Surat Ke-49 :
18 Ayat
001. (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian
mendahului) berasal dari lafal Qadima yang maknanya sama dengan lafal Taqaddama
artinya, janganlah kalian mendahului baik melalui perkataan atau perbuatan
kalian (di hadapan Allah dan Rasul-Nya) yang menyampaikan wahyu dari-Nya, makna
yang dimaksud ialah janganlah kalian mendahului Allah dan Rasul-Nya tanpa izin
dari keduanya (dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar)
semua perkataan kalian (lagi Maha Mengetahui) semua perbuatan kalian. Ayat ini
diturunkan berkenaan dengan perdebatan antara Abu Bakar r.a., dan sahabat Umar
r.a. Mereka berdua melakukan perdebatan di hadapan Nabi saw. mengenai
pengangkatan Aqra' bin Habis atau Qa'qa' bin Ma'bad. Ayat selanjutnya
diturunkan berkenaan dengan orang yang mengangkat suaranya keras-keras di
hadapan Nabi saw. yaitu firman-Nya:
002. ("Hai orang-orang beriman janganlah kalian
meninggikan suara kalian) bila kalian berbicara (lebih dari suara Nabi) bila ia
berbicara (dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara keras) bila
kalian berbicara dengannya (sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap
sebagian yang lain) tetapi rendahkanlah suara kalian di bawah suaranya demi
untuk menghormati dan mengagungkannya (supaya tidak dihapus pahala amal kalian
sedangkan kalian tidak menyadarinya") maksudnya, takutlah kalian akan hal
tersebut disebabkan suara kalian yang tinggi dan keras di hadapannya. Ayat
berikutnya diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang merendahkan suaranya di
hadapan Nabi saw.
003. ("Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan
suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji) dicoba
(hati mereka oleh Allah untuk bertakwa) artinya, ujian untuk menampakkan
ketakwaan mereka. (Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar") yakni surga.
Ayat berikutnya diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang datang di waktu
tengah hari kepada Nabi saw. sedangkan Nabi saw. pada saat itu berada di dalam
rumahnya, lalu mereka memanggil-manggilnya, yaitu firman-Nya:
004. ("Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu
dari luar kamar) yakni dari luar kamar istri-istrinya. Lafal Hujuraat bentuk
jamak dari lafal Hujratun, yang artinya; sepetak tanah yang dikelilingi oleh
tembok atau lainnya, yang digunakan sebagai tempat tinggal. Masing-masing di
antara mereka memanggil Nabi saw. dari belakang kamar-kamarnya, karena mereka
tidak mengetahui di kamar manakah Nabi saw. berada. Mereka memanggilnya dengan
suara yang biasa dilakukan oleh orang-orang Arab Badui, yaitu dengan suara yang
keras dan kasar (kebanyakan mereka tidak mengerti) tentang apa yang harus
mereka kerjakan di dalam menghadapi kedudukanmu yang tinggi, dan sikap
penghormatan manakah yang pantas mereka lakukan untukmu.
005. (Dan kalau sekiranya mereka bersabar) lafal Annahum
berada dalam Mahall Rafa' sebagai Mubtada. Tetapi menurut pendapat lain menjadi
Fa'il dari Fi'il yang diperkirakan keberadaannya, yaitu lafal Tsabata (sampai
kamu keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka, dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang") kepada orang yang bertobat di
antara mereka. Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan Walid bin Uqbah. Ia
telah diutus oleh Nabi saw. ke Bani Mushthaliq untuk menarik zakat, tetapi ia
merasa takut terhadap mereka, karena dahulu di masa jahiliah ia bermusuhan
dengan mereka. Akhirnya di tengah perjalanan ia kembali lagi seraya melaporkan,
bahwa mereka tidak mau membayar zakat dan bahkan mereka hampir saja
membunuhnya. Karena itu hampir saja Nabi saw. bermaksud untuk memerangi mereka,
hanya karena mereka keburu datang menghadap Nabi saw. seraya mengingkari apa
yang telah dikatakan oleh Walid mengenai mereka.
006. (Hai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada
kalian orang fasik membawa suatu berita) (maka periksalah oleh kalian)
kebenaran beritanya itu, apakah ia benar atau berdusta. Menurut suatu qiraat
dibaca Fatatsabbatuu berasal dari lafal Ats-Tsabaat, artinya telitilah terlebih
dahulu kebenarannya (agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum)
menjadi Maf'ul dari lafal Fatabayyanuu, yakni dikhawatirkan hal tersebut akan
menimpa musibah kepada suatu kaum (tanpa mengetahui keadaannya) menjadi Hal
atau kata keterangan keadaan dari Fa'il, yakni tanpa sepengetahuannya (yang
menyebabkan kalian) membuat kalian (atas perbuatan kalian itu) yakni berbuat
kekeliruan terhadap kaum tersebut (menyesal) selanjutnya Rasulullah saw.
mengutus Khalid kepada mereka sesudah mereka kembali ke negerinya. Ternyata
Khalid tiada menjumpai mereka melainkan hanya ketaatan dan kebaikan belaka,
lalu ia menceritakan hal tersebut kepada Nabi saw.
007. (Dan ketahuilah oleh kamu sekalian bahwa di kalangan
kalian ada Rasulullah) maka janganlah sekali-kali kalian mengatakan hal-hal
yang batil, karena sesungguhnya Allah akan memberitahukannya seketika itu juga.
(Kalau ia menuruti kemauan kalian dalam banyak urusan) yang kalian beritakan
tidak sesuai dengan kenyataannya, oleh karena itu maka hasilnya sesuai dengan
apa yang kalian beritakan itu (niscaya kalian akan mendapat dosa) yakni
benar-benar kalian mendapat dosa karena hal itu, yaitu dosa memberikan
keterangan yang palsu (tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan
menjadikan iman itu indah) yakni dipandang baik (dalam hati kalian serta
menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan) pengertian
Istidrak yang dikandung oleh lafal Laakin dipandang dari segi makna bukan
lafalnya, karena sesungguhnya orang yang cinta kepada keimanan memiliki
sifat-sifat berbeda dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang
telah disebutkan tadi. (Mereka itulah) di dalam ungkapan ini terkandung iltifat
dari Mukhathab (orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus) yakni orang-orang
yang teguh dalam agamanya.
008. (Sebagai karunia dari Allah) lafal Fadhlan adalah
Mashdar yang dinashabkan oleh Fi'ilnya yang keberadaannya diperkirakan
sebelumnya, yaitu lafal Afdhala (dan nikmat) dari-Nya. (Dan Allah Maha
Mengetahui) keadaan mereka (lagi Maha Bijaksana) di dalam memberikan nikmat-Nya
kepada mereka.
009. (Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin)
hingga akhir ayat. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan suatu masalah, yaitu
bahwa Nabi saw. pada suatu hari menaiki keledai kendaraannya, lalu ia melewati
Ibnu Ubay. Ketika melewatinya tiba-tiba keledai yang dinaikinya itu kencing,
lalu Ibnu Ubay menutup hidungnya, maka berkatalah Ibnu Rawwahah kepadanya,
"Demi Allah, sungguh bau kencing keledainya jauh lebih wangi daripada bau
minyak kesturimu itu," maka terjadilah antara kaum mereka berdua saling
baku hantam dengan tangan, terompah dan pelepah kurma (berperang) Dhamir yang
ada pada ayat ini dijamakkan karena memandang dari segi makna yang dikandung
lafal Thaaifataani, karena masing-masing Thaaifah atau golongan terdiri dari
sekelompok orang. Menurut suatu qiraat ada pula yang membacanya Iqtatalataa,
yakni hanya memandang dari segi lafal saja (maka damaikanlah antara keduanya)
dan Dhamir pada lafal ini ditatsniyahkan karena memandang dari segi lafal.
(Jika berbuat aniaya) atau berbuat melewati batas (salah satu dari kedua
golongan itu terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga golongan itu kembali) artinya, rujuk kembali (kepada
perintah Allah) kepada jalan yang benar (jika golongan itu telah kembali kepada
perintah Allah maka damaikanlah antara keduanya dengan adil) yaitu dengan cara
pertengahan (dan berlaku adillah) bersikap jangan memihaklah. (Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.)
010. (Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara)
dalam seagama (karena itu damaikanlah antara kedua saudara kalian) apabila
mereka berdua bersengketa. Menurut qiraat yang lain dibaca Ikhwatikum, artinya
saudara-saudara kalian (dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian mendapat
rahmat.)
011. (Hai orang-orang yang beriman, janganlah
berolok-olokan) dan seterusnya, ayat ini diturunkan berkenaan dengan delegasi
dari Bani Tamim sewaktu mereka mengejek orang-orang muslim yang miskin, seperti
Ammar bin Yasir dan Shuhaib Ar-Rumi. As-Sukhriyah artinya merendahkan dan
menghina (suatu kaum) yakni sebagian di antara kalian (kepada kaum yang lain
karena boleh jadi mereka yang diolok-olokkan lebih baik dari mereka yang
mengolok-olokkan) di sisi Allah (dan jangan pula wanita-wanita) di antara
kalian mengolok-olokkan (wanita-wanita lain karena boleh jadi wanita-wanita
yang diperolok-olokkan lebih baik dari wanita-wanita yang mengolok-olokkan dan
janganlah kalian mencela diri kalian sendiri) artinya, janganlah kalian
mencela, maka karenanya kalian akan dicela; makna yang dimaksud ialah,
janganlah sebagian dari kalian mencela sebagian yang lain (dan janganlah kalian
panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk) yaitu janganlah sebagian di
antara kalian memanggil sebagian yang lain dengan nama julukan yang tidak
disukainya, antara lain seperti, hai orang fasik, atau hai orang kafir. (Seburuk-buruk
nama) panggilan yang telah disebutkan di atas, yaitu memperolok-olokkan orang
lain mencela dan memanggil dengan nama julukan yang buruk (ialah nama yang
buruk sesudah iman) lafal Al-Fusuuq merupakan Badal dari lafal Al-Ismu, karena
nama panggilan yang dimaksud memberikan pengertian fasik dan juga karena nama
panggilan itu biasanya diulang-ulang (dan barang siapa yang tidak bertobat)
dari perbuatan tersebut (maka mereka itulah orang-orang yang lalim.)
012. (Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa) artinya,
menjerumuskan kepada dosa, jenis prasangka itu cukup banyak, antara lain ialah
berburuk sangka kepada orang mukmin yang selalu berbuat baik. Orang-orang
mukmin yang selalu berbuat baik itu cukup banyak, berbeda keadaannya dengan
orang-orang fasik dari kalangan kaum muslimin, maka tiada dosa bila kita
berburuk sangka terhadapnya menyangkut masalah keburukan yang tampak dari
mereka (dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain) lafal
Tajassasuu pada asalnya adalah Tatajassasuu, lalu salah satu dari kedua huruf
Ta dibuang sehingga jadilah Tajassasuu, artinya janganlah kalian mencari-cari
aurat dan keaiban mereka dengan cara menyelidikinya (dan janganlah sebagian kalian
menggunjing sebagian yang lain) artinya, janganlah kamu mempergunjingkan dia
dengan sesuatu yang tidak diakuinya, sekalipun hal itu benar ada padanya.
(Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah
mati?) lafal Maytan dapat pula dibaca Mayyitan; maksudnya tentu saja hal ini
tidak layak kalian lakukan. (Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya)
maksudnya, mempergunjingkan orang semasa hidupnya sama saja artinya dengan
memakan dagingnya sesudah ia mati. Kalian jelas tidak akan menyukainya, oleh
karena itu janganlah kalian melakukan hal ini. (Dan bertakwalah kepada Allah)
yakni takutlah akan azab-Nya bila kalian hendak mempergunjingkan orang lain,
maka dari itu bertobatlah kalian dari perbuatan ini (sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat) yakni selalu menerima tobat orang-orang yang bertobat (lagi
Maha Penyayang) kepada mereka yang bertobat.
013. (Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan) yakni dari Adam dan Hawa (dan Kami
menjadikan kalian berbangsa-bangsa) lafal Syu'uuban adalah bentuk jamak dari
lafal Sya'bun, yang artinya tingkatan nasab keturunan yang paling tinggi (dan
bersuku-suku) kedudukan suku berada di bawah bangsa, setelah suku atau kabilah
disebut Imarah, lalu Bathn, sesudah Bathn adalah Fakhdz dan yang paling bawah
adalah Fashilah. Contohnya ialah Khuzaimah adalah nama suatu bangsa, Kinanah
adalah nama suatu kabilah atau suku, Quraisy adalah nama suatu Imarah, Qushay
adalah nama suatu Bathn, Hasyim adalah nama suatu Fakhdz, dan Al-Abbas adalah
nama suatu Fashilah (supaya kalian saling kenal-mengenal) lafal Ta'aarafuu
asalnya adalah Tata'aarafuu, kemudian salah satu dari kedua huruf Ta dibuang
sehingga jadilah Ta'aarafuu; maksudnya supaya sebagian dari kalian saling
mengenal sebagian yang lain bukan untuk saling membanggakan ketinggian nasab
atau keturunan, karena sesungguhnya kebanggaan itu hanya dinilai dari segi
ketakwaan. (Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) tentang
kalian (lagi Maha Mengenal) apa yang tersimpan di dalam batin kalian.
014. (Orang-orang Arab Badui itu berkata,) yang dimaksud
adalah segolongan dari kalangan Bani Asad ("Kami telah beriman") yakni
hati kami telah beriman. (Katakanlah) kepada mereka, ("Kalian belum
beriman, tetapi katakanlah, 'Kami telah berserah diri,'") artinya, kami
telah tunduk secara lahiriah (karena masih belumlah) yakni masih belum lagi
(iman masuk ke dalam hati kalian) sampai sekarang hanya saja hal itu baru
merupakan dugaan bagi kalian (dan jika kalian taat kepada Allah dan Rasul-Nya)
yakni dengan cara beriman yang sesungguhnya dan taat dalam segala hal (Dia
tidak akan mengurangi) Dia tidak akan mengurangkan (amal-amal kalian) yakni
pahala amal-amal kalian (barang sedikit pun; sesungguhnya Allah Maha Pengampun)
kepada orang-orang mukmin (lagi Maha Penyayang") kepada mereka.
015. (Sesungguhnya orang-orang yang beriman) yakni
orang-orang yang benar-benar beriman, sebagaimana yang telah diterangkan
sebelumnya (hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
kemudian mereka tidak ragu-ragu) dalam keimanannya (dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah) mereka benar-benar berjihad berkat kesungguhan
iman mereka (mereka itulah orang-orang yang benar) dalam keimanan mereka, bukan
seperti orang-orang yang mengatakan, "Kami telah beriman", sedangkan
dalam diri mereka yang dijumpai hanya ketundukan belaka.
016. (Katakanlah) kepada mereka ("Apakah kalian akan
memberitahukan kepada Allah tentang agama kalian) lafal Tu'allimuuna berasal
dari 'Allama yang artinya Sya'ara atau memberitahukan. Maksudnya, apakah kalian
melalui perkataan kalian, 'Kami telah beriman', hendak memberitahukan kepada
Allah tentang keyakinan kalian (padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi dan Allah Mengetahui segala sesuatu.")
017. (Mereka telah merasa memberi nikmat kepadamu dengan
keislaman mereka) tanpa melalui perang, berbeda dengan orang-orang selain
mereka yang masuk Islam setelah melalui peperangan terlebih dahulu.
(Katakanlah, "Janganlah kalian merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan
keislaman kalian) lafal Islamakum dinashabkan karena huruf Jarrnya yaitu Ba
dicabut darinya, sebagaimana keberadaan huruf Ba ini diperkirakan pula sebelum
An pada permulaan ayat (sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepada
kalian dengan menunjuki kalian kepada keimanan, jika kalian adalah orang-orang
yang benar") di dalam perkataan kalian yang menyatakan, "Kami telah
beriman."
018. (Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di
langit dan di bumi) yakni apa-apa yang tidak kelihatan pada keduanya. (Dan
Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan) dapat dibaca Ta'maluuna atau
Ya'maluuna, kalau dibaca Ya'maluuna artinya, Allah Maha Melihat apa yang mereka
kerjakan. Maksudnya tiada sesuatu pun darinya yang samar bagi-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar