Surat Ke-79 : 46 Ayat
001. (Demi yang mencabut nyawa) atau demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa orang-orang kafir (dengan keras) atau mencabutnya dengan kasar.
001. (Demi yang mencabut nyawa) atau demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa orang-orang kafir (dengan keras) atau mencabutnya dengan kasar.
002. (Dan demi yang mencabut nyawa dengan lemah lembut) maksudnya, demi
malaikat-malaikat yang mencabut nyawa orang-orang mukmin secara
pelan-pelan.
003. (Dan demi yang turun dari langit dengan cepat) yakni demi
malaikat-malaikat yang melayang turun dari langit dengan membawa
perintah-Nya.
004. (Dan demi yang mendahului dengan kencang) yaitu malaikat-malaikat
yang mendahului dengan kencang membawa arwah orang-orang yang beriman ke
surga.
005. (Dan yang mengatur urusan) dunia, yaitu malaikat-malaikat yang
mengatur urusan dunia. Dengan kata lain, demi malaikat-malaikat yang turun untuk
mengaturnya. Jawab daripada semua qasam yang telah disebutkan di atas tidak
disebutkan, lengkapnya, benar-benar kalian, hai penduduk Mekah yang kafir, akan
dibangkitkan. Jawab inilah yang menjadi Amil terhadap ayat berikutnya
yaitu:
006. (Pada hari ketika terjadinya guncangan yang hebat) yakni tiupan
pertama malaikat Israfil yang mengguncangkan segala sesuatu dengan hebatnya.
Kemudian pengertian ini diungkapkan ke dalam bentuk kejadian yang timbul dari
tiupan tersebut.
007. (Kemudian ia diiringi dengan yang mengikutinya) dengan tiupan yang
kedua dari malaikat Israfil; jarak di antara kedua tiupan itu empat puluh tahun;
dan jumlah ayat ini berkedudukan menjadi Haal atau kata keterangan keadaan
daripada lafal Ar-Raajifah. Dan lafal Al-Yauma dapat mencakup kedua tiupan
tersebut, karena itu maka kedudukan Zharafnya dianggap sah. Tiupan yang kedua
ini untuk membangkitkan semua makhluk yang mati menjadi hidup kembali, maka
setelah tiupan yang kedua, mereka bangkit hidup kembali.
008. (Hati manusia pada waktu itu sangat takut) amat takut dan
cemas.
009. (Pandangannya tunduk) yakni hina karena kedahsyatan apa yang
disaksikannya.
010. (Mereka berkata) yakni orang-orang kafir yang mempunyai hati dan
pandangan itu mengatakan dengan nada yang memperolok-olokkan karena ingkar dan
tidak percaya terhadap adanya hari berbangkit ("Apakah sesungguhnya kami) dapat
dibaca secara Tahqiq dan Tas-hil, demikian pula lafal berikutnya yang sama
(benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?") maksudnya, apakah kami
sesudah mati akan dikembalikan menjadi hidup seperti semula. Lafal Al-Haafirah
menunjukkan makna permulaan sesuatu, antara lain dikatakan: Raja'a Fulaanun Fii
Haafiratihi, artinya, si Polan kembali lagi ke arah dia datang.
011. ("Apakah apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur
lumat) juga akan dihidupkan kembali?" Menurut suatu qiraat lafal Nakhiratun
dibaca Naahiratun, artinya yang lapuk dan hancur.
012. (Mereka berkata, "Hal itu) maksudnya, dihidupkan-Nya kami kembali
(kalau begitu) atau seandainya hal itu benar terjadi (adalah pengembalian) suatu
pengembalian (yang merugikan") diri kami. Lalu Allah berfirman:
013. (Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah) maksudnya, tiupan yang
kedua untuk membangkitkan semua makhluk (dengan tiupan) dengan hardikan (sekali
saja) apabila tiupan yang kedua ini telah dilakukan.
014. (Maka dengan serta-merta mereka) yakni semua makhluk (bangun)
berada di permukaan bumi dalam keadaan hidup, yang sebelumnya mereka berada di
perut bumi dalam keadaan mati.
015. (Sudahkah sampai kepadamu) hai Muhammad (kisah Musa) lafal ayat ini
menjadi Amil bagi lafal berikutnya, yaitu:
016. (Tatkala Rabbnya memanggilnya di lembah suci ialah lembah Thuwa)
dapat dibaca dengan memakai Tanwin, yaitu Thuwan, dapat pula dibaca tanpa
Tanwin, yaitu Thuwa, artinya nama sebuah lembah. Lalu Rabb berkata
kepadanya:
017. ("Pergilah kamu kepada Firaun sesungguhnya dia telah melampaui
batas) kekafirannya telah melampaui batas.
018. (Dan katakanlah, "Adakah keinginan bagimu) artinya, aku mengajakmu
(untuk membersihkan diri") dari kemusyrikan, seumpamanya kamu bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah. Menurut suatu qiraat lafal Tazakkaa dibaca
Tazzakkaa, yang asalnya adalah Tatazakka, kemudian huruf Ta yang kedua
diidgamkan kepada huruf Za, sehingga jadilah Tazzakkaa.
019. ("Dan kamu akan kupimpin kepada Rabbmu) maksudnya, aku akan
tunjukkan kamu jalan untuk mengetahui-Nya melalui bukti-bukti yang ada (supaya
kamu takut kepada-Nya") karena itu lalu kamu takut kepada-Nya.
020. (Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar) di antara
mukjizat-mukjizat yang dimilikinya, yang ada tujuh macam itu. Mukjizat yang
diperlihatkan kepadanya pada saat itu ialah tangan atau
tongkatnya.
021. (Tetapi Firaun mendustakan) Nabi Musa (dan mendurhakai) Allah
swt.
022. (Kemudian dia berpaling) dari iman (seraya berjalan) di muka bumi
dengan menimbulkan kerusakan.
023. (Maka dia mengumpulkan) para ahli sihir dan bala tentaranya (lalu
berseru.)
024. (Seraya berkata, "Akulah tuhan kalian yang paling tinggi") tiada
tuhan di atasku.
025. (Maka Allah membinasakannya) yakni menenggelamkannya hingga binasa
(sebagai pembalasan) atau siksaan (atas yang terakhir ini) disebabkan
perkataannya yang terakhir tadi (dan yang pertama) yaitu sebagaimana yang telah
disitir oleh firman-Nya, " ...aku tidak mengetahui tuhan bagi kamu sekalian
selain aku." (Q.S. Al-Qashash, 38) Jarak antara kedua perkataan yang telah
dikatakannya itu empat puluh tahun.
026. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu
(terdapat pelajaran bagi orang yang takut) kepada Allah swt.
027. (Apakah kalian) hai orang-orang yang ingkar terhadap adanya hari
berbangkit; lafal ayat ini dapat dibaca Tahqiq dan Tas-hil (yang lebih sulit
penciptaannya ataukah langit?) yang lebih rumit penciptaannya. (Allah telah
membinanya) lafal ayat ini menjelaskan tentang cara penciptaan langit.
028. (Dia meninggikan bangunannya) ayat ini menafsirkan pengertian yang
terkandung di dalam lafal Banaahaa; artinya, Dia menjadikan bangunannya berada
di atas, maksudnya, dalam ketinggian yang sangat. Tetapi menurut pendapat lain
dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan Samkahaa adalah atapnya (lalu
menyempurnakannya) yakni, Dia menjadikannya dengan sempurna tanpa cacat.
029. (Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita) membuatnya gelap (dan
menjadikan siangnya terang benderang) Dia menampakkan cahaya matahari. Di dalam
ungkapan ini lafal Al-Lail atau malam hari dimudhafkan kepada As-Samaa', karena
malam hari merupakan kegelapan baginya. Dan dimudhafkan pula kepada matahari,
karena matahari merupakan cahaya baginya.
030. (Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya) yakni dijadikan-Nya dalam
bentuk terhampar, sebenarnya penciptaan bumi itu sebelum penciptaan langit,
tetapi masih belum terhamparkan.
031. (Ia memancarkan) berkedudukan menjadi Haal dengan memperkirakan
adanya lafal Qad sebelumnya; artinya Ia mengeluarkan (daripadanya mata air)
yakni dengan mengalirkan air dari sumber-sumbernya (dan menumbuhkan
tumbuh-tumbuhannya) yakni, pohon-pohon dan rumput-rumputan yang menjadi makanan
ternak, dan demikian pula tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan pokok manusia,
serta buah-buahannya. Dikaitkannya istilah Al-Mar'aa kepada bumi hanyalah
merupakan ungkapan Isti'arah,
032. (Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh) yakni
dipancangkan di atas bumi supaya bumi stabil dan tidak berguncang.
033. (Untuk kesenangan) lafal Mataa'an berkedudukan menjadi Maf'ul Lah
bagi lafal yang tidak disebutkan, lengkapnya, Dia melakukan hal tersebut untuk
kesenangan. Atau lafal Mataa'an ini dianggap sebagai Mashdar, artinya memberikan
kesenangan (buat kalian dan buat binatang-binatang ternak kalian) lafal An'aam
ini adalah jamak dari lafal Na'amun artinya binatang ternak mencakup unta, sapi,
dan kambing.
034. (Maka apabila malapetaka yang sangat besar telah datang) yaitu
tiupan sangkakala malaikat Israfil yang kedua.
035. (Pada hari ketika manusia teringat) lafal Yauma berkedudukan
menjadi Badal daripada lafal Idzaa (akan apa yang telah dikerjakannya) sewaktu
ia masih di dunia, apakah itu perbuatan baik atau perbuatan buruk.
036. (Dan diperlihatkan dengan jelas) ditampakkan dengan
seterang-terangnya (neraka) yakni neraka Jahim yang membakar itu (kepada setiap
orang yang melihat) kepada setiap orang yang melihatnya. Jawab dari lafal Idzaa
ialah:
037. (Adapun orang yang melampaui batas) yakni orang kafir.
038. (Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia) dengan cara selalu
mengikuti kemauan hawa nafsunya.
039. (Maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal) bagi dia.
040. (Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya) di kala ia
berdiri di hadapan-Nya (dan menahan diri) menahan nafsu amarahnya (dari
keinginan hawa nafsunya) yang menjerumuskan ke dalam kebinasaan disebabkan
memperturutkan kemauannya.
| ||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar