Surat Ke-46 :
35 Ayat
001. (Ha Mim) hanya Allah sajalah yang mengetahui arti
dan maksudnya.
002. (Diturunkan Alkitab ini) yaitu Alquran; lafal ayat
ini menjadi Mubtada (dari Allah) menjadi Khabar dari Mubtada (Yang Maha
Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.
003. (Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya melainkan) dengan tujuan (yang benar) guna menunjukkan
kekuasaan dan keesaan Kami (dan dalam waktu yang ditentukan) bagi
kemusnahannya, yaitu hingga hari kiamat. (Dan orang-orang yang kafir; terhadap
apa yang diperingatkan kepada mereka) berupa dipertakuti dengan siksa (mereka
berpaling)
004. (Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku)
ceritakanlah oleh kalian kepadaku (tentang apa yang kalian seru) kalian sembah
(selain Allah) yakni berhala-berhala; menjadi Maf'ul Awwal (perlihatkanlah
kepadaku) ceritakanlah oleh kalian kepadaku (apakah yang telah mereka ciptakan)
menjadi Maf'ul kedua (dari bumi ini) lafal ayat ini berkedudukan menjadi Maf'ul
Tsani (atau adakah mereka berserikat) artinya, mempunyai andil (dalam)
penciptaan (langit) bersama dengan Allah; lafal Am di sini bermakna Hamzah atau
kata tanya yang menunjukkan makna ingkar. (Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum
ini) sebelum Alquran ini (atau peninggalan) yakni sisa-sisa (dari pengetahuan)
yang ditemukan dari orang-orang terdahulu, yang hal tersebut membenarkan
pengakuan kalian bahwa menyembah berhala itu dapat mendekatkan diri kalian
kepada Allah?
(jika kalian adalah orang-orang yang benar") di dalam
pengakuan kalian.
005. (Dan siapakah) Istifham atau kata tanya ini
menunjukkan makna negatif, yakni tidak ada seorang pun (yang lebih sesat
daripada orang yang menyeru) yang menyembah (selain Allah) (yang tidak dapat
memperkenankan doanya sampai hari kiamat) yang dimaksud adalah berhala-berhala
yang menjadi sesembahan mereka, sedikit pun dan untuk selamanya tidak akan
dapat memperkenankan apa yang diminta oleh para penyembahnya (dan mereka
terhadap seruan para penyembahnya) yakni penyembahan yang dilakukan oleh para
penyembahnya (lalai) karena berhala-berhala itu adalah benda mati dan tidak
berakal.
006. (Dan apabila manusia dikumpulkan pada hari kiamat
niscaya sesembahan-sesembahan itu) berhala-berhala itu (terhadap mereka) yang
menyembahnya (menjadi musuh mereka dan sesembahan-sesembahan itu terhadap
penyembahan) para penyembahnya (ingkar) menyangkalnya.
007. (Dan apabila dibacakan kepada mereka) kepada
penduduk Mekah (ayat-ayat Kami) yakni Alquran (yang menjelaskan) atau yang
jelas keadaannya (berkatalah orang-orang yang ingkar) di antara mereka (kepada
kebenaran) kepada Alquran (ketika kebenaran itu datang kepada mereka, "Ini
adalah sihir yang nyata") jelas sihirnya.
008. (Bahkan) lafal Am di sini mempunyai makna sama
dengan lafal Bal dan Hamzah yang menunjukkan makna ingkar (mereka mengatakan,
"Dia telah mengada-adakannya") maksudnya, Alquran itu. (Katakanlah,
"Jika aku mengada-adakannya) umpamanya (maka kalian tiada mempunyai kuasa
mempertahankan aku dari Allah) dari azab-Nya (barang sedikit pun) artinya,
kalian tidak akan mampu menolak azab-Nya daripada diriku, jika Dia mengazab aku
(Dia lebih mengetahui apa-apa yang kalian percakapkan tentangnya) tentang
Alquran itu. (Cukuplah Dia) Yang Maha Tinggi (menjadi saksi antaraku dan antara
kalian dan Dialah Yang Maha Pengampun) kepada orang yang bertobat (lagi Maha
Penyayang") kepada orang yang bertobat kepada-Nya; karena itu Dia tidak
menyegerakan azab-Nya kepada mereka.
009. (Katakanlah, "Aku bukanlah rasul yang pertama)
atau untuk, pertama kalinya (di antara rasul-rasul) maksudnya aku bukanlah
rasul yang pertama, karena telah, banyak rasul yang diutus sebelumku, maka
mengapa kalian mendustakan aku (dan aku tidak mengetahui apa yang akan
diperbuat terhadapku dan tidak pula terhadap kalian) di dunia ini; apakah aku
akan diusir dari negeriku, atau apakah aku akan dibunuh sebagaimana nasib yang
telah dialami oleh nabi-nabi sebelumku, atau adakalanya kalian melempariku
dengan batu, atau barangkali kalian akan tertimpa azab sebagaimana apa yang
dialami oleh kaum yang mendustakan sebelum kalian. (Tiada lain) tidak lain (aku
hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku) yaitu Alquran, dan aku sama
sekali belum pernah membuat-buat dari diriku sendiri (dan aku tidak lain
hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan") yang jelas peringatannya.
010. (Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku)
ceritakanlah kepadaku, bagaimana pendapat kalian (jika ia) yakni jika Alquran
itu (datang dari sisi Allah padahal kalian mengingkarinya) lafal Wakafartum
Bihi merupakan jumlah Haliyah (dan seorang saksi dari Bani Israel mengakui
kebenaran) yaitu Abdullah bin Salam (yang serupa dengan yang tersebut dalam
Alquran) bahwasanya Alquran itu datang dari sisi Allah (lalu dia beriman) yakni
saksi tersebut beriman kepada Alquran (sedangkan kalian menyombongkan diri)
tidak mau beriman kepada Alquran. Sedangkan Jawab Syaratnya ialah 'Bukankah
kalau demikian kalian adalah orang-orang yang lalim', hal ini disimpulkan dari
pengertian ayat selanjutnya, ('Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada
orang-orang yang lalim.")
011. (Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang
yang beriman) sehubungan dengan perihal orang-orang yang beriman, ("Kalau
sekiranya beriman) kepada Alquran itu (adalah suatu yang baik, tentulah mereka
tiada mendahului kami beriman kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat
petunjuk) yaitu orang-orang yang mengatakan demikian (dengannya) tidak mendapat
petunjuk dari Alquran (maka mereka akan berkata, 'Ini) Alquran ini (adalah
dusta) maksudnya, kebohongan (yang lama.'")
012. (Dan sebelumnya) sebelum Alquran (telah ada kitab
Musa) kitab Taurat (sebagai petunjuk dan rahmat) bagi orang-orang yang beriman
kepadanya; lafal Imaaman dan Rahmatan keduanya merupakan Hal. (Dan ini) yaitu
Alquran (adalah Kitab yang membenarkan) kitab-kitab sebelumnya (dalam bahasa
Arab) menjadi Hal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Mushaddiquun
(untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang lalim) yakni orang-orang
musyrik Mekah (dan) dia adalah (memberi kabar gembira kepada orang-orang yang
berbuat baik) yakni orang-orang yang beriman.
013. (Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,
"Rabb kami ialah Allah," kemudian mereka beristiqamah) atau menetapi
ketaatan (maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula
berduka cita.)
014. (Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal
di dalamnya) lafal Khaalidiina Fiihaa menjadi Hal atau kata keterangan keadaan
(sebagai balasan) menjadi Mashdar yang dinashabkan oleh Fi'ilnya yang
diperkirakan keberadaannya, yaitu lafal Yujzauna; artinya: mereka diberi pahala
sebagai balasan (atas apa yang telah mereka kerjakan.)
015. (Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya) menurut suatu qiraat lafal Ihsaan dibaca Husnan;
maksudnya: Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang
tuanya. Lafal Ihsaanan adalah Mashdar yang dinashabkan oleh Fi'ilnya yang
diperkirakan keberadaannya; demikian pula penjabarannya bila dibaca Husnan
(ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah pula) artinya
penuh dengan susah payah. (Mengandungnya sampai menyapihnya) dari penyusuannya
(adalah tiga puluh bulan) yakni dalam masa enam bulan sebagai batas yang paling
minim bagi mengandung, sedangkan sisanya dua puluh empat bulan, yaitu lama masa
penyusuan yang maksimal. Menurut suatu pendapat disebutkan bahwa jika sang ibu
mengandungnya selama enam bulan atau sembilan bulan, maka sisanya adalah masa
penyusuan (sehingga) menunjukkan makna Ghayah bagi jumlah yang diperkirakan
keberadaannya, yakni dia hidup sehingga (apabila dia telah dewasa) yang
dimaksud dengan pengertian dewasa ialah kekuatan fisik dan akal serta
inteligensinya telah sempurna yaitu sekitar usia tiga puluh tiga tahun atau
tiga puluh tahun (dan umurnya sampai empat puluh tahun) yakni genap mencapai
empat puluh tahun, dalam usia ini seseorang telah mencapai batas maksimal
kedewasaannya (ia berdoa, "Ya Rabbku!) dan seterusnya. Ayat ini diturunkan
berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq, yaitu sewaktu usianya mencapai empat
puluh tahun sesudah dua tahun Nabi saw. diangkat menjadi rasul. Lalu ia beriman
kepada Nabi saw. lalu beriman pula kedua orang tuanya, lalu menyusul anaknya
yang bernama Abdurrahman, lalu cucunya yang bernama Atiq (Tunjukilah aku)
maksudnya berilah ilham (untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan) nikmat tersebut (kepadaku dan kepada ibu bapakku) yaitu nikmat tauhid
(dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridai) maka Abu Bakar
segera memerdekakan sembilan orang hamba sahaya yang beriman; mereka disiksa karena
memeluk agama Allah (berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada
cucuku) maka semua anak cucunya adalah orang-orang yang beriman. (Sesungguhnya
aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri.")
016. (Mereka itulah) maksudnya yang mengatakan ucapan
ini, yaitu Abu Bakar dan lain-lainnya (orang-orang yang Kami terima dari mereka
amal baik) lafal Ahsana di sini bermakna Hasana (yang telah mereka kerjakan dan
Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga) lafal
Fii Ash-haabil Jannah berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan
maksudnya, mereka digolongkan ke dalam para penghuni surga (sebagai janji yang
benar yang telah dijanjikan kepada mereka) yaitu sebagaimana yang telah
diungkapkan dalam ayat yang lain, yakni firman-Nya, "Allah menjanjikan
kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat)
surga." (Q.S. At-Taubah, 72).
017. (Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu
bapaknya) menurut suatu qiraat dibaca Idgham dimaksud adalah jenisnya
("Cis) dapat dibaca Uffin atau Uffan, merupakan Mashdar yang artinya,
busuk dan buruk (bagi kamu keduanya) yakni aku marah kepada kamu berdua (apakah
kamu keduanya memperingatkan kepadaku) menurut qiraat lain dibaca Ata'idannii,
dengan diidgamkan (bahwa aku akan dibangkitkan) dari kubur (padahal sungguh
telah berlalu beberapa umat) yakni generasi-generasi (sebelumku") dan
ternyata mereka tidak dikeluarkan dari kuburnya (lalu kedua ibu bapaknya itu
memohon pertolongan kepada Allah) meminta pertolongan supaya anaknya sadar dan
bertobat, seraya mengatakan, bahwa apabila kamu tidak mau bertobat,
("Celakalah kamu) binasalah kamu (berimanlah) kepada adanya hari
berbangkit. (Sesungguhnya janji Allah adalah benar." Lalu dia berkata:
"Ini tidak lain) maksudnya ucapan yang menyatakan adanya hari berbangkit
ini (hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka") artinya,
kedustaan-kedustaan mereka.
018. (Mereka itulah orang-orang yang telah pasti) telah
ditentukan (ketetapan atas mereka) yakni ketetapan azab (bersama umat-umat yang
telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang merugi.)
019. (Dan bagi masing-masing mereka) bagi masing-masing
dari orang mukmin dan orang kafir (derajat), derajat orang-orang yang beriman
memperoleh kedudukan yang tinggi di dalam surga, sedangkan derajat orang-orang
kafir memperoleh kedudukan di dasar neraka (menurut apa yang telah mereka
kerjakan) berdasar pada amal ketaatan bagi orang-orang mukmin dan kemaksiatan
bagi orang-orang kafir (dan agar Dia mencukupkan bagi mereka) yakni Allah
mencukupkan bagi mereka; menurut suatu qiraat dibaca Walinuwaffiyahum
(pekerjaan-pekerjaan mereka) maksudnya balasannya (sedangkan mereka tiada
dirugikan) barang sedikit pun, misalkan untuk orang-orang mukmin dikurangi dan
untuk orang-orang kafir ditambahi.
020. (Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir
dihadapkan ke neraka) neraka diperlihatkan-Nya kepada mereka, kemudian
dikatakan kepada mereka, ("Kalian telah menghabiskan) dapat dibaca
Adzhabtum, A-adzhabtum atau Adzhabtum (rezeki kalian yang baik) dengan cara
menghambur-hamburkannya demi kelezatan kalian (dalam kehidupan dunia kalian
saja dan kalian telah bersenang-senang) bersuka-ria (dengannya, maka pada hari
ini kalian dibalasi dengan azab yang menghinakan) atau azab yang mengerikan
(karena kalian telah menyombongkan diri yaitu bersikap takabur (di muka bumi
tanpa hak dan karena kalian telah fasik") atau berbuat kefasikan padanya,
maka karena itu kalian diazab.
021. (Dan ingatlah saudara kaum Ad) yakni Nabi Hud a.s.
(yaitu ketika) mulai lafal Idz dan seterusnya menjadi Badal Isytimal (dia
memberi peringatan kepada kaumnya) maksudnya, mempertakuti mereka (di Al-Ahqaf)
nama sebuah lembah tempat tinggal mereka yang terletak di negeri Yaman (dan
sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan) beberapa orang
rasul (sebelumnya dan sesudahnya) sebelum Nabi Hud datang dan sesudahnya,
kepada kaumnya masing-masing seraya mengatakan, ("Janganlah kalian menyembah
selain Allah) jumlah Waqad Khalat merupakan jumlah Mu'taridhah, atau kalimat
sisipan (sesungguhnya aku khawatir kalian) jika kalian menyembah kepada selain
Allah (akan ditimpa azab hari yang besar.")
022. (Mereka menjawab, "Apakah kamu datang kepada
kami untuk memalingkan kami dari menyembah tuhan-tuhan kami?) maksudnya kamu
datang untuk memalingkan kami daripada menyembahnya. (Maka datangkanlah kepada
kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami) bahwa jika kami menyembahnya
pasti kami tertimpa azab (jika kamu termasuk orang-orang yang benar")
bahwasanya azab itu benar-benar menimpa kami.
023. (Ia berkata) Nabi Hud berkata, ("Sesungguhnya
pengetahuan tentang itu hanya pada sisi Allah) artinya hanya Dialah yang
mengetahui kapan azab itu menimpa kalian (dan aku hanya menyampaikan kepada
kalian apa yang aku diutus dengan membawanya) untuk disampaikan kepada kalian
(tetapi aku lihat kalian adalah kaum yang bodoh") karena kalian meminta
supaya azab didatangkan dengan segera.
024. (Maka tatkala mereka melihat azab itu) (berupa awan)
atau mendung yang muncul di cakrawala langit (menuju ke lembah-lembah mereka,
berkatalah mereka, "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami)
maksudnya, awan yang membawa hujan buat kami, Allah swt. berfirman, ('Bahkan
itulah azab yang kalian minta supaya datang dengan segera) maksudnya, azab itu
yang kalian minta agar disegerakan datangnya (yaitu berupa angin) lafal Riihun
menjadi Badal dari lafal Maa (yang mengandung azab yang pedih) yang
menyakitkan.
025. (Yang menghancurkan) yang membinasakan (segala
sesuatu) yang dilewatinya (dengan perintah Rabbnya) dengan seizin-Nya;
maksudnya angin itu dapat membinasakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya
untuk dibinasakan. Akhirnya binasalah kaum laki-laki dan wanita serta anak-anak
mereka berikut dengan harta bendanya; semuanya terbawa terbang oleh angin yang
besar itu antara langit dan bumi dalam keadaan tercabik-cabik. Kini yang
tertinggal dalam keadaan selamat adalah Nabi Hud beserta orang-orang yang
beriman kepadanya (maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali
bekas-bekas tempat tinggal mereka.' Demikianlah) sebagaimana Kami memberikan
balasan kepada kaum Hud (Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa")
selain mereka.
026. (Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan
mereka dalam hal-hal) (yang belum pernah) lafal In di sini dapat dikatakan
sebagai In Nafiyah atau In Zaidah (Kami meneguhkan kedudukan kalian) hai
penduduk Mekah (dalam hal itu) dalam hal kekuatan dan banyaknya harta benda
(dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran) lafal Sam'an bermakna
Asmaa'an bermakna jamak (dan penglihatan serta hati) atau kalbu (tetapi
pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi
mereka) maksudnya, hal-hal tersebut sama sekali tidak dapat memberikan manfaat
sedikit pun buat diri mereka; lafal Min di sini adalah Zaidah (karena) lafal
Idz adalah yang dima'mulkan oleh lafal Aghnaa kemudian diberlakukan sebagai
makna Ta'lil (mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah) yaitu hujah-hujah-Nya
yang nyata (dan turunlah) yaitu menimpalah (kepada mereka apa yang dahulu
selalu mereka memperolok-olokkannya) yaitu azab yang dahulu mereka suka
memperolok-olokkannya.
027. (Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan
negeri-negeri di sekitar kalian) yakni penduduk-penduduknya, seperti kaum
Tsamud, kaum Ad dan kaum Luth (dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda
kebesaran Kami berulang-ulang) maksudnya Kami telah mengulang-ulang hujah-hujah
Kami yang nyata (supaya mereka kembali.)
028. (Maka mengapa tidak) atau kenapa tidak (menolong
mereka) dengan cara menolak azab dari diri mereka (sesembahan-sesembahan selain
Allah yang mereka jadikan) selain dari Allah (sebagai taqarrub) untuk
mendekatkan diri mereka kepada Allah (dan sebagai tuhan-tuhan) di samping
Allah, yaitu berupa berhala-berhala. Maf'ul pertama dari lafal Ittakhadza
adalah Dhamir yang tidak disebutkan yang kembali kepada Isim Maushul, yaitu
lafal Hum, sedangkan Maf'ul keduanya adalah lafal Qurbaanan, dan lafal
Aalihatan sebagai Badal dari lafal Qurbaanan. (Bahkan tuhan-tuhan itu telah
lenyap) yakni pergi (dari mereka) sewaktu azab itu datang menimpa mereka.
(Itulah) yakni pengambilan mereka terhadap berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan
untuk mendekatkan diri kepada Allah (akibat kebohongan mereka) kedustaan mereka
(dan apa yang dahulu mereka ada-adakan) yang dahulu mereka buat-buat. Maa
adalah Mashdariyah atau Maushulah, sedangkan Dhamir yang kembali kepadanya
tidak disebutkan yaitu lafal Fiihi; lengkapnya: Wa Maa Kaanuu Fiihi Yaftaruuna.
029. (Dan) ingatlah (ketika Kami hadapkan) Kami
cenderungkan (kepadamu serombongan jin) yaitu jin Nashibin dari negeri Yaman
atau Jin Nainawi, jumlah mereka ada tujuh atau sembilan jin. Nabi saw. ketika
itu berada di lembah Nakhl sedang melakukan salat Subuh berjemaah dengan para
sahabatnya. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
(yang mendengarkan Alquran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya, lalu
mereka berkata) sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, ("Diamlah
kalian") untuk mendengarkan bacaannya. (Ketika pembacaan telah selesai)
ketika nabi selesai membaca Alquran (mereka kembali) pulang kembali (kepada
kaumnya untuk memberi peringatan) artinya, mereka kembali setelah mendengarkan
Alquran kepada kaumnya sebagai pemberi peringatan akan datangnya azab jika
mereka tidak beriman kepada Nabi. Mereka sebelum itu pemeluk agama Yahudi, lalu
setelah mendengarkan bacaan Alquran mereka masuk Islam.
030. (Mereka berkata, "Hai kaum kami, sesungguhnya
kami telah mendengarkan Kitab) yakni Alquran (yang telah diturunkan sesudah
Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya) seperti kitab Taurat (lagi
memimpin kepada kebenaran) kepada agama Islam (dan kepada jalan yang lurus)
yaitu tuntunan agama Islam.
031. (Hai kaum kami! Terimalah seruan orang yang menyeru
kepada Allah) yakni seruan iman yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. (dan
berimanlah kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuni) Allah pasti akan mengampuni
(dosa-dosa kalian) sebagian dari dosa-dosa kalian, diartikan demikian karena di
antara dosa-dosa itu terdapat jenis dosa yang tidak dapat diampuni melainkan
setelah mendapat kerelaan dari orang yang dianiaya oleh orang yang bersangkutan
(dan melindungi kalian dari azab yang pedih) atau azab yang menyakitkan.
032. (Dan orang yang tidak menerima seruan orang yang
menyeru kepada Allah maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari azab Allah
di muka bumi) artinya ia tidak akan dapat melemahkan Allah dengan cara lari
dari-Nya sehingga ia selamat dari azab-Nya (dan tidak ada baginya) yakni bagi
orang yang tidak menerima seruan itu (selain Allah) (pelindung-pelindung) yang
dapat menolak azab Allah daripada dirinya. (dalam kesesatan yang nyata")
jelas sesatnya.
033. (Dan apakah mereka tidak memperhatikan) atau apakah
orang-orang yang ingkar kepada hari berbangkit itu tidak mengetahui (bahwa
sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah
karena menciptakannya) artinya, Dia mampu menciptakan kesemuanya dengan mudah
(kuasa) lafal Biqaadirin menjadi Khabar dari Anna, kemudian ditambahkan huruf
Ba, karena pengertian ayat ini sejajar kekuatannya dengan kalimat Alaisallaahu
Biqaadirin, artinya; Bukankah Allah kuasa (menghidupkan orang-orang mati? Ya)
Dia Maha Kuasa untuk menghidupkan orang-orang mati (sesungguhnya Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.)
034. (Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir
dihadapkan kepada neraka) ketika mereka diazab di dalamnya, lalu dikatakan
kepada mereka, ("Bukankah ini) yakni azab ini (benar?" Mereka
menjawab, "Ya benar demi Rabb kami." Allah berfirman, "Maka
rasakanlah azab ini disebabkan kalian selalu ingkar.")
035. (Maka bersabarlah kamu) di dalam menghadapi
perlakuan kaummu yang menyakitkan itu (sebagaimana orang-orang yang mempunyai
keteguhan hati) yaitu orang-orang yang teguh dan sabar di dalam menghadapi
cobaan dan tantangan (dari rasul-rasul) sebelummu, karena itu kamu akan
termasuk orang yang mempunyai keteguhan hati. Lafal Min di sini menunjukkan
makna Bayan, sehingga pengertiannya menunjukkan, bahwa semua rasul-rasul itu
mempunyai keteguhan hati. Tetapi menurut pendapat yang lain itu menunjukkan
makna Lit Tab'idh, karena Nabi Adam bukanlah termasuk di antara mereka yang
memiliki keteguhan hati, sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lain yaitu
firman-Nya: "..dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat."
(Q.S. Thaha, 115) demikian pula Nabi Yunus tidak termasuk di antara mereka yang
Ulil 'Azmi, sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya, "..dan janganlah
kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan (Yunus)." (Q.S.
Al-Qalam, 48) (dan janganlah kamu meminta disegerakan azab bagi mereka) bagi
kaummu yaitu disegerakan turunnya azab bagi mereka. Menurut pendapat lain,
bahwa hal ini timbul sebagai reaksi dari sikap mereka terhadapnya, maka Nabi
suka jika azab diturunkan kepada mereka, tetapi selanjutnya Nabi diperintahkan
supaya bersabar dan jangan meminta supaya disegerakan azab bagi mereka. Karena
sesungguhnya azab itu pasti akan menimpa mereka. (Pada hari mereka melihat apa
yang diancamkan kepada mereka, mereka merasa seolah-olah) yang dimaksud adalah
azab di akhirat mengingat lamanya masa di akhirat mereka merasa seolah-olah
(tidak tinggal) di dunia menurut dugaan mereka (melainkan sesaat pada siang
hari) Alquran ini adalah (suatu peringatan) peringatan dari Allah buat kalian
(maka tidaklah) tiadalah (dibinasakan) sewaktu azab sudah di ambang pintu
(melainkan orang-orang yang fasik) yaitu orang-orang yang kafir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar