Surat Ke-92 : 21 Ayat
001. (Demi malam apabila menutupi) semua apa yang ada di langit dan di bumi
dengan kegelapannya.
002. (Dan siang apabila terang benderang) apabila menampilkan dirinya.
Lafal Idzaa yang ada pada dua tempat di atas hanya menunjukkan makna Zharaf
atau waktu. Sedangkan yang menjadi Amilnya adalah Fi'il Qasam.
003. (Dan apa) lafal Maa di sini bermakna Man, yakni manusia; atau dianggap
sebagai Maa Mashdariyah (yang Dia telah menciptakannya, yaitu laki-laki dan
perempuan) yang dimaksud adalah Adam dan Hawa, demikian pula setiap laki-laki
dan perempuan lainnya. Adapun banci/wadam yang tidak dapat diketahui apakah ia
sebagai laki-laki atau perempuan di sisi Allah swt., maka jika seseorang yang
bersumpah bahwa dia tidak akan berbicara dengan siapa pun baik laki-laki atau
perempuan, lalu dia berbicara dengan orang banci, maka dia dianggap telah
melanggar sumpahnya itu.
004. (Sesungguhnya usaha kalian) atau kerja kalian (memang berbeda-beda)
beraneka macam; ada orang yang beramal atau bekerja untuk mendapatkan surga,
dengan cara menempuh jalan ketaatan; dan ada pula orang yang beramal atau
bekerja untuk neraka, dengan cara menempuh jalan kemaksiatan.
005. (Adapun orang yang memberikan) menginfakkan hartanya di jalan Allah
(dan bertakwa) kepada Allah.
006. (Dan membenarkan perkara yang baik) yaitu makna yang terkandung di
dalam lafal Laa Ilaaha Illallaah yang artinya tiada Tuhan selain Allah. Dengan
kata lain, bahwa infak di jalan Allah yang dilakukannya dan bertakwa kepada-Nya
yang dijalankannya itu tiada lain berangkat dari keimanannya kepada kalimat Laa
Ilaaha Illallaah.
007. (Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya tempat yang mudah) yaitu
surga.
008. (Dan adapun orang yang bakhil) tidak mau menginfakkan hartanya di
jalan Allah (dan merasa dirinya cukup) artinya tidak membutuhkan pahala-Nya.
009. (Serta mendustakan perkara yang baik.)
010. (Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya) menyediakan baginya (tempat
yang sukar) yaitu neraka.
011. (Dan tiadalah) huruf Maa di sini bermakna Nafi yakni tidaklah (berguna
bagi dirinya harta miliknya apabila ia telah terjerumus) ke dalam neraka.
012. (Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk) untuk membedakan
antara jalan hidayah dan jalan kesesatan; dimaksud supaya ia mengerjakan
perintah Kami dengan menempuh jalan yang pertama, dan ia Kami larang dari
menempuh jalan yang kedua.
013. (Dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia) maka barang
siapa yang mencari keduanya tanpa meminta kepada Kami berarti dia telah sesat
jalan.
014. (Maka Kami memperingatkan kalian) maksudnya Kami pertakuti kalian hai
penduduk Mekah (dengan neraka yang menyala-nyala) asal kata Talazhzhaa adalah
Tatalazhzhaa, kemudian salah satu di antara kedua huruf Ta dibuang, sehingga
jadilah Talazhzhaa. Akan tetapi ada juga suatu qiraat yang membaca sesuai dengan
huruf asalnya.
015. (Tidak ada yang masuk ke dalamnya) atau memasukinya (kecuali orang
yang celaka) sekalipun lafal Al-Asyqaa ini menunjukkan arti yang paling celaka,
akan tetapi makna yang dimaksud ialah orang yang celaka.
016. (Yang mendustakan) Nabi saw. (dan berpaling) dari iman. Pengecualian
yang terdapat pada ayat sebelum ayat ini merupakan takwil dari makna yang
terkandung di dalam ayat lainnya yaitu, firman-Nya, "dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya."
(Q.S. An-Nisa, 48) Dengan demikian berarti makna yang dimaksud dengan masuk
neraka pada ayat 15 tadi adalah masuk untuk selama-lamanya, yakni untuk menjadi
penghuni yang abadi.
017. (Dan kelak akan dijauhkan dari neraka itu) dihindarkan daripadanya
(orang yang bertakwa) demikian pula lafal Al-Atqaa, sekalipun menunjukkan makna
Tafdhil, tetapi makna yang dimaksud adalah At-Taqiyyu, yakni orang yang
bertakwa.
018. (Yang menafkahkan hartanya untuk membersihkannya) untuk
membersihkannya di sisi Allah swt. seumpamanya dia mengeluarkannya bukan karena
ria atau pamer dan gengsi, maka setelah itu harta yang dimilikinya menjadi
bersih di sisi-Nya nanti. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar
Ash-Shiddiq r.a. yaitu sewaktu ia membeli Bilal yang sedang disiksa oleh
majikannya karena beriman. Setelah membelinya lalu langsung memerdekakannya.
Pada saat itu juga orang-orang kafir mengatakan, bahwa tiada lain Abu Bakar
melakukan hal tersebut karena ia telah berutang jasa kepadanya. Maka pada saat
itu turunlah ayat ini.
019. (Padahal tidak ada seseorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya
yang harus dibalasnya,)
020. (melainkan) tetapi hanya semata-mata (karena mencari keridaan Rabbnya
Yang Maha Tinggi) artinya dia memberikan hartanya itu hanya karena mengharapkan
pahala Allah.
021. (Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan) dari pahala pemberiannya
itu di surga nanti. Makna ayat ini mencakup pula setiap orang yang mengerjakan
amal perbuatan seperti yang telah dilakukan oleh Abu Bakar r.a. Kelak dia akan
dijauhkan dari neraka dan mendapatkan pahala yang berlimpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar