Surat Ke-89 : 30 Ayat
001. (Demi fajar) yakni fajar yang terbit setiap hari.
002. (Dan malam yang sepuluh) maksudnya tanggal sepuluh bulan Zulhijah.
003. (Dan yang genap) atau tidak ganjil (dan yang ganjil) dapat dibaca
Al-Watr dan Al-Witr, artinya ganjil.
004. (Dan malam bila berlalu) bila datang dan pergi.
005. (Pada yang demikian itu) yakni sumpah itu (terdapat sumpah bagi
orang-orang yang berakal) Jawab dari Qasam tidak disebutkan yakni, sungguh
kalian hai orang-orang kafir Mekah akan diazab.
006. (Apakah kamu tidak memperhatikan) artinya tidak mengetahui hai
Muhammad (bagaimana Rabbmu berbuat terhadap kaum 'Ad.)
007. (Yaitu penduduk Iram) Iram adalah nama kaum 'Ad dahulu; lafal Iram
dapat dianggap sebagai 'Athaf Bayan atau Badal tidak menerima Tanwin karena
'Illat 'Alamiyah dan Mu'annats (yang mempunyai tubuh-tubuh yang tinggi) atau
mereka adalah orang-orang yang tinggi tubuhnya, tersebutlah yang paling tinggi
di antara mereka mencapai empat ratus hasta.
008. (Yang belum pernah diciptakan sepertinya di negeri-negeri lain) dalam
hal kekuatan dan keperkasaannya.
009. (Dan kaum Tsamud yang memotong) yang memahat (batu-batu besar) lafal
Ash-Shakhr adalah bentuk jamak dari lafal Shakhrah; kemudian batu-batu besar
yang mereka lubangi itu dijadikan sebagai rumah tempat tinggal mereka (di lembah)
yakni Wadil Qura namanya.
010. (Dan Firaun yang mempunyai pasak-pasak) ia dikenal dengan julukan
tersebut, bila menyiksa seseorang ia membuat empat pasak, kemudian kedua tangan
dan kedua kaki orang yang disiksanya itu diikatkan pada masing-masing pasak.
011. (Yang berbuat sewenang-wenang) maksudnya Firaun dan bala tentaranya
berbuat angkara murka (dalam negeri.)
012. (Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu) dengan
melakukan pembunuhan dan kelaliman lainnya.
013. (Karena itu Rabbmu menimpakan kepada mereka cemeti) sejenis (azab.)
014. (Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi) semua amal perbuatan
hamba-hamba-Nya, maka tiada sesuatu pun yang terlewat dari-Nya di antara
amal-amal perbuatan itu, supaya Dia membalasnya kepada mereka.
015. (Adapun manusia) yakni orang kafir (apabila dia diuji) dikenakan ujian
(oleh Rabbnya lalu dimuliakan-Nya) dengan harta benda dan lain-lainnya (dan
diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, "Rabbku telah
memuliakanku.")
016. (Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu Dia membatasi) atau menyempitkan
(rezekinya, maka dia berkata, "Rabbku menghinaku.")
017. (Sekali-kali tidak) kalimat ini merupakan hardikan, bahwa perkara yang
sebenarnya tidaklah demikian, maksud dimuliakan itu dengan diberi kekayaan, dan
dihina itu dengan diberi kemiskinan. Sesungguhnya seseorang itu menjadi mulia
karena ketaatannya, dan menjadi terhina karena kemaksiatannya. Orang-orang
kafir Mekah tidak memperhatikan hal ini (sebenarnya kalian tidak memuliakan
anak yatim) artinya kalian tidak pernah berbuat baik kepada anak-anak yatim,
padahal kalian kaya atau kalian tidak memberikan harta waris yang menjadi hak
anak-anak yatim.
018. (Dan kalian tidak mengajak) diri kalian atau orang lain (memberi
makan) (orang miskin.)
019. (Dan kalian memakan harta pusaka) harta peninggalan (dengan cara
mencampur-aduk) tanpa segan-segan lagi, maksudnya kalian mencampur-baurkan
harta warisan bagian wanita dan anak-anak dengan bagian kalian; atau kalian
mencampur-baurkan harta warisan mereka dengan harta kalian sendiri.
020. (Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan)
sehingga kalian merasa sayang untuk menafkahkannya di jalan kebaikan. Menurut
suatu qiraat pada keempat Fi'il tadi, yaitu Laa Tukrimuuna, Laa Tahaadhdhuuna,
Ta'kuluuna, dan Tuhibbuuna, dibaca Laa Yukrimuuna, Laa Yahaadhdhuuna,
Ya'kuluuna, dan Yuhibbuuna. Makna ayat-ayat di atas berdasarkan bacaan pertama.
021. (Jangan berbuat demikian) lafal Kallaa ini adalah kalimat cegahan
supaya jangan melakukan hal-hal tersebut. (Apabila bumi diguncangkan
berturut-turut) artinya secara terus-menerus sehingga hancur musnahlah semua
bangunan-bangunan yang ada di permukaannya.
022. (Dan datanglah Rabbmu) yakni perintah-Nya (sedangkan
malaikat-malaikat) lafal Al-Malak adalah bentuk mufrad dari lafal Al-Malaaikah
(berbaris-baris) lafal Shaffan berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan
keadaan yakni, berbaris-baris atau membentuk barisan-barisan yang banyak.
023. (Dan pada hari itu didatangkan neraka Jahanam) ditarik dengan memakai
tujuh puluh ribu kendali, pada tiap-tiap kendali dipegang oleh tujuh puluh ribu
malaikat, neraka Jahanam terdengar gejolak dan gemuruhnya (pada hari itu)
menjadi Badal dari lafal Idzaa dan Jawabnya (ingatlah manusia) maksudnya orang
kafir ingat kepada apa yang telah dilalaikannya (akan tetapi tidak berguna lagi
mengingat itu baginya) Istifham atau lafal Annaa di sini bermakna Nafi, artinya
penyesalannya pada saat itu tidak ada gunanya lagi.
024. (Dia mengatakan) sewaktu ingat akan kesalahan-kesalahannya
("Alangkah baiknya) huruf Ya di sini bermakna Tanbih (sekiranya aku dahulu
mengerjakan) amal kebaikan dan beriman (untuk hidupku ini") untuk
kehidupan yang baik di akhirat, atau sewaktu aku hidup di dunia.
025. (Maka pada hari itu tiada yang mengazab) dibaca Yu'adzdzibu dengan
dikasrahkan huruf Dzalnya (seperti azab-Nya) seperti azab Allah (seseorang pun)
artinya Dia tidak menyerahkannya kepada seseorang pun melainkan hanya kepada
diri-Nya.
026. (Dan) demikian pula (tiada yang dapat mengikat) dibaca Laa Yuutsiqu
(seperti ikatannya, seseorang pun) menurut suatu qiraat lafal Laa Yu'adzdzibu
dan lafal Laa Yuutsiqu dibaca Laa Yu'adzdzabu dan Laa Yuutsaqu dengan demikian
maka Dhamir yang dikandung kedua lafal tersebut kembali kepada orang kafir.
Lengkapnya, tiada seseorang pun yang diazab seperti azab yang ditimpakan kepada
orang kafir, dan tiada seseorang pun yang diikat seperti ikatan yang
dibelenggukan kepada orang kafir.
027. (Hai jiwa yang tenang) atau yang aman, dimaksud adalah jiwa yang
beriman.
028. (Kembalilah kepada Rabbmu) perkataan ini diucapkan kepadanya sewaktu
ia menjelang mati; yakni kembalilah kamu kepada perintah dan kehendak-Nya
(dengan hati yang puas) akan pahala yang kamu terima (lagi diridai) di sisi
Allah maksudnya, semua amal perbuatanmu diridai di sisi-Nya. Jiwa yang beriman
itu merasa puas dan diridai; kedudukan kedua lafal ini menjadi kata keterangan
keadaan; kemudian dikatakan kepadanya pada hari kiamat nanti:
029. ("Maka masuklah ke dalam) jamaah (hamba-hamba-Ku) yang saleh.
030. (Dan masuklah ke dalam surga-Ku") bersama dengan hamba-hamba-Ku
yang saleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar