Surat Ke-66 : 12 Ayat
001. (Hai nabi! Mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu) mengenai istri budak wanitamu, yakni Mariyah Qibtiah; yaitu sewaktu Nabi saw. menggaulinya di rumah Hafshah, sedangkan pada waktu itu Siti Hafshah sedang tidak ada di rumah. Lalu datanglah Siti Hafshah, dan ia merasa keberatan dengan adanya hal tersebut yang dilakukan oleh Nabi saw. di dalam rumahnya dan di tempat tidurnya. Lalu kamu mengatakan, dia (Siti Mariyah) haram atas diriku (kamu mencari) dengan mengharamkannya atas dirimu (keridaan istri-istrimu) kerelaan mereka terhadap dirimu. (Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) Dia telah mengampunimu atas tindakan pengharamanmu itu.
002. (Sesungguhnya Allah telah mewajibkan) telah mensyariatkan (kepada
kamu sekalian membebaskan diri dari sumpah kalian) artinya kalian melepaskan
diri dari sumpah yang telah kalian katakan dengan cara membayar kifarat
sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surat Al-Maidah. Dan termasuk di
antara sumpah-sumpah itu ialah mengharamkan budak wanita. Apakah Nabi saw.
membayar kifarat? Muqatil mengatakan, bahwa Nabi saw. telah memerdekakan seorang
budak sebagai kifaratnya yang telah mengharamkan Siti Mariyah atas dirinya. Akan
tetapi Hasan mengatakan, bahwa Nabi saw. tidak membayar kifarat, karena
sesungguhnya ia telah mendapat ampunan dari Allah (dan Allah adalah Pelindung
kalian) yang menolong kalian (dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana).
003. (Dan) ingatlah (ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada
salah seorang dari istri-istrinya) yakni kepada Siti Hafshah (suatu pembicaraan)
tentang mengharamkan Siti Mariyah atas dirinya, kemudian Nabi saw. berkata
kepada Siti Hafshah, "Jangan sekali-kali kamu membuka rahasia ini." (Maka
tatkala menceritakan peristiwa itu) kepada Siti Aisyah, ia menduga bahwa hal ini
tidak dosa (dan Allah memberitahukan hal itu) Dia membukanya (kepadanya) yakni
kepada Nabi Muhammad tentang pembicaraan Siti Hafshah kepada Siti Aisyah itu
(lalu dia memberitahukan sebagiannya) kepada Siti Hafshah (dan menyembunyikan
sebagian yang lain) sebagai kemurahan dari dirinya terhadap dia. (Maka tatkala
dia, Muhammad, memberitahukan pembicaraan itu, lalu Hafshah bertanya, "Siapakah
yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab, "Telah diberitahukan
kepadaku oleh Yang Maha Mengetahui lagi Maha Waspada") yakni Allah swt.
004. (Jika kamu berdua bertobat) yakni Siti Hafshah dan Siti Aisyah
(kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong) cenderung untuk
diharamkannya Siti Mariyah, artinya, kamu berdua merahasiakan hal tersebut dalam
hati kamu, padahal Nabi saw. tidak menyukai hal tersebut, dan hal ini adalah
suatu perbuatan yang berdosa. Jawab Syarat dari kalimat ini tidak disebutkan,
yakni jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka tobat kamu diterima.
Diungkapkan dengan memakai lafal quluubun dalam bentuk jamak sebagai pengganti
dari lafal qalbaini, hal ini tiada lain karena dirasakan amat berat mengucapkan
dua isim tatsniah yang digabungkan dalam satu lafal (dan jika kamu berdua saling
bantu-membantu) lafal tazhaahara artinya bantu-membantu. Menurut qiraat yang
lain dibaca tazhzhaharaa bentuk asalnya adalah Tatazhaaharaa, kemudian huruf ta
yang kedua diidgamkan ke dalam huruf zha sehingga jadilah tazhzhaaharaa
(terhadapnya) terhadap Nabi saw. dalam melakukan hal-hal yang tidak disukainya,
yakni membuat susah Nabi saw. (maka sesungguhnya Allah adalah) lafal huwa ini
merupakan dhamir fashl (Pelindungnya) maksudnya, yang menolongnya (dan begitu
pula Jibril dan orang-orang mukmin yang saleh) seperti Abu Bakar dan Umar r.a.
Lafal ini diathafkan secara mahall kepada isimnya inna, yakni begitu pula mereka
akan menjadi penolongnya (dan selain dari itu malaikat-malaikat) yaitu sesudah
pertolongan Allah dan orang-orang yang telah disebutkan tadi (adalah penolongnya
pula) maksudnya mereka semua menjadi penolong Nabi terhadap kamu berdua.
005. (Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Rabbnya) maksudnya, jika
nabi menceraikan istri-istrinya (akan memberi ganti kepadanya) dapat dibaca
yubdilahu dan yubaddilahu (dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian)
lafal azwaajan ini menjadi khabar dari lafal 'asaa sedangkan jumlah an yubdilahu
dan seterusnya menjadi jawab syarath. Di sini tidak ada badal karena apa yang
disebutkan pada syarat tidak terjadi, yakni perceraian itu tidak pernah terjadi
(yang patuh) artinya mengakui Islam (yang beriman) yakni ikhlas hatinya kepada
Islam (yang taat) mereka taat (yang bertobat, rajin beribadat, rajin berpuasa)
yakni gemar melakukan puasa atau yang berhijrah (yang janda dan yang
perawan)
006. (Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kalian dan keluarga
kalian) dengan mengarahkan mereka kepada jalan ketaatan kepada Allah (dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia) orang-orang kafir (dan batu) seperti
berhala-berhala yang mereka sembah adalah sebagian dari bahan bakar neraka itu.
Atau dengan kata lain api neraka itu sangat panas, sehingga hal-hal tersebut
dapat terbakar. Berbeda halnya dengan api di dunia, karena api di dunia
dinyalakan dengan kayu dan lain-lainnya (penjaganya malaikat-malaikat) yakni,
juru kunci neraka itu adalah malaikat-malaikat yang jumlahnya ada sembilan belas
malaikat, sebagaimana yang akan diterangkan nanti dalam surat Al-Muddatstsir
(yang kasar) lafal ghilaazhun ini diambil dari asal kata ghilazhul qalbi, yakni
kasar hatinya (yang keras) sangat keras hantamannya (mereka tidak pernah
mendurhakai Allah terhadap apa yang telah diperintahkan-Nya kepada mereka) lafal
maa amarahum berkedudukan sebagai badal dari lafal Allah. Atau dengan kata lain,
malaikat-malaikat penjaga neraka itu tidak pernah mendurhakai perintah Allah
(dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan) lafaz ayat ini
berkedudukan menjadi badal dari lafal yang sebelumnya. Dalam ayat ini terkandung
ancaman bagi orang-orang mukmin supaya jangan murtad; dan juga ayat ini
merupakan ancaman pula bagi orang-orang munafik yaitu, mereka yang mengaku
beriman dengan lisannya tetapi hati mereka masih tetap kafir.
007. (Hai orang-orang kafir, janganlah kalian mengemukakan uzur pada
hari ini) ucapan ini dikatakan kepada mereka sewaktu mereka dimasukkan ke dalam
neraka; dikatakan demikian karena uzur atau alasan itu tiada gunanya.
(Sesungguhnya kalian hanya diberi balasan menurut apa yang kalian kerjakan)
sebagai balasannya.
008. (Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan
tobat yang semurni-murninya) dapat dibaca nashuuhaa dan nushuuhaa, artinya tobat
yang sebenar-benarnya, bertobat tidak akan mengulangi dosa lagi, dan menyesali
apa yang telah dikerjakannya (mudah-mudahan Rabb kalian) lafal 'asaa ini
mengandung makna tarajji, yakni sesuatu yang dapat diharapkan akan terjadi (akan
menutupi kesalahan-kesalahan kalian, dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga)
yakni taman-taman surga (yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari
ketika Allah tidak menghinakan) Allah tidak akan memasukkan ke dalam neraka
(Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dia; sedangkan cahaya mereka memancar
di hadapan mereka) maksudnya, di depan mereka terang benderang oleh cahayanya
(dan) cahaya itu pun memancar pula (di sebelah kanan mereka. Mereka berkata)
lafal yaquuluuna merupakan jumlah isti'naf atau kalimat baru: ("Ya Rabb kami!
Sempurnakanlah bagi kami cahaya kami) hingga sampai ke surga, sedangkan
orang-orang munafik cahaya mereka padam (dan ampunilah kami) wahai Rabb kami
(sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.").
009. (Hai Nabi! Perangilah orang-orang kafir) dengan memakai senjata
(dan orang-orang munafik) dengan memakai lisan dan hujah (dan bersikap keraslah
terhadap mereka) dengan berbicara keras dan membenci mereka. (Tempat mereka
adalah neraka Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali itu) adalah neraka
Jahanam.
010. (Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi
orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang
saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua
suaminya) dalam masalah agama, karena ternyata keduanya kafir dan adalah istri
Nabi Nuh yang dikenal dengan nama Wahilah telah berkata kepada kaumnya,
"Sesungguhnya Nuh ini adalah orang gila." Sedangkan istri Nabi Luth yang dikenal
dengan nama Wailah, memberikan petunjuk kepada kaumnya tentang tamu-tamunya,
yaitu bahwa jika tamu-tamu itu tinggal di rumahnya, maka ia akan memberi tanda
kepada mereka dengan api di waktu malam dan kalau siang hari dengan memakai asap
(maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu) yaitu Nabi Nuh dan Nabi Luth
tidak bisa menolong (mereka berdua dari Allah) dari azab-Nya (barang sedikit
pun; dan dikatakan) kepada kedua istri itu ("Masuklah kamu berdua ke dalam
neraka bersama orang-orang yang memasukinya") yaitu bersama orang-orang kafir
dari kalangan kaum Nabi Nuh dan kaum Nabi Luth.
011. (Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang
beriman) istri Firaun itu beriman kepada Nabi Musa, ia bernama Asiah. Lalu
Firaun menyiksanya dengan cara mengikat kedua tangan dan kedua kakinya, lalu di
dadanya diletakkan kincir yang besar, kemudian dihadapkan kepada sinar matahari
yang terik. Bilamana orang yang diperintahkan oleh Firaun untuk menjaganya pergi
maka, malaikat menaunginya dari sengatan sinar matahari (ketika ia berkata)
sewaktu dalam keadaan disiksa ("Ya Rabbku! Bangunlah untukku sebuah rumah di
sisi-Mu dalam surga) maka Allah menampakkan rumahnya yang di surga itu, hingga
ia dapat melihatnya, maka siksaan yang dialaminya itu terasa ringan baginya
setelah melihat pahalanya (dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya)
dari siksaannya terhadap diriku (dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim.")
yakni pemeluk agama Firaun. Setelah itu lalu Allah mencabut rohnya. Menurut Ibnu
Kaisan, bahwa Siti Asiah diangkat ke surga dalam keadaan hidup, dan ia makan dan
minum di dalam surga.
012. (Dan Maryam) lafal ini diathafkan kepada lafaz imra'atu fir`auna
(putri Imran yang memelihara kehormatannya) menjaga kehormatannya (maka Kami
tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh Kami) yakni malaikat Jibril, ia
meniupkan ke dalam kerah bajunya roh ciptaan Allah berdasarkan perintah dari
Allah, hingga tiupan itu masuk ke dalam kemaluannya, lalu setelah itu Maryam
mengandung Isa (dan dia membenarkan kalimat-kalimat Rabbnya) yakni
syariat-syariat-Nya (dan Kitab-kitab-Nya) yang telah diturunkan (dan adalah dia
termasuk orang-orang yang taat) termasuk golongan orang-orang yang taat kepada
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar