanya kesamaan antara sabat dan Sabtu, kuat indikasinya bahwa Yahudi-lah yang lebih tepat penentuan hari sabatnya daripada Kristen. Namun bagi umat Kristen bisa saja membantah dengan mengatakan kesamaan nama bukanlah menunjukkan sabat itu sendiri, karena tidak ada firman Tuhan yang menjelaskan hari Sabtu adalah hari sabat, tetapi yang Tuhan jelaskan adalah hari sabat jatuh pada hari ketujuh.
Menurut orang Kristen, perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan penanggalan antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang Kristen, orang-orang Yahudi menggunakan penanggalan Yahudi dan orang-orang Kristen menggunakan penanggalan Gregorian, dimana dalam penanggalan Yahudi hari pertama adalah hari Minggu sehingga hari ketujuhnya adalah hari sabtu, sementara dalam penaggalan Gregorian hari pertama adalah hari senin sehingga hari ketujuhnya adalah hari Minggu.
Penentuan hari Minggu sebagai hari sabat Tuhan dengan menggunakan penanggalan gregorian sulitlah diterima, karena Yesus sendiri sebagai manusia yang mereka agung-agungkan dan sebagai manusia panutan bagi mereka, justru menggunakan penanggalan Yahudi yang menjadikan hari Sabtu sebagai hari sabat.
Dalam hal ini Yahudi jauh lebih tepat ketimbang Kristen dalam menentukan sabat Tuhan, bila umat Kristen menyatakan bahwa hari Minggulah hari sabat Tuhan yang benar, hal itu berarti bertentangan dengan Yesus panutan mereka dan juga secara tidak langsung umat Kristen telah menyatakan Yesus salah dalam menentukan hari sabat Tuhan.
Semua Hari Kudus ?
Ternyata sebagian umat Kristen menyadari bahwa secara kitabiah hari Sabtulah hari sabat yang dimaksud Tuhan dan bukannya hari Minggu, hal itu karena mereka menyadari banyak bukti bahwa hari Sabtulah yang diperlakukan sebagai hari sabat oleh orang-orang kudus dalam perjanjian lama termasuk Yesus.
Dari umat Kristen yang menyadari kekeliruan tersebut ada yang kembali konsisten mengikuti ajaran Yesus seperti kelompok ADVENTIS hari ketujuh, namun ada juga yang tetap menjadikan hari Minggu sebagai hari sabat walaupun telah mengetahui secara pasti bahwa hari sabat Tuhan adalah hari Sabtu.
Kelompok ini berargumentasi bahwa semua hari bagus, jadi tidak benar kalau mengkuduskan hari-hari tertentu saja, karena Tuhan pasti mengetahui siapa saja yang mengkuduskan diri-NYA di hari apa saja.
Ada juga yang berargumentasi bahwa yang paling penting adalah sabatnya bukan harinya. Terserah kita, mau mengkhususkan hari mana saja sebagai hari sabat itu tidak penting, yang terpenting adalah hati kita bukan harinya, karena kita menyembah Tuhan bukan menyembah harinya.
Argumen-argumen tersebut di atas adalah pembelaan diplomatis sekaligus jenaka agar orang melupakan perintah awal yang sangat jelas bahwa Tuhan telah menjadikan hari ketujuh sebagai hari sabat. Kalau memang semua hari bisa dijadikan hari sabat, lalu mengapa Tuhan memerintahkan untuk mengkuduskan hari ke-tujuh/sabtu saja sebagai hari sabat? Perintah itupun terdapat dalam 10 perintah Tuhan yang ditulis dengan jari-jemari-NYA sendiri.
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: … hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan…. Keluaran 20: 8 & 10.
Mengikuti gereja
Perlu diketahui, hari Minggu sebagai hari sabat dan hari pengkudusan baru ditetapkan pada tahun 364 M pada Konsili Laodikea jauh setelah Yesus berdakwah.
Padahal dalam Bible Allah telah menjanjikan bagi siapa saja yang tidak menginjak-injak hukum sabat dan tidak melakukan aktivitas keduniaan di hari sabat Tuhan, menyebutkan hari sabat sebagai ‘hari kenikmatan’, hari kudus Tuhan ‘hari yang mulia’, maka Allah akan memberikan kesenangan dan kemenangan (Yesaya 58:13-14), namun sepertinya mayoritas Kristen tidak tertarik meerima tawaran janji Allah tersebut.
Padahal juga, dalam Bible banyak ayat yang memerintahkan menuruti ketetapan-ketetapan Allah, melakukan peraturan-peraturan Allah dan mengkuduskan hari sabat (Yehezkiel 20:19-20), namun ternyata mayoritas Kristen banyak yang tidak mengindahkan perintah tersebut, seakan-akan perintah dan larangan Allah tersebut hanya berupa cerita belaka.
Padahal Yesus sendiri sebagai panutan mereka telah memperingatkan bahwa yang akan mem-peroleh kerajaan sorga hanyalah orang yang melakukan kehendak Allah :
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.Matius 7:21
Tetapi rupanya, orang-orang Kristen lebih tunduk kepada keputusan gereja yang mengubah hari Sabtu menjadi hari Minggu sebagai hari sabat ketimbang tunduk kepada keputusan Allah yang telah menetapkan hari Sabtu sebagai hari sabat, juga rupaya orang-orang Kristen lebih suka mengikuti gereja ketimbang mengikuti Yesus panutannya. Padahal dalam Bible Allah telah melarang manusia mengikuti ketetapan manusia dan berpegang kepada peraturan-peraturan manusia (Yehezkiel 20:18).
BUKTI KETUNDUKAN KEPADA GEREJA
Banyak tulisan-tulisan dari pihak Kristen sendiri yang secara obyektif –kritis menguak ketundukan umat Kristen kepada gereja pe-rihal penentuan hari sabat Tuhan:
1. The Catholic Press, Sydney, Australia, August, 1900
“Hari Minggu adalah institusi Katolik dan klaim untuk memeliharanya hanya dapat di pertahankan oleh prinsip-prinsip katolik saja.
2.Priest Brody, in an address, reported in the Elizabeth, N.J.”News,” 8 maret, 1903
“Sangat perlu untuk mengingatkan kaum Presbyterian, Baptist, Methodist dan semua golongan Kristen yang lain bahwa Alkitab tidak mendukung mereka dalam pemeliharaan hari Minggu. Hari minggu ada-lah institusi gereja Roma katolik, dan mereka yang menghormati hari itu berarti menghormati perintah gereja katolik.”
3. Albert Smith, konselor dari Archdiocese Baltimore, menanggapi surat untuk Cardinal, 10 February 1920
“Jika orang-orang Protestan mau mengikuti Alkitab, mereka harus menyembah Allah pada hari Sabat. Dalam mengikuti hari Minggu maka mereka mengikuti perintah gereja katolik”
4. Harold Lindsell, (mantan redaktur Majalah Christianity Today, tanggal 5 Nov. 1976)
“Tidak ada dalam Alkitab yang menyuruh kami memelihara hari Minggu sebagai ganti dari pada hari Sabtu sebagai hari yang suci”.
5. Pernyatan Father Thomas Enright, CSSR, President, Redemptorist College (Roman Catholic) , Kansas City, Mo., 18 Februari 1884:
“Buktikan dari dalam Alkitab bahwa saya di haruskan menyucikan hari Minggu. Tidak ada hukum seperti itu dalam Alkitab. Itu adalah hukum dari gereja Katolik yang suci saja….Peliharalah hari Minggu dalam tiap pekan, dan lihatlah…
Sebagai penutup topik, kita kutip tulisan seorang Kristen : Clovis G Chappell, dari Methodis, buku : Ten Rules For Living, hal 61.
“Alasan kami memelihara hari Minggu gantinya hari Sabtu didasarkan atas perintah yang tidak jelas. Seseorang akan menyelidiki Alkitab dengan sia-sia untuk mendapatkan perintah perubahan dari hari yang Sabtu kepada hari Minggu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar