001. (Seseorang telah meminta) yakni berdoa meminta (kedatangan azab
yang akan menimpa.)
002. (Untuk orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya)
dia adalah Nadhr bin Haris, ia mengatakan di dalam permintaannya, sebagaimana
yang disitir oleh firman-Nya, "Ya Allah, jika betul (Alquran) ini, dialah yang
benar dari sisi Engkau..." (Q.S. Al-Anfal 32)
003. (Yang datang dari Allah) lafal minallaah ini berkaitan erat dengan
lafal Waaqi' yang ada di akhir ayat pertama (yang mempunyai tempat-tempat naik)
tempat-tempat naik bagi para malaikat, yaitu langit.
004. (Naiklah) dapat dibaca ta`ruju dan ya`ruju (malaikat-malaikat dan
Jibril) Malaikat Jibril (kepada-Nya) kepada tempat turun bagi perintah-Nya di
langit (dalam sehari) lafal fii yaumin bertaalluq kepada lafal yang tidak
disebutkan, azab menimpa orang-orang kafir pada hari kiamat (yang kadarnya lima
puluh ribu tahun) ini menurut apa yang dirasakan oleh orang kafir, karena
penderitaan dan kesengsaraan yang mereka temui di hari itu. Adapun orang yang
beriman merasakan hal itu amat pendek, bahkan lebih pendek daripada satu kali
salat fardu yang dilakukan sewaktu di dunia. Demikianlah menurut keterangan yang
disebutkan di dalam hadis.
005. (Maka bersabarlah kamu) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah
berperang (dengan sabar yang baik) sabar yang tidak disertai dengan
gelisah.
006. (Sesungguhnya mereka memandangnya) memandang azab itu (jauh)
artinya mustahil akan terjadi.
007. (Sedangkan Kami memandangnya dekat) pasti terjadi.
008. (Pada hari ketika langit) lafal ayat ini bertaalluq kepada lafal
yang tidak disebutkan, yaitu azab itu terjadi pada hari ketika langit (menjadi
seperti luluhan perak) seperti leburan perak.
009. (Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu) maksudnya bagaikan bulu
domba ringannya, terbawa terbang oleh angin.
010. (Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya) tiada
karib kerabat yang menanyakan kerabatnya, karena pada hari itu masing-masing
orang disibukkan oleh keadaannya sendiri.
011. (Sedangkan mereka saling melihat) sebagian teman-teman akrab itu
saling melihat kepada sebagian yang lain, dan mereka saling mengenal antara yang
satu dengan yang lainnya akan tetapi mereka tiada berkata barang sepatah pun.
Jumlah ayat ini merupakan kalimat baru atau jumlah isti'naf. (Orang kafir ingin)
ia berharap (kalau sekiranya) lafal lau di sini bermakna an, yakni bahwasanya
(dia dapat menebus dirinya dari azab hari itu) dapat dibaca yaumi'idzin dan
yauma'idzin (dengan anak-anaknya.)
012. (Dan istrinya) atau teman hidupnya (dan saudaranya.)
013. (Dan kaum familinya) atau famili-familinya, mereka dinamakan
fashiilah karena orang yang bersangkutan terpisah hubungannya dengan mereka
(yang melindunginya) yang pernah mengasuhnya.
014. (Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan
tebusan itu dapat menyelamatkannya) dapat membebaskannya dari azab itu. Lafal
ayat ini diathafkan kepada lafal yaftadii.
015. (Sekali-kali tidak dapat) lafal ini merupakan sanggahan terhadap
apa yang dia harapkan itu (sesungguhnya neraka ini) neraka yang mereka saksikan
itu (adalah api yang bergejolak) lafal lazhaa adalah nama lain dari neraka
Jahanam, dinamakan demikian karena apinya bergejolak membakar orang-orang
kafir.
016. (Yang mengelupaskan kulit kepala) asy-syawaa bentuk jamak dari
lafal syawaatun, artinya kulit kepala.
017. (Yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling) dari
iman; sebab neraka Jahanam itu mengatakan kepada mereka kemarilah,
kemarilah.
018. (Serta mengumpulkan) harta (lalu menyimpannya) menaruhnya di dalam
peti simpanan dan tidak menunaikan hak Allah yang ada pada harta bendanya
itu.
019. (Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah) lafal
haluu`an merupakan hal atau kata keterangan keadaan dari lafal yang tidak
disebutkan, dan sekaligus sebagai penafsirnya.
020. (Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah) atau sewaktu ia
ditimpa keburukan berkeluh kesah.
021. (Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir) sewaktu ia
mendapat harta benda ia kikir, tidak mau menunaikan hak Allah yang ada pada
hartanya itu.
022. (Kecuali orang-orang yang mengerjakan salat) yakni, orang-orang
yang beriman.
023. (Yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya) terus-menerus
mengerjakannya.
024. (Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu)
yakni zakat.
025. (Bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai
apa-apa) yang tidak mau meminta-minta, demi memelihara kehormatannya sekalipun
ia tidak punya.
026. (Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan) yaitu, hari
ketika semua orang mendapatkan balasan amal perbuatannya.
027. (Dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabbnya) mereka takut
akan azab-Nya.
028. (Karena sesungguhnya azab Rabb mereka tidak dapat orang merasa
aman) dari kedatangannya.
029. (Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya.)
030. (Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka
miliki) yakni budak-budak perempuan (maka sesungguhnya mereka dalam hal ini
tidak tercela.)
031. (Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas) melanggar batas kehalalan menuju kepada
keharaman.
032. (Dan orang-orang yang terhadap amanat-amanat mereka) menurut suatu
qiraat lafal amaanaatihim dibaca dalam bentuk mufrad atau tunggal, sehingga
bacaannya menjadi amaanatihim, yakni perkara agama dan duniawi yang dipercayakan
kepadanya untuk menunaikannya (dan janji mereka) yang telah diambil dari mereka
dalam hal tersebut (mereka memeliharanya) benar-benar menjaganya.
033. (Dan orang-orang yang terhadap kesaksiannya) menurut suatu qiraat
dibaca dalam bentuk jamak, sehingga bacaannya menjadi syahaadaatihim (mereka
menunaikannya) mereka menegakkannya dan tidak menyembunyikannya.
034. (Dan orang-orang yang memelihara salatnya) yaitu dengan mengerjakan
pada waktunya.
035. (Mereka itu dimasukkan ke dalam surga lagi dimuliakan.)
036. (Mengapakah orang-orang kami itu ke arahmu) menuju kepadamu (dengan
bersegera) lafal muhthi`iina berkedudukan sebagai hal atau kata keterangan
keadaan, yakni mereka selalu menatapkan pandangannya ke arahmu secara
terus-menerus.
037. (Dari kanan dan dari kiri) dari sebelah kananmu dan sebelah kirimu
(dengan berkelompok-kelompok) secara bergerombol dan membentuk lingkaran di
sekitarmu. Mereka berbuat demikian seraya mengatakan dengan nada mengejek,
"Sungguh jika mereka, yakni orang-orang yang beriman, masuk ke dalam surga,
niscaya kami benar-benar akan masuk ke dalamnya sebelum mereka." Maka Allah
berfirman:
038. ("Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke
dalam surga yang penuh dengan kenikmatan?")
039. (Sekali-kali tidak!) kalimat ini merupakan sanggahan terhadap
mereka yang ingin masuk surga, padahal mereka kafir. (Sesungguhnya Kami ciptakan
mereka) sama dengan selain mereka (dari apa yang mereka ketahui) yakni dari air
mani; maka tidak cukup hanya dengan itu mereka mengharapkan surga, karena
sesungguhnya surga itu hanya dapat diharapkan bagi orang-orang yang
bertakwa.
040. (Maka) huruf laa di sini adalah huruf zaidah (Aku bersumpah dengan
nama Rabb yang memiliki arah timur dan arah barat) yang memiliki matahari, bulan
dan bintang-bintang lainnya (sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.)
041. (Untuk mengganti) mereka (dengan kaum yang lebih baik dari mereka,
dan sekali-kali Kami tidak dapat dikalahkan) tidak ada yang dapat mengalahkan
Kami dalam hal ini.
042. (Maka biarkanlah mereka) tinggalkanlah mereka (tenggelam) dalam
kebatilan (dan bermain-main) dalam keduniaan (sampai mereka menjumpai) menemui
(hari yang diancamkan kepada mereka) yang pada hari itu ada azab bagi
mereka.
043. (Yaitu pada hari mereka keluar dari kubur) dari tempat-tempat
mereka dikubur (dengan cepat) menuju ke padang Mahsyar tempat mereka dihimpunkan
(seakan-akan mereka pergi kepada berhala-berhala) menurut suatu qiraat dibaca
nushubin, artinya sesuatu yang dibangun untuk pertanda atau tugu, yang dimaksud
adalah berhala-berhala (dengan cepatnya) mereka pergi dengan cepat seakan-akan
pergi kepada berhala-berhala mereka.
044. (Dalam keadaan hina) atau nista (pandangan mereka karena diliputi)
diselimuti (oleh rasa hina. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka)
lafal dzaalika menjadi mubtada, dan lafal-lafal sesudahnya berkedudukan menjadi
khabarnya; makna yang dimaksud adalah hari kiamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar