Musa
Orang Yahudi, Kristen, dan Islam sepakat bahwa ada satu kitab wahyu yang
diberikan Allah kepada Musa. Kitab itu disebut Taurat. Namun demikian,
terdapat beberapa perdebatan ilmiah dalam tradisi Yudeo-Kristen
berkenaan dengan zaman Musa. Sebagian sarjana yang menempatkan Musa
sebagai pemimpin eksodus bangsa Israel dari Mesir sekitar tahun 1250 SM 1
(atau bahkan 1220 SM 2). Akan tetapi, bukti internal dari Alkitab
menyatakan bahwa eksodus dari Mesir itu terjadi 480 tahun sebelum
mulainya pembangunan Kuil Sulaiman pada tahun keempat pemerintahan Raja
Sulaiman, semoga kesejahteraan senantiasa terlimpah atasnya .3
Sebagaimana disepakati di kalangan sarjana bahwa pemerintahan Kerajaan
Sulaiman kira2 dimulai pada pertengahan paruh pertama abad ke-10 SM, 4
kerajaan ini menempati eksodus bangsa Israel dan Mesir sekitar tahun
1446 SM. Oleh karenanya, jika kita menerima proses penanggalan Alkitab,
maka kehidupan Musa dan kitab wahyu yang diberikan kepadanya waktunya
tidak lebih dari abad ke-15 SM.
Taurat-yang-Diterima
Harus dibedakan antara Taurat yang diberikan kepada Musa, dan Taurat yang terdapat dalam Alkitab kontemporer. Yang pertama, yang bisa disebut Taurat orisinal, merupakan komposisi tunggal dan utuh, meskipun ia mungkin bisa dibagi menjadi beberapa bagian seperti halnya Al-Qur'an. Yang kedua, yang bisa disebut Taurat-yang-diterima, merupakan kompilasi gabungan dan tambal sulam, yang tampil mendekati bentuknya sekarang kira2 pada abad ke-5 atau lebih awal pada abad ke-4 SM, yang seluruh naskahnya baru lengkap kira2 10 abad setelah masa kehidupan Musa. Lebih2, kompilasi Taurat-yang-diterima ini memerlukan waktu setidaknya lima abad, bahkan mungkin lebih.5
Taurat-yang-diterima terdiri atas lima kitab biblikal, yang semuanya dikenal sebagai Pentateuch (lima kitab pertama dari Perjanjian Lama), yang masing2 dinamai Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat, Kitab Bilangan, dan Kitab Ulangan. Kelima kitab ini bukan hanya merupakan komposisi yang tidak tunggal dan utuh, melainkan juga sering kali merupakan kompilasi tambal-sulam dari catatan2 tertulis atau untaian2 literer sebelumnya, yang dikenal oleh dunia kesarjanaan alkitabiah sebagai J, E, P, dan D. Selain itu, sebagian sumber yang tidak bisa diidentifikasi dan ditanggalkan (diidentifikasi dengan tanda "?" dalam hal ini) kadang2 digunakan untuk mengonstruksi Taurat-yang-diterima. Sifat kompilasi tambal-sulam Taurat-yang-diterima ini diikhtisarkan di bawah ini.
Tabel 1:
Kompilasi Taurat-yang-Diterima6
KITAB
SUMBER-SUMBER YANG DIGUNAKAN
Kejadian
J, E, P, ?, ditambah catatan2 editorial
Keluaran
J, E, P, D, ?, ditambah catatan2 editorial
Imamat
P, ditambah catatan2 editorial
Bilangan
J, E, P, ditambah catatan2 editorial
Ulangan
P, D, ?, ditambah catatan2 editorial
Untaian-untaian Literer
Sifat kompilasi tambal-sulam Taurat-yang-diterima tidak berakhir dengan informasi yang disuguhkan dalam Tabel 1 di atas. Masing2 untaian literer -- J, E, P, dan D -- itu sendiri merupakan kompilasi tambal-sulam dari sumber2 sebelumnya, baik yang tertulis maupun lisan, yang tidak bisa lagi dipilah dan diidentifikasi secara jelas. Lebih lanjut, setidaknya berkenaan dengan P dan D, untaian2 literer ini telah mengalami perubahan selama rentang waktu yang sangat lama sebelum sampai pada bentuk finalnya, dan oleh karenanya menunjukkan sebuah proses kompilasi berlapis. 7
Biasanya relatif mudah untuk mengidentifikasi dan mengontraskan empat untaian literer ini atas dasar karakteristik2 literer mereka yang khas. J secara konsisten merujuk pada: Allah sebagai Jahweh; putra kedua Ishak sebagai Israel; gunung Musa sebagai Gunung Sinai; Mesopotamia utara sebagai Aram-naharain; para penduduk Palestina sebagai bangsa Kanaan; dan orang pertama dengan kata ganti bahasa Ibrani "Anokhi". Sebaliknya, E secara khusus merujuk pada: Allah sebagai Ellohim; putra kedua Ishak sebagai Yakub; gunung Musa sebagai Gunung Horeb; dan para penduduk Palestina sebagai bangsa Amori. Sementara itu, P merujuk pada: Allah sebagai Ellohim; Mesopotamia utara sebagai Paddan-aram; gunung Musa sebagai Gunung Sinai; dan orang pertama dengan kata ganti bahasa Ibrani "Ani". Akhirnya, D, yang menunjukkan persamaan2 tertentu dengan E, secara khas merujuk pada: Allah sebagai Ellohim, dan kepada para penduduk Palestina sebagai bangsa Amori.8
Empat untaian literer yang kemudian menyusun Taurat-yang-diterima berasal dan dikombinasikan selama kurun waktu lebih dari lima abad. Lebih jauh, empat untaian literer tersebut memiliki asal-muasal geografis yang berbeda: J merupakan dokumen Yahudi, sedangkan E dan D pada awalnya muncul di Kerajaan Israel utara. Proses pemunculan dan kombinasi ini diikhtisarkan pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel tersebut mengilustrasikan bahwa Taurat-yang-diterima tidak mewarisi sesuatu pun yang mirip dengan bentuknya sekarang hingga kira2 seribu tahun setelah kehidupan Musa.
Tabel 2:
Kronologi Untaian Taurat-yang-diterima9
Waktu Peristiwa
Kira2 950 SM Penyusunan J
Kira2 750 SM Penyusunan E
Akhir abad ke-8 SM J dan E dikombinasikan
Abad ke-7 SM Penyusunan akhir D
Abad ke-6 hingga ke-5 SM Penyusunan P
Kira2 400 SM Penyusunan Taurat-yang-diterima
Beberapa Tinjauan atas Taurat-yang-diterima
Hingga kira2 400 tahun SM, proses evolusioner yang akhirnya menghasilkan Taurat-yang-diterima masih berlangsung. J, E, P, D, dan sumber tambahan lain telah dikombinasikan dalam satu kesatuan naskah yang jelas. Namun demikian, berbagai macam versi dari kesatuan naskah ini tetap mengalami perubahan selama abad2 berikutnya. Hingga zaman Yesus pada abad pertama Masehi, setidaknya ada empat versi Taurat yang beredar, termasuk Taurat proto-Masoterik, Samaritan, Aleksandria, dan Palestina.
Teks proto-Masoterik kemungkinan besar bisa ditelusuri hingga sekitar 440 tahun SM, dan agaknya memiliki asal-muasal Babilonia, atau setidaknya banyak dinisbahkan kepada orang2 Yahudi yang nenek moyangnya terlibat dalam peristiwa pembuangan Babilonia pada abad ke-6 SM. Teks ini, yang sudah tidak ada lagi, berubah menjadi teks Masoterik di bawah pengaruh sekte Yahudi Farisi yang dimulai setelah kejatuhan Yerusalem pada tahun 70 M. Ia belum lengkap hingga pengembangan sistem vokal Tiberia yang muncul antara 780 dan 930 M. Manuskrip tertua yang masih eksis dari teks Masoterik adalah teks yang ditulis oleh Musa bar Asher di Tiberias, Palestina, kira2 pada 895 M, yaitu, kira2 24 abad setelah kehidupan Musa. Teks Masoterik inilah yang digunakan oleh orang2 Yahudi kontemporer sebagai versi Taurat mereka.10
Teks Samaritan bisa ditelusuri tidak lebih dari abad ke-4 SM, hingga saat terjadinya skisma antara kaum Samaritan dan kaum Yahudi. Namun demikian, banyak sarjana alkitabiah yang mengemukakan bahwa abad ke-2 SM lebih mungkin sebagai permulaannya. Variasi2 antara teks Masoterik dan Samaritan secara dramatis diilustrasikan oleh fakta bahwa keduanya berbeda satu sama lain di 6.000 (enam ribu) tempat, dimana teks Samaritan sesuai dengan teks Aleksandria (lihat di bawah) dalam kira2 sepertiga tempat dari tempat2 tersebut. Sebagian besar manuskrip kuno dari teks Samaritan yang masih eksis bisa ditelusuri tidak lebih dari abad ke-13 M, yang artinya kira2 28 abad setelah kehidupan Musa.11
Teks Aleksandria merupakan teks berbahasa Ibrani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dengan maksud menciptakan Septuaginta Yunani yang dimulai pada abad ketiga SM. Teks asli Aleksandria tidak lagi eksis, demikian juga dengan terjemahan awal bahasa Yunaninya. Versi2 kemudian Septuaginta dilestarikan oleh gereja2 Kristen awal, yang menunjukkan bahwa banyak revisi yang dilakukan atas teks tersebut selama 1.000 (seribu) tahun pertama eksistensinya. Seluruh salinan Septuaginta berbeda dalam beberapa rincian penting dari teks Masoterik, Samaritan, maupun Palestina, dan seluruh salinan dari Septuaginta sendiri berbeda antara satu dengan lainnya.12
Teks Palestina tidak lagi eksis seluruhnya, dan bahkan belum tentu eksis hingga penemuan Naskah2 Laut Mati di Khirbet Qumran, pada tahun 1940-an. Penemuan2 arkeologis di Qumran telah menyingkapkan sejumlah fragmen teks Palestinian, yang berbeda dalam banyak hal dari teks Masoterik, Samaritan, maupun Aleksandria. Teks Palestinian kadang2 sesuai dengan teks Samaritan, tetapi juga kadang2 sesuai dengan teks Aleksandria.13
Ketika menyajikan Taurat-yang-diterima dalam Alkitab berbahasa Inggris kontemporer, yaitu New Revised Standard Version, para sarjana alkitabiah memerhatikan keempat teks tersebut. Para sarjana alkitabiah berusaha merekonstruksi Taurat "orisinal" yang diterima, yaitu Taurat-yang-diterima sekitar 400 tahun SM. Rekonstruksi hipotetik ini didasarkan pada sebuah proses yang menggunakan keempat teks tersebut, kadang2 mengikuti teks yang satu tetapi juga kadang2 mengikuti teks yang lainnya. Pemilihan teks didasarkan pada pertimbangan2 historis, linguistik, dan "dugaan terbaik".
Ikhtisar
Taurat-yang-diterima bukanlah sebuah dokumen tunggal dan utuh. Ia kompilasi tambal-sulam (utamanya J dan E) dengan pelapisan2 tambahan (utamanya D dan P). Sementara Musa, penerima wahyu asli, yang diduga merepresentasikan Taurat, hidup tidak lebih kemudian daripada abad ke-13 SM, dan kemungkinan hidup pada abad ke-15 SM, sementara Taurat yang diterima bisa ditelusuri waktunya pada masa yang jauh lebih kemudian. Substrata tertua Taurat-yang-diterima yang bisa diidentifikasi yaitu J, bisa ditelusuri waktunya tidak lebih dari abad ke-10 SM. Substrata lain Taurat-yang-diterima bisa ditelusuri waktunya hingga abad ke-8 SM, yaitu E, abad ke-7 SM, yaitu D, dan abad ke-6 hingga ke-5 SM, yaitu P. Lebih jauh, substrata2 yang berbeda ini belum dikombinasikan menjadi Taurat-yang-diterima hingga kira2 400 tahun SM, yang berarti sekitar 1.000 (seribu) tahun setelah kehidupan Musa.
Selanjutnya, Taurat-yang-diterima tidak pernah distandardisasi secara total, setidaknya dengan empat teks berbeda yang eksis pada abad pertama Masehi, yang berarti sekitar 1.500 tahun setelah kehidupan Musa. Selain itu, jika kita menerima teks Masoterik sebagai teks paling "resmi" Taurat-yang-diterima, maka manuskrip tertua bisa ditelusuri waktunya hingga kira2 tahun 895 M, yang berarti sekitar 2.300 tahun setelah kehidupan Musa. Singkatnya, meskipun Taurat-yang-diterima mungkin mengandung beberapa bagian dari Taurat asli, tetapi sumber Taurat-yang-diterima itu telah hancur, sebagian besar tidak diketahui, dan dengan cara apa pun tidak bisa ditelusuri kembali hingga ke zaman Musa.
Keterangan:
1. Duncan GB (1971)
2. Leslie EA (1929a)
3. Raja-raja I, 6:1
4. A) Simpson DC (1929). B) Leslie EA (1929a). C) Rohl DM (1995). D) Duncan GB (1971). E) Herbert G (1962). F) Finegan J (1952). G) Terrien (1964). H) Wright GE (1960). I) Beck HF (1971). J) Asimow (1968). K) Noth M (1960).
5. A) Duncan GB (1971). B) Leslie EA (1929a). C) Hyatt JP (1971).
6. Sumber2 yang digunakan untuk mengonstrusi Tabel 1 adalah: A) Marks JH (1971). B) Gray J. (1971). C) Milgrom J. (1971). D) Guthrie HH (1971). E) Gottwald NK (1971).
7. A) Milgrom J. (1971). B) Gottwald NK (1971).
8. A) Marks JH (1971). B) Robinson TH (1929). C) Eiselen FC (1929). D) Gottwald NK (1971).
9. Sumber2 yang digunakan untuk mengonstruksi Tabel 2 adalah: A) Duncan GB (1971). B) Hyatt JP (1971). C) Mark HJ (1971). D) Robinson TH (1929). E) Eiselen FC (1929). F) Leslie EA (1929a).
10. A) Reumann J. (1971). B) Sarna NM (1998).
11. A) Reumann J. (1971). B) Sarna NM (1998).
12. Reumann J. (1971).
13. Stegemann H (1998).
Taurat-yang-Diterima
Harus dibedakan antara Taurat yang diberikan kepada Musa, dan Taurat yang terdapat dalam Alkitab kontemporer. Yang pertama, yang bisa disebut Taurat orisinal, merupakan komposisi tunggal dan utuh, meskipun ia mungkin bisa dibagi menjadi beberapa bagian seperti halnya Al-Qur'an. Yang kedua, yang bisa disebut Taurat-yang-diterima, merupakan kompilasi gabungan dan tambal sulam, yang tampil mendekati bentuknya sekarang kira2 pada abad ke-5 atau lebih awal pada abad ke-4 SM, yang seluruh naskahnya baru lengkap kira2 10 abad setelah masa kehidupan Musa. Lebih2, kompilasi Taurat-yang-diterima ini memerlukan waktu setidaknya lima abad, bahkan mungkin lebih.5
Taurat-yang-diterima terdiri atas lima kitab biblikal, yang semuanya dikenal sebagai Pentateuch (lima kitab pertama dari Perjanjian Lama), yang masing2 dinamai Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat, Kitab Bilangan, dan Kitab Ulangan. Kelima kitab ini bukan hanya merupakan komposisi yang tidak tunggal dan utuh, melainkan juga sering kali merupakan kompilasi tambal-sulam dari catatan2 tertulis atau untaian2 literer sebelumnya, yang dikenal oleh dunia kesarjanaan alkitabiah sebagai J, E, P, dan D. Selain itu, sebagian sumber yang tidak bisa diidentifikasi dan ditanggalkan (diidentifikasi dengan tanda "?" dalam hal ini) kadang2 digunakan untuk mengonstruksi Taurat-yang-diterima. Sifat kompilasi tambal-sulam Taurat-yang-diterima ini diikhtisarkan di bawah ini.
Tabel 1:
Kompilasi Taurat-yang-Diterima6
KITAB
SUMBER-SUMBER YANG DIGUNAKAN
Kejadian
J, E, P, ?, ditambah catatan2 editorial
Keluaran
J, E, P, D, ?, ditambah catatan2 editorial
Imamat
P, ditambah catatan2 editorial
Bilangan
J, E, P, ditambah catatan2 editorial
Ulangan
P, D, ?, ditambah catatan2 editorial
Untaian-untaian Literer
Sifat kompilasi tambal-sulam Taurat-yang-diterima tidak berakhir dengan informasi yang disuguhkan dalam Tabel 1 di atas. Masing2 untaian literer -- J, E, P, dan D -- itu sendiri merupakan kompilasi tambal-sulam dari sumber2 sebelumnya, baik yang tertulis maupun lisan, yang tidak bisa lagi dipilah dan diidentifikasi secara jelas. Lebih lanjut, setidaknya berkenaan dengan P dan D, untaian2 literer ini telah mengalami perubahan selama rentang waktu yang sangat lama sebelum sampai pada bentuk finalnya, dan oleh karenanya menunjukkan sebuah proses kompilasi berlapis. 7
Biasanya relatif mudah untuk mengidentifikasi dan mengontraskan empat untaian literer ini atas dasar karakteristik2 literer mereka yang khas. J secara konsisten merujuk pada: Allah sebagai Jahweh; putra kedua Ishak sebagai Israel; gunung Musa sebagai Gunung Sinai; Mesopotamia utara sebagai Aram-naharain; para penduduk Palestina sebagai bangsa Kanaan; dan orang pertama dengan kata ganti bahasa Ibrani "Anokhi". Sebaliknya, E secara khusus merujuk pada: Allah sebagai Ellohim; putra kedua Ishak sebagai Yakub; gunung Musa sebagai Gunung Horeb; dan para penduduk Palestina sebagai bangsa Amori. Sementara itu, P merujuk pada: Allah sebagai Ellohim; Mesopotamia utara sebagai Paddan-aram; gunung Musa sebagai Gunung Sinai; dan orang pertama dengan kata ganti bahasa Ibrani "Ani". Akhirnya, D, yang menunjukkan persamaan2 tertentu dengan E, secara khas merujuk pada: Allah sebagai Ellohim, dan kepada para penduduk Palestina sebagai bangsa Amori.8
Empat untaian literer yang kemudian menyusun Taurat-yang-diterima berasal dan dikombinasikan selama kurun waktu lebih dari lima abad. Lebih jauh, empat untaian literer tersebut memiliki asal-muasal geografis yang berbeda: J merupakan dokumen Yahudi, sedangkan E dan D pada awalnya muncul di Kerajaan Israel utara. Proses pemunculan dan kombinasi ini diikhtisarkan pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel tersebut mengilustrasikan bahwa Taurat-yang-diterima tidak mewarisi sesuatu pun yang mirip dengan bentuknya sekarang hingga kira2 seribu tahun setelah kehidupan Musa.
Tabel 2:
Kronologi Untaian Taurat-yang-diterima9
Waktu Peristiwa
Kira2 950 SM Penyusunan J
Kira2 750 SM Penyusunan E
Akhir abad ke-8 SM J dan E dikombinasikan
Abad ke-7 SM Penyusunan akhir D
Abad ke-6 hingga ke-5 SM Penyusunan P
Kira2 400 SM Penyusunan Taurat-yang-diterima
Beberapa Tinjauan atas Taurat-yang-diterima
Hingga kira2 400 tahun SM, proses evolusioner yang akhirnya menghasilkan Taurat-yang-diterima masih berlangsung. J, E, P, D, dan sumber tambahan lain telah dikombinasikan dalam satu kesatuan naskah yang jelas. Namun demikian, berbagai macam versi dari kesatuan naskah ini tetap mengalami perubahan selama abad2 berikutnya. Hingga zaman Yesus pada abad pertama Masehi, setidaknya ada empat versi Taurat yang beredar, termasuk Taurat proto-Masoterik, Samaritan, Aleksandria, dan Palestina.
Teks proto-Masoterik kemungkinan besar bisa ditelusuri hingga sekitar 440 tahun SM, dan agaknya memiliki asal-muasal Babilonia, atau setidaknya banyak dinisbahkan kepada orang2 Yahudi yang nenek moyangnya terlibat dalam peristiwa pembuangan Babilonia pada abad ke-6 SM. Teks ini, yang sudah tidak ada lagi, berubah menjadi teks Masoterik di bawah pengaruh sekte Yahudi Farisi yang dimulai setelah kejatuhan Yerusalem pada tahun 70 M. Ia belum lengkap hingga pengembangan sistem vokal Tiberia yang muncul antara 780 dan 930 M. Manuskrip tertua yang masih eksis dari teks Masoterik adalah teks yang ditulis oleh Musa bar Asher di Tiberias, Palestina, kira2 pada 895 M, yaitu, kira2 24 abad setelah kehidupan Musa. Teks Masoterik inilah yang digunakan oleh orang2 Yahudi kontemporer sebagai versi Taurat mereka.10
Teks Samaritan bisa ditelusuri tidak lebih dari abad ke-4 SM, hingga saat terjadinya skisma antara kaum Samaritan dan kaum Yahudi. Namun demikian, banyak sarjana alkitabiah yang mengemukakan bahwa abad ke-2 SM lebih mungkin sebagai permulaannya. Variasi2 antara teks Masoterik dan Samaritan secara dramatis diilustrasikan oleh fakta bahwa keduanya berbeda satu sama lain di 6.000 (enam ribu) tempat, dimana teks Samaritan sesuai dengan teks Aleksandria (lihat di bawah) dalam kira2 sepertiga tempat dari tempat2 tersebut. Sebagian besar manuskrip kuno dari teks Samaritan yang masih eksis bisa ditelusuri tidak lebih dari abad ke-13 M, yang artinya kira2 28 abad setelah kehidupan Musa.11
Teks Aleksandria merupakan teks berbahasa Ibrani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dengan maksud menciptakan Septuaginta Yunani yang dimulai pada abad ketiga SM. Teks asli Aleksandria tidak lagi eksis, demikian juga dengan terjemahan awal bahasa Yunaninya. Versi2 kemudian Septuaginta dilestarikan oleh gereja2 Kristen awal, yang menunjukkan bahwa banyak revisi yang dilakukan atas teks tersebut selama 1.000 (seribu) tahun pertama eksistensinya. Seluruh salinan Septuaginta berbeda dalam beberapa rincian penting dari teks Masoterik, Samaritan, maupun Palestina, dan seluruh salinan dari Septuaginta sendiri berbeda antara satu dengan lainnya.12
Teks Palestina tidak lagi eksis seluruhnya, dan bahkan belum tentu eksis hingga penemuan Naskah2 Laut Mati di Khirbet Qumran, pada tahun 1940-an. Penemuan2 arkeologis di Qumran telah menyingkapkan sejumlah fragmen teks Palestinian, yang berbeda dalam banyak hal dari teks Masoterik, Samaritan, maupun Aleksandria. Teks Palestinian kadang2 sesuai dengan teks Samaritan, tetapi juga kadang2 sesuai dengan teks Aleksandria.13
Ketika menyajikan Taurat-yang-diterima dalam Alkitab berbahasa Inggris kontemporer, yaitu New Revised Standard Version, para sarjana alkitabiah memerhatikan keempat teks tersebut. Para sarjana alkitabiah berusaha merekonstruksi Taurat "orisinal" yang diterima, yaitu Taurat-yang-diterima sekitar 400 tahun SM. Rekonstruksi hipotetik ini didasarkan pada sebuah proses yang menggunakan keempat teks tersebut, kadang2 mengikuti teks yang satu tetapi juga kadang2 mengikuti teks yang lainnya. Pemilihan teks didasarkan pada pertimbangan2 historis, linguistik, dan "dugaan terbaik".
Ikhtisar
Taurat-yang-diterima bukanlah sebuah dokumen tunggal dan utuh. Ia kompilasi tambal-sulam (utamanya J dan E) dengan pelapisan2 tambahan (utamanya D dan P). Sementara Musa, penerima wahyu asli, yang diduga merepresentasikan Taurat, hidup tidak lebih kemudian daripada abad ke-13 SM, dan kemungkinan hidup pada abad ke-15 SM, sementara Taurat yang diterima bisa ditelusuri waktunya pada masa yang jauh lebih kemudian. Substrata tertua Taurat-yang-diterima yang bisa diidentifikasi yaitu J, bisa ditelusuri waktunya tidak lebih dari abad ke-10 SM. Substrata lain Taurat-yang-diterima bisa ditelusuri waktunya hingga abad ke-8 SM, yaitu E, abad ke-7 SM, yaitu D, dan abad ke-6 hingga ke-5 SM, yaitu P. Lebih jauh, substrata2 yang berbeda ini belum dikombinasikan menjadi Taurat-yang-diterima hingga kira2 400 tahun SM, yang berarti sekitar 1.000 (seribu) tahun setelah kehidupan Musa.
Selanjutnya, Taurat-yang-diterima tidak pernah distandardisasi secara total, setidaknya dengan empat teks berbeda yang eksis pada abad pertama Masehi, yang berarti sekitar 1.500 tahun setelah kehidupan Musa. Selain itu, jika kita menerima teks Masoterik sebagai teks paling "resmi" Taurat-yang-diterima, maka manuskrip tertua bisa ditelusuri waktunya hingga kira2 tahun 895 M, yang berarti sekitar 2.300 tahun setelah kehidupan Musa. Singkatnya, meskipun Taurat-yang-diterima mungkin mengandung beberapa bagian dari Taurat asli, tetapi sumber Taurat-yang-diterima itu telah hancur, sebagian besar tidak diketahui, dan dengan cara apa pun tidak bisa ditelusuri kembali hingga ke zaman Musa.
Keterangan:
1. Duncan GB (1971)
2. Leslie EA (1929a)
3. Raja-raja I, 6:1
4. A) Simpson DC (1929). B) Leslie EA (1929a). C) Rohl DM (1995). D) Duncan GB (1971). E) Herbert G (1962). F) Finegan J (1952). G) Terrien (1964). H) Wright GE (1960). I) Beck HF (1971). J) Asimow (1968). K) Noth M (1960).
5. A) Duncan GB (1971). B) Leslie EA (1929a). C) Hyatt JP (1971).
6. Sumber2 yang digunakan untuk mengonstrusi Tabel 1 adalah: A) Marks JH (1971). B) Gray J. (1971). C) Milgrom J. (1971). D) Guthrie HH (1971). E) Gottwald NK (1971).
7. A) Milgrom J. (1971). B) Gottwald NK (1971).
8. A) Marks JH (1971). B) Robinson TH (1929). C) Eiselen FC (1929). D) Gottwald NK (1971).
9. Sumber2 yang digunakan untuk mengonstruksi Tabel 2 adalah: A) Duncan GB (1971). B) Hyatt JP (1971). C) Mark HJ (1971). D) Robinson TH (1929). E) Eiselen FC (1929). F) Leslie EA (1929a).
10. A) Reumann J. (1971). B) Sarna NM (1998).
11. A) Reumann J. (1971). B) Sarna NM (1998).
12. Reumann J. (1971).
13. Stegemann H (1998).
Yesus
Sementara hanya empat injil yang akhirnya dimasukkan dalam kanon Perjanjian Baru, lebih dari 40 injil yang disebut "apokrif" 1
bisa diidentifikasi melalui rujukan2 yang ditemukan dalam tulisan2 para
pendeta gereja awal atau melalui salinan2 yang masih ada. Yang menarik,
hampir seluruh peristiwa yang berkaitan dengan Yesus yang disebutkan
dalam Al-Qur'an dan yang tidak dicatat dalam empat injil kanonik itu,
bisa diidentifikasi dalam injil2 "apokrif" itu.
Proses evolusioner yang menjadikan Perjanjian Baru seperti yang ada sekarang ini melampaui jarak lebih dari lima abad. Di sini, cukuplah dikatakan bahwa kanon terakhir Perjanjian Baru pada akhirnya hanya mencakup empat injil, yaitu, Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes, dengan mengorbankan banyak injil "apokrif" lain yang dianggap sebagai injil otoritatif dan skriptural oleh banyak gereja Kristen awal. Dari keempat injil ini, tiga yang pertama memiliki beberapa kesamaan yang mengarah pada penunjukan ketiganya sebagai injil2 sinoptik, dan yang memungkinkan ketiganya untuk dianalisis sebagai satu kesatuan. Sebaliknya, Injil Yohanes sering kali menggambarkan tradisi yang berbeda dalam gereja2 Kristen awal. Namun demikian, adalah penting menjelaskan format2 kesusasteraan yang muncul di lingkungan Kristen awal sebelum munculnya injil2 tersebut dan yang juga menjadi dasar bagi injil2 kanonik.
Injil dan Format-format Kesusasteraan
Mazhab kritisisme alkitabiah luhur yang dikenal sebagai Formgeschichte, kritisisme format, telah berhasil mengidentifikasi setidaknya lima tipe format sastra lisan di balik penyusunan injil. Format2 kesusasteraan ini, yang diikhtisarkan pada Tabal 1 di bawah, diduga dihimpun dalam kumpulan2 tulisan, yang tetap mempertahankan format kesusasteraannya yang inheren. Oleh karena itu, Tabel 1 bisa dianggap mengikhtisarkan perkembangan awal format2 sastra lisan dan, kemudian, kemunculan-bertahap pelbagai kumpulan karya individual dan kesatuan2 sastra tulis.
Tabel 1: Format-format Kesusasteraan yang Mendasari Injil2
A. Manuskrip Perjanjian Lama atau kutipan-kutipan yang diduga merujuk pada Yesus.
B. Narasi-narasi yang mencapai puncaknya dalam ungkapan yang diduga berasal dari Yesus.
C. Narasi-narasi terinci, utamanya yang terfokus pada mukjizat-mukjizat Yesus.
D. Pelbagai tradisi narasi khusus:
1. Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis.
2. Godaan yang ditujukan pada Yesus oleh setan.
3. Transfigurasi yang diduga berasal dari Yesus.
4. Kesaksian Petrus kepada identitas yang diduga sebagai milik Yesus.
5. Kasih yang diduga milik Yesus, meskipun dihujahkan bahwa ini merupakan kreasi Markus dan sinonim dengan konstruksi Markus. 3
E. Ungkapan-ungkapan dan perumpamaan-perumpamaan yang diduga berasal dari Yesus.
Melalui analisis sebelumnya, jelaslah bahwa setiap wahyu aktual yang diturunkan kepada Yesus menemukan ekspresi utamanya dalam format kesusasteraan E. Format kesusasteraan A jelasnya merupakan kreasi kesusasteraan kelompok pelbagai gereja Kristen awal tertentu yang dirancang untuk membenarkan teologi gereja2 yang berkembang kemudian dan memisahkan diri dari Yahudi. Namun demikian, format kesusasteraan B hingga D, dan mungkin banyak dari karya yang ditemukan dalam format kesusasteraan E, merepresentasikan sesuatu yang berbeda. Di sini, kita dihadapkan pada tindakan2 dan ungkapan2 yang dinisbahkan kepada Yesus. Sesuatu yang jelas2 tidak berkaitan dengan wahyu verbal dan harfiah yang diberikan Allah kepada Yesus, tetapi lebih berkaitan dengan Yesus sebagai pribadi yang dianggap mengucapkan dan melakukannya. Dengan kata lain, dengan menggunakan pembedaan ketika menganalisis Al-Qur'an dan Hadits, format kesusasteraan B hingga D, dan hampir sebagian besar karya yang ditemukan dalam format kesusasteraan E, dianggap berasal dari hadits-hadits Yesus, baik yang palsu maupun asli.
Tipe pembedaan yang hati2 dan sangat cermat, yang dilakukan oleh Islam antara Al-Qur'an dan Hadits, sama sekali diabaikan dalam pembentukan format2 kesusasteraan Kristen awal yang berkenaan dengan Yesus. Sejauh wahyu yang aktual itu dipertahankan, ia dijalin begitu saja dengan hadits yang diduga berasal dari Yesus. Lebih jauh, sementara tradisi Islam secara hati2 mempertahankan dua bagian yang merupakan komponen, yaitu isnad dan matan, 4 dari setiap Hadits Nabi MUhammad SAW yang dianggap sahih, tradisi Kristen awal sepenuhnya gagal mencatat setiap isnad, yakni mata rantai transmisi matan, dan karenanya gagal menyediakan sumber bagi hadits yang diduga berasal dari Yesus ini. Hal ini memunculkan upaya untuk memisahkan hadits Yesus yang autentik dari yang palsu, yang sepenuhnya bergantung pada analisis terhadap muatan kisahnya. Sumber, isnad dari narasi tersebut, sama sekali mangkir dalam hal ini.
Sebagaimana digambarkan pada Tabel 1, kumpulan2 tulisan awal ini lebih merupakan upaya2 kesusasteraan yang primitif. Dalam format kesusasteraan D dalam Tabel 1, dicatat bahwa banyak sarjana alkitabiah meletakkan mukjizat2 atau tanda2 tertulis khusus sebagai sumber di balik injil2 kanonik. Sama halnya, berkaitan dengan format kesusasteraan E dalam Tabel 1 , para sarjana alkitabiah telah berhasil mengidentifikasi sumber "ungkapan-ungkapan" tertulis yang dikenal sebagai Q. 5 (Q berarti istilah Jerman Quelle yang bisa diterjemahkan sebagai sumber).
Q pada awalnya didefinisikan sebagai materi yang umum bagi Matius dan Lukas, sementara ia mangkir dari Markus. 6 Namun demikian, penemuan arkeologis dari Injil Tomas di Nag Hamadi, Mesir, pada 1945, mengungkapkan bahwa definisi awal Q ini harus direvisi. Tentu saja, Tomas adalah salah satu Q dokumen terkait, 7 yang diselang-selingi dengan sisipan2 dan perubahan2 Gnostik. Kenyataannya, sekitar sepertiga dari ungkapan2 dalam Tomas memiliki kesamaan langsung dalam materi Q yang biasanya didefinisikan sebagai Matius dan Lukas. 8 Oleh karenanya, Q mungkin lebih baik didefinisikan sebagai: materi yang umum bagi Matius dan Lukas, sementara ia mangkir dari Markus; materi yang ditemukan dalam Matius dan Tomas, Lukas dan Tomas, atau Matius, Lukas, dan Tomas, baik ditemukan atau tidak dalam Markus.
Q dan Sumber Mukjizat
Setelah akhirnya mengidentifikasi dua sumber tertulis, yaitu, Q dan sumber mukjizat atau tanda2, yang ada di balik injil2 kanonik, adalah keniscayaan untuk menyadari bahwa dokumen2 ini, bahkan dalam dirinya sendiri, bukanlah konstruksi utuh. Pertama-tama, semua itu merupakan kumpulan karya2 individual atau kumpulan2 literer. Kedua, para sarjana alkitabiah modern telah mengidentifikasi tiga lapisan Q yang berbeda. Lapisan pertama Q, yang diidentifikasi sebagai Q1, kemudian dikumpulkan sebagai dokumen tertulis pada kira2 tahun 50 M. Sebaliknya, Q2 kemudian dirumuskan kira2 pada tahun 65 M, dan Q3 kira2 pada tahun 75 M. 9
Dalam memandang hal ini, bisa diasumsikan bahwa banyak dari ungkapan yang dinisbahkan kepada Yesus dalam Q tidak mungkin dikaitkan secara langsung dengan Yesus. Kita bisa menyatakan bahwa banyak dari ungkapan yang paling disukai dari apa yang disebut Khotbah di atas Bukit ini sudah eksis sebelum kenabian Yesus. Hipotesis ini dibuktikan oleh ungkapan2 yang ditemukan nyaris secara harfiah dalam apa yang disebut literatur Yahudi pseudepigraphical 10 dan non kanonik dari abad ke-3 hingga ke-2 SM, yaitu mereka telah eksis sebagai ungkapan2 tertulis 100 hingga 200 tahun sebelum kelahiran Yesus. Dalam hal ini, Testament of the Twelve Patriarch utamanya sangat kaya dengan kutipan2 yang beberapa abad kemudian dinisbahkan kepada Yesus. 11 Dengan mengijinkan dilakukannya pelbagai terjemahan dari satu bahasa kuno ke bahasa kuno lainnya, pemberi sifat yang "nyaris harfiah" sebagian besar bisa diabaikan sebagai hal yang sekunder untuk proses terjemahan tersebut. Dengan demikian, dalam pelbagai contoh di mana Q menempatkan kutipan2 dari kitab2 pseudepigraphical awal ini sebagai sabda Yesus, kita harus menyimpulkan bahwasanya: Q keliru ketika menisbahkan kutipan2 ini kepada Yesus; atau bahwa Yesus agak banyak mengutip dari tulisan2 awal ini.
ANALISIS STRUKTURAL ATAS INJIL-INJIL KANONIK
Analisis struktural atas injil kanonik paling awal, Markus, menunjukkan bahwa Markus menciptakan penggunaan tambal-sulam yang luas atas pelbagai sumber mukjizat atau tanda, pelbagai macam kisah pengungkapan yang beredar, dan mungkin juga penggunaan Q. 12 Pengarang awal Markus menyusun karya2 individual dari sumber2 ini menjadi tatanan yang mungkin arbitrer dan kronologis, kemudian mengaitkannya dengan komentar2 editorialnya sendiri. Dokumen yang dihasilkan mungkin bisa disebut proto-Markus. Revisi kemudian oleh para redaktur tak-dikenal, kemungkinan dirangkaikan dengan penambahan materi yang awalnya tidak dimasukkan dalam proto-Markus, menghasilkan injil Markus, yang dibubuhi tanggal sekitar tahun 75 M. 13 Agar bisa menentukan sumber kesejarahannya, kita bisa menelusuri kembali waktu kompilasi awal kitab Markus hingga kira2 ke tahun 75 M ini.
Matius secara khusus dipercaya sebagai injil kanonik kedua, dan biasanya ditelusuri waktunya hingga kira2 tahun 85 M. 14 Analisis struktural atas Matius menunjukkan bahwa ia disusun dengan cara tambal-sulam dari Markus (atau mungkin proto-Markus), Q, dan sumber2 lisan ataupun tulisan yang khas bagi Matius, yang mungkin disebut M. 15 Sama halnya, analisis struktural atas Lukas menunjukkan bahwa ia disusun dengan prosedur tambal-sulam dari Markus (atau mungkin proto-Markus), Q, dan sumber2 lisan ataupun tulisan yang khas bagi Lukas, yang mungkin disebut L.16 Kompilasi Lukas sering kali ditelusuri waktunya hingga kira2 tahun 95 M. 16
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Yohanes tidak memiliki keumuman2 yang sama dengan yang yang ditemukan dalam Matius, Markus, maupun Lukas. Sejauh ini, sumber2 sebelumnya yang digunakan oleh pengarang Yohanes masih diselimuti misteri. 17 Tentu saja, pengarang Yohanes bergantung pada format2 kesusasteraan yang sama, baik lisan maupun tulisan, yang dirinci pada Tabel 1. Lebih jauh, sebagaimana lazim disepakati bahwa Yohanes merupakan injil kanonik terakhir yang ditulis, mungkin sekitar tahun 110 M. 18 Sangat mungkin bahwa pengarang Yohanes terutama sekali menggunakan format2 kesusasteraan yang dikompilasi menjadi kumpulan2 tulisan, utamanya mengenai sumber mukjizat atau tanda2, 19 dan mungkin juga menggunakan injil2 sinoptik. Lebih jauh, meskipun ia tetap merupakan masa yang bisa ditelusuri, mungkin ada gunanya mencatat bahwa Clementus dari Aleksandria, 20 yang menulis kira2 pada tahun 190 M, secara khusus menyatakan bahwa pengarang Yohanes sangat akrab dengan injil2 sinoptik. 21 Ini mengisyaratkan bahwa Yohanes mungkin sebagian didasarkan pada Markus. 22 Bagaimanapun juga, jelaslah bahwa Yohanes merupakan sebuah kompilasi tambal-sulam dari sumber2 sebelumnya. Lebih jauh, kesaksian internal Yohanes 21:24-25 dengan jelas mengidentifikasi "pengarang" asli dan "penyunting" kemudian, yang mengharuskan bahwa Yohanes juga bisa dilihat sebagai sebuah komposisi berlapis, dengan Yohanes 21 digunakan sebagai apendiks kemudian bagi injil tersebut23 dan Yohanes 1:1-18 digunakan sebagai prolog kemudian bagi injil tersebut. 24
Namun demikian, kisah mengenai injil2 tersebut tidak berakhir dengan kompilasi2 awal mereka. Mereka terus-menerus melakukan revisi dan memberi komentar2 editorial, sebagaimana ditunjukkan oleh tambahan Markus kemudian 16:9-20, perubahan Lukas 3:21-22,( 25) tambahan terhadap apa yang disebut Doa Tuhan dalam Matius 6:13,(26) revisi2 editorial yang agak jelas dalam Yohanes 2:21-22 dan 4:2,( 27) pembalikan yang dilakukan kemudian atas susunan awal Yohanes 5 dan 6,( 28) dan kejadian2 lain semacam ini. Kenyataannya, proses revisi editorial terus-menerus dibubuhi tanggal, sebagaimana disaksikan oleh perubahan2 injil sinoptik melalui King James Version, Revised Standard Version, dan New Revised Standard Version.
Terdapat sangat banyak versi kuno Perjanjian Baru yang tidak satu pun bisa disebut sebagai orisinal. Tanpa memasuki pembahasan teknis yang berlebihan, cukuplah ditegaskan bahwa ada pelbagai macam versi Yunani (Koine), versi Suriah, versi Koptik, dan versi Latin. Sekalipun Perjanjian Baru dipercaya mulanya ditulis dalam bahasa Yunani Koine, tidaklah terlalu tepat menyatakan bahwa versi2 Yunani seharusnya lebih tepat daripada versi2 lain yang tersedia. Dalam hal ini diriwayatkan bahwa salah satu versi Suriah, yaitu, Suriah Sinaitik, ditelusuri kembali hingga abad ke-4 M, dan sebagian besar bertanggal sebelum versi2 Yunani ditulis. Dengan demikian, versi2 non Yunani ini bisa memiliki kesaksian yang penting atas masukan2 dan sisipan2 kemudian dalam versi2 Yunani.
Harus dicatat bahwa Suriah Sinaitik tidak memasukkan kata2 yang dianggap berasal dari Yesus sebagaimana dicatat dalam Matius 16:17-20,( 29) yang menunjukkan bahwa ayat2 ini tidak dimasukkan dalam manuskrip kuno yang kemudian disalin menjadi Suriah Sinaitik, dan mengisyaratkan bahwa ayat2 ini merupakan tambahan2 yang dibubuhkan kemudian. 30
Ikhtisar
Analisis struktural atas empat injil kanonik secara jelas menunjukkan bahwa tidak satu pun yang berupa dokumen tunggal dan utuh. Keempatnya merupakan kompilasi tambal-sulam dari sumber2 sebelumnya, setidaknya dari satu, yaitu Q yang merupakan komposisi berlapis dalam dirinya sendiri. Lebih jauh, keempat injil kanonik tersebut telah mengalami proses pelapisan dan atau revisi editorial.
Sumber aktual keempat injil kanonik tersebut secara dramatis menolak setiap klaim bahwa keempatnya merupakan wahyu yang diturunkan Allah kepada Yesus. Meskipun sebagian dari wahyu yang aktual mungkin dipelihara dalam pelabai serpihan dalam bagian2 keempat injil ini, tetapi sumber sebenarnya keempat injil tersebut pada dasarnya tetap tidak diketahui. Namun demikian, bagian terbesar dari injil2 ini jelas terdiri dari hadits, yaitu, kata2 dan perbuatan2 yang diduga berasal dari Yesus sebagai pribadi. Lebih jauh, injil2 tersebut sama sekali tidak membedakan antara hadits dan wahyu, dan tidak memberikan isnad, yaitu, rantai transmisi, bagi hadits yang dicatat dan dinisbahkan kepada Yesus tersebut.
Oleh karenanya, dalam masing2 kasus, sumber hadits yang dinisbahkan kepada Yesus itu pada dasarnya tidak ada. Dengan demikian, tugas untuk memisahkan hadits autentik dari hadits buatan menjadi sangat rumit, dan tugas ini sepenuhnya bersandar pada analisis isi dari kisah tersebut. Lebih jauh lagi, dalam banyak hal bisa ditunjukkan bahwa ungkapan2 yang dinisbahkan kepada Yesus sebenarnya telah eksis dalam bentuk tertulis dalam literatur pseudepigraphical Yahudi sebelum zaman Yesus.
Akhirnya, perlu dicatat bahwa injil2 kanonik bahkan belum eksis dalam bentuk2 gabungan awal mereka hingga sekitar 40 sampai 70 tahun setelah kenabian Yesus. Setelah itu, keempatnya tetap muncul dalam versi2 yang bervariasi, dengan membiarkan sumber dari kitab2 itu sendiri--untuk tidak menyebutkan wahyu Yesus--dalam kondisi yang sangat terfragmentasi dan terpotong2.
KESIMPULAN
Analisis struktur kesusasteraan dan sumber telah memungkinkan banyak kontras-signifikan yang bisa ditarik antara Al-Qur'an, Taurat-yang-diterima, Mazmur, dan injil2 kanonik dalam Perjanjian Baru. Perihal sumber dari keempat kitab suci ini, hanya Al-Qur'anlah yang merupakan dokumen tunggal dan utuh, dan hanya Al-Qur'anlah yang memiliki sumber yang dikenal dan terbukti. Kontras2 signifikan berkenaan dengan struktur dan sumber dari keempat kitab suci ini diikhtisarkan pada Tabel 2 di bawah ini.
STRUKTUR Al-Qur'an Mazmur Taurat Injil
Tunggal, utuh Ya Tidak Tidak Tidak
Tambal-sulam Tidak Ya ? Ya
Berlapis Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ya Ya Ya
SUMBER
Penisbahan kepada "pengarang" 31 Ya Tidak Tidak Tidak
Rentang waktu #1(32) 1 tahun 1000 tahun 570-770 40-70
Versi2 bervariasi Tidak Ya Ya Ya
Rentang waktu #2(33) 1 tahun 2.300 tahun34 1.865 tahun35 Tidak pasti36
Sumber wahyu Ya Tidak Tidak Tidak
Sumber kitab Ya Tidak Tidak Tidak
Keterangan:
1. Daftar injil2 apokrif: Dialog Sang Juru Selamat, Injil Andreas, Injil Apelles, Injil Bardesanes, Injil Barnabas, Injil Bartelomeus, Injil Basilides, Injil Kelahiran Maria, Injil Cerinthus, Injil Hawa, Injil Ebionit, Injil Orang-orang Mesir, Injil Encratites, Injil Empat Wilayah Surgawi, Injil Orang-orang Ibrani, Injil Hesychius, Injil Masa Kecil Yesus Kristus, Injil Judas Iskariot, Injil Jude, Injil Marcion, Injil Mani, Injil Maria, Injil Matthias, Injil Merinthus, Injil Menurut Kaum Nazaret, Injil Nikomedus, Injil Kesempurnaan, Injil Petrus, Injil Philipus, Injil Pseudo-Matius, Injil Scythianus, Injil Tujuh Puluh, Injil Thaddaeus, Injil Tomas, Injil Titan, Injil Kebenaran, Injil Dua Belas Rasul, Injil Valentinus, Protevangelion James, Injil Rahasia Markus, dan Injil Tomas tentang Masa Kecil Yesus Kristus.
2. A) Filson FV (1971) B) Wilson RM (1971)
3. Mack BL (1996)
4. Isnad: daftar lengkap para perawi hadits, dan merupakan pengesahan terhadap sumber hadits. Matan: Narasi atau teks hadits, yang dapat diuji kebenarannya dengan mencocokkannya dengan Al-Qur'an.
5. A) Robinson JM (1971a) B) Robinson JM (1971b) C) Koester H (1971a) D) Mack BL (1996)
6. A) Filson FV (1971) B) Kee HC (1971) C) Baird W (1971) D) Burch EW (1929) E) Leon-Dufour X (1983) F) Koester H (1971b)
7. A) Koester H (1971a) B) Robinson JM (1971b) C) Koester H (1971b) D) Mack BL (1996)
8. Mack BL (1996)
9. Mack BL (1996)
10. Tulisan2 awal yang tidak dimasukkan dalam kanon Alkitab dan Apokrif (dimana yah???)
11. Misalnya, bahan2 Q dalam Matius 5:3 memiliki banyak persamaan dengan Perjanjian Benjamin 1:26-27, Perjanjian Yehuda 4:31, dan Perjanjian Gag 2:15. Sebagai contoh kedua, kandungan Q dalam Matius 5:11-12 memiliki banyak persamaan dengan Perjanjian Levi 4:26 dan Perjanjian Yosef 1:20-21. Mengenai kutipan2 dari Perjanjian Dua Belas Murid ini, lihat Platt RH, Brett JA.
12. Mack BL (1996)
13. A) Duncan GB (1971) B) Davies JN (1929a) C) Moffat J (1929) D) Sunderg AC (1971) E) Pherigo LP (1971) F) Asimov (1969) G) Mack BL (1996) H) Nineham DE (1973) I) Leon-Dufour X (1983)
14. A) Duncan GB (1971) B) Sunderg AC (1971) C) Kee HC (1971) D) Leon-Dufour X (1983) E) Mack BL (1996) F) Fenton JC (1973)
15. A) Mack BL (1996) B) Kee HC (1971) C) Filson FV (1971) D) Burch EW (1929)
16. A) Mack BL (1996) B) Baird W (1971) C) Filson FV (1971) D) Burch EW (1929)
17. A) Mack BL (1996) B) Asimov I (1969) C) Duncan GB (1971) D) Baird W (1971) E) Sundberg AC (1971) F) Sebagian sarjana berhujah bahwa ada versi Lukas yang lebih awal, yang bisa disebut proto-Lukas, yang disusun sekitar tahun 60 Masehi, dan yang dimulai dengan pembaptisan Yesus, sebagaimana dimiliki Markus. Caird GB (1972)
18. Shepherd MH (1971)
19. A) Mack BL (1996) B) Duncan GB (1971) C) Shepherd MH (1971) D) Leon-Dufour X (1983)
20. Mack BL (1996)
21. Seorang santo yang ditahbiskan oleh Gereja Katolik Roma, Titus Flavius Clemens (Clementus) adalah seorang presiden sekolah kateketik Kristen abad ke-2 dan ke-3 M di Aleksandria. Karya2 tulisnya mencakup: Protreptikos, Paidagogos, Stromateis: A Discourse Concerning the Salvation of Rich Man, Exhortation to Patience or Address to the Newly Baptized, Excerpta ex Theodota, Eclogae Propheticae, dan Hypotypeseis. Fredericksen LF et al. (1998)
22. Shepherd MH (1998)
23. A) Mack BL (1996) B) Garvie AE (1929)
24. A) Shepherd MH (1971) B) Moffat J (1929)
25. Garvie AE (1929)
26. Selengkapnya baca buku: "Salib di Bulan Sabit", oleh DR. Jerald F. Dirks, 2001.
27. Tambahan editorial tersebut terdiri atas kata2: "Karena kerajaan, kekuasaan, dan kemuliaan adalah milikmu. Amin."
28. Shepherd MH (1971)
29. A) Shepherd MH (1971) B) Moffat (1929)
30. Matius 16:17-20 secara langsung mengikuti dugaan kesaksian Petrus bahwa Yesus adalah "Sang Juru Selamat, Putra Tuhan yang hidup". Ayat2 ini kemudian terbaca: "Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon putra Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan gerbang-gerbang Hades tidak akan mampu melawannya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa dia adalah Sang Juru Selamat."
31. Robertson AT (1929)
32. Dengan kata lain, bisakah kitab suci itu ditelusuri kembali jejaknya sampai pada seseorang yang konon menerima wahyu itu untuk pertama kalinya?
33. Waktu antara berakhirnya wahyu dan kompilasi awal dari seluruh kitab suci.
34. Gambar ini mengasumsikan manuskrip teks Masoterik tahun 895 M merupakan kompilasi "akhir". Namun demikian, kenyataannya, kompilasi "akhir" itu belum lengkap, karena para sarjana alkitabiah terus-menerus melakukan perubahan2 dalam teks tersebut ketika penemuan2 arkeologis baru ditemukan dan dianalisis. Dengan demikian, gambar ini bisa dibaca dengan mudah sebagai: "3.400 tahun atau lebih".
35. Gambar ini mengasumsikan manuskrip teks Masoterik tahun 895 M merupakan kompilasi "akhir". Namun demikian, kenyataannya, kompilasi "akhir" itu belum lengkap, karena para sarjana alkitabiah terus-menerus melakukan perubahan2 dalam teks tersebut ketika penemuan2 arkeologis baru ditemukan dan dianalisis. Dengan demikian, gambar ini bisa dibaca dengan mudah sebagai: "2.970 tahun atau lebih".
36. Perubahan2 terus dilakukan dalam teks tersebut oleh para sarjana alkitabiah, dan gambar tersebut bisa dibaca: "1.960 + beberapa tahun atau lebih".
Dikutip dari buku: "Salib di Bulan Sabit", karya: DR. Jerald F. Dirks, 2003
Proses evolusioner yang menjadikan Perjanjian Baru seperti yang ada sekarang ini melampaui jarak lebih dari lima abad. Di sini, cukuplah dikatakan bahwa kanon terakhir Perjanjian Baru pada akhirnya hanya mencakup empat injil, yaitu, Markus, Matius, Lukas, dan Yohanes, dengan mengorbankan banyak injil "apokrif" lain yang dianggap sebagai injil otoritatif dan skriptural oleh banyak gereja Kristen awal. Dari keempat injil ini, tiga yang pertama memiliki beberapa kesamaan yang mengarah pada penunjukan ketiganya sebagai injil2 sinoptik, dan yang memungkinkan ketiganya untuk dianalisis sebagai satu kesatuan. Sebaliknya, Injil Yohanes sering kali menggambarkan tradisi yang berbeda dalam gereja2 Kristen awal. Namun demikian, adalah penting menjelaskan format2 kesusasteraan yang muncul di lingkungan Kristen awal sebelum munculnya injil2 tersebut dan yang juga menjadi dasar bagi injil2 kanonik.
Injil dan Format-format Kesusasteraan
Mazhab kritisisme alkitabiah luhur yang dikenal sebagai Formgeschichte, kritisisme format, telah berhasil mengidentifikasi setidaknya lima tipe format sastra lisan di balik penyusunan injil. Format2 kesusasteraan ini, yang diikhtisarkan pada Tabal 1 di bawah, diduga dihimpun dalam kumpulan2 tulisan, yang tetap mempertahankan format kesusasteraannya yang inheren. Oleh karena itu, Tabel 1 bisa dianggap mengikhtisarkan perkembangan awal format2 sastra lisan dan, kemudian, kemunculan-bertahap pelbagai kumpulan karya individual dan kesatuan2 sastra tulis.
Tabel 1: Format-format Kesusasteraan yang Mendasari Injil2
A. Manuskrip Perjanjian Lama atau kutipan-kutipan yang diduga merujuk pada Yesus.
B. Narasi-narasi yang mencapai puncaknya dalam ungkapan yang diduga berasal dari Yesus.
C. Narasi-narasi terinci, utamanya yang terfokus pada mukjizat-mukjizat Yesus.
D. Pelbagai tradisi narasi khusus:
1. Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis.
2. Godaan yang ditujukan pada Yesus oleh setan.
3. Transfigurasi yang diduga berasal dari Yesus.
4. Kesaksian Petrus kepada identitas yang diduga sebagai milik Yesus.
5. Kasih yang diduga milik Yesus, meskipun dihujahkan bahwa ini merupakan kreasi Markus dan sinonim dengan konstruksi Markus. 3
E. Ungkapan-ungkapan dan perumpamaan-perumpamaan yang diduga berasal dari Yesus.
Melalui analisis sebelumnya, jelaslah bahwa setiap wahyu aktual yang diturunkan kepada Yesus menemukan ekspresi utamanya dalam format kesusasteraan E. Format kesusasteraan A jelasnya merupakan kreasi kesusasteraan kelompok pelbagai gereja Kristen awal tertentu yang dirancang untuk membenarkan teologi gereja2 yang berkembang kemudian dan memisahkan diri dari Yahudi. Namun demikian, format kesusasteraan B hingga D, dan mungkin banyak dari karya yang ditemukan dalam format kesusasteraan E, merepresentasikan sesuatu yang berbeda. Di sini, kita dihadapkan pada tindakan2 dan ungkapan2 yang dinisbahkan kepada Yesus. Sesuatu yang jelas2 tidak berkaitan dengan wahyu verbal dan harfiah yang diberikan Allah kepada Yesus, tetapi lebih berkaitan dengan Yesus sebagai pribadi yang dianggap mengucapkan dan melakukannya. Dengan kata lain, dengan menggunakan pembedaan ketika menganalisis Al-Qur'an dan Hadits, format kesusasteraan B hingga D, dan hampir sebagian besar karya yang ditemukan dalam format kesusasteraan E, dianggap berasal dari hadits-hadits Yesus, baik yang palsu maupun asli.
Tipe pembedaan yang hati2 dan sangat cermat, yang dilakukan oleh Islam antara Al-Qur'an dan Hadits, sama sekali diabaikan dalam pembentukan format2 kesusasteraan Kristen awal yang berkenaan dengan Yesus. Sejauh wahyu yang aktual itu dipertahankan, ia dijalin begitu saja dengan hadits yang diduga berasal dari Yesus. Lebih jauh, sementara tradisi Islam secara hati2 mempertahankan dua bagian yang merupakan komponen, yaitu isnad dan matan, 4 dari setiap Hadits Nabi MUhammad SAW yang dianggap sahih, tradisi Kristen awal sepenuhnya gagal mencatat setiap isnad, yakni mata rantai transmisi matan, dan karenanya gagal menyediakan sumber bagi hadits yang diduga berasal dari Yesus ini. Hal ini memunculkan upaya untuk memisahkan hadits Yesus yang autentik dari yang palsu, yang sepenuhnya bergantung pada analisis terhadap muatan kisahnya. Sumber, isnad dari narasi tersebut, sama sekali mangkir dalam hal ini.
Sebagaimana digambarkan pada Tabel 1, kumpulan2 tulisan awal ini lebih merupakan upaya2 kesusasteraan yang primitif. Dalam format kesusasteraan D dalam Tabel 1, dicatat bahwa banyak sarjana alkitabiah meletakkan mukjizat2 atau tanda2 tertulis khusus sebagai sumber di balik injil2 kanonik. Sama halnya, berkaitan dengan format kesusasteraan E dalam Tabel 1 , para sarjana alkitabiah telah berhasil mengidentifikasi sumber "ungkapan-ungkapan" tertulis yang dikenal sebagai Q. 5 (Q berarti istilah Jerman Quelle yang bisa diterjemahkan sebagai sumber).
Q pada awalnya didefinisikan sebagai materi yang umum bagi Matius dan Lukas, sementara ia mangkir dari Markus. 6 Namun demikian, penemuan arkeologis dari Injil Tomas di Nag Hamadi, Mesir, pada 1945, mengungkapkan bahwa definisi awal Q ini harus direvisi. Tentu saja, Tomas adalah salah satu Q dokumen terkait, 7 yang diselang-selingi dengan sisipan2 dan perubahan2 Gnostik. Kenyataannya, sekitar sepertiga dari ungkapan2 dalam Tomas memiliki kesamaan langsung dalam materi Q yang biasanya didefinisikan sebagai Matius dan Lukas. 8 Oleh karenanya, Q mungkin lebih baik didefinisikan sebagai: materi yang umum bagi Matius dan Lukas, sementara ia mangkir dari Markus; materi yang ditemukan dalam Matius dan Tomas, Lukas dan Tomas, atau Matius, Lukas, dan Tomas, baik ditemukan atau tidak dalam Markus.
Q dan Sumber Mukjizat
Setelah akhirnya mengidentifikasi dua sumber tertulis, yaitu, Q dan sumber mukjizat atau tanda2, yang ada di balik injil2 kanonik, adalah keniscayaan untuk menyadari bahwa dokumen2 ini, bahkan dalam dirinya sendiri, bukanlah konstruksi utuh. Pertama-tama, semua itu merupakan kumpulan karya2 individual atau kumpulan2 literer. Kedua, para sarjana alkitabiah modern telah mengidentifikasi tiga lapisan Q yang berbeda. Lapisan pertama Q, yang diidentifikasi sebagai Q1, kemudian dikumpulkan sebagai dokumen tertulis pada kira2 tahun 50 M. Sebaliknya, Q2 kemudian dirumuskan kira2 pada tahun 65 M, dan Q3 kira2 pada tahun 75 M. 9
Dalam memandang hal ini, bisa diasumsikan bahwa banyak dari ungkapan yang dinisbahkan kepada Yesus dalam Q tidak mungkin dikaitkan secara langsung dengan Yesus. Kita bisa menyatakan bahwa banyak dari ungkapan yang paling disukai dari apa yang disebut Khotbah di atas Bukit ini sudah eksis sebelum kenabian Yesus. Hipotesis ini dibuktikan oleh ungkapan2 yang ditemukan nyaris secara harfiah dalam apa yang disebut literatur Yahudi pseudepigraphical 10 dan non kanonik dari abad ke-3 hingga ke-2 SM, yaitu mereka telah eksis sebagai ungkapan2 tertulis 100 hingga 200 tahun sebelum kelahiran Yesus. Dalam hal ini, Testament of the Twelve Patriarch utamanya sangat kaya dengan kutipan2 yang beberapa abad kemudian dinisbahkan kepada Yesus. 11 Dengan mengijinkan dilakukannya pelbagai terjemahan dari satu bahasa kuno ke bahasa kuno lainnya, pemberi sifat yang "nyaris harfiah" sebagian besar bisa diabaikan sebagai hal yang sekunder untuk proses terjemahan tersebut. Dengan demikian, dalam pelbagai contoh di mana Q menempatkan kutipan2 dari kitab2 pseudepigraphical awal ini sebagai sabda Yesus, kita harus menyimpulkan bahwasanya: Q keliru ketika menisbahkan kutipan2 ini kepada Yesus; atau bahwa Yesus agak banyak mengutip dari tulisan2 awal ini.
ANALISIS STRUKTURAL ATAS INJIL-INJIL KANONIK
Analisis struktural atas injil kanonik paling awal, Markus, menunjukkan bahwa Markus menciptakan penggunaan tambal-sulam yang luas atas pelbagai sumber mukjizat atau tanda, pelbagai macam kisah pengungkapan yang beredar, dan mungkin juga penggunaan Q. 12 Pengarang awal Markus menyusun karya2 individual dari sumber2 ini menjadi tatanan yang mungkin arbitrer dan kronologis, kemudian mengaitkannya dengan komentar2 editorialnya sendiri. Dokumen yang dihasilkan mungkin bisa disebut proto-Markus. Revisi kemudian oleh para redaktur tak-dikenal, kemungkinan dirangkaikan dengan penambahan materi yang awalnya tidak dimasukkan dalam proto-Markus, menghasilkan injil Markus, yang dibubuhi tanggal sekitar tahun 75 M. 13 Agar bisa menentukan sumber kesejarahannya, kita bisa menelusuri kembali waktu kompilasi awal kitab Markus hingga kira2 ke tahun 75 M ini.
Matius secara khusus dipercaya sebagai injil kanonik kedua, dan biasanya ditelusuri waktunya hingga kira2 tahun 85 M. 14 Analisis struktural atas Matius menunjukkan bahwa ia disusun dengan cara tambal-sulam dari Markus (atau mungkin proto-Markus), Q, dan sumber2 lisan ataupun tulisan yang khas bagi Matius, yang mungkin disebut M. 15 Sama halnya, analisis struktural atas Lukas menunjukkan bahwa ia disusun dengan prosedur tambal-sulam dari Markus (atau mungkin proto-Markus), Q, dan sumber2 lisan ataupun tulisan yang khas bagi Lukas, yang mungkin disebut L.16 Kompilasi Lukas sering kali ditelusuri waktunya hingga kira2 tahun 95 M. 16
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Yohanes tidak memiliki keumuman2 yang sama dengan yang yang ditemukan dalam Matius, Markus, maupun Lukas. Sejauh ini, sumber2 sebelumnya yang digunakan oleh pengarang Yohanes masih diselimuti misteri. 17 Tentu saja, pengarang Yohanes bergantung pada format2 kesusasteraan yang sama, baik lisan maupun tulisan, yang dirinci pada Tabel 1. Lebih jauh, sebagaimana lazim disepakati bahwa Yohanes merupakan injil kanonik terakhir yang ditulis, mungkin sekitar tahun 110 M. 18 Sangat mungkin bahwa pengarang Yohanes terutama sekali menggunakan format2 kesusasteraan yang dikompilasi menjadi kumpulan2 tulisan, utamanya mengenai sumber mukjizat atau tanda2, 19 dan mungkin juga menggunakan injil2 sinoptik. Lebih jauh, meskipun ia tetap merupakan masa yang bisa ditelusuri, mungkin ada gunanya mencatat bahwa Clementus dari Aleksandria, 20 yang menulis kira2 pada tahun 190 M, secara khusus menyatakan bahwa pengarang Yohanes sangat akrab dengan injil2 sinoptik. 21 Ini mengisyaratkan bahwa Yohanes mungkin sebagian didasarkan pada Markus. 22 Bagaimanapun juga, jelaslah bahwa Yohanes merupakan sebuah kompilasi tambal-sulam dari sumber2 sebelumnya. Lebih jauh, kesaksian internal Yohanes 21:24-25 dengan jelas mengidentifikasi "pengarang" asli dan "penyunting" kemudian, yang mengharuskan bahwa Yohanes juga bisa dilihat sebagai sebuah komposisi berlapis, dengan Yohanes 21 digunakan sebagai apendiks kemudian bagi injil tersebut23 dan Yohanes 1:1-18 digunakan sebagai prolog kemudian bagi injil tersebut. 24
Namun demikian, kisah mengenai injil2 tersebut tidak berakhir dengan kompilasi2 awal mereka. Mereka terus-menerus melakukan revisi dan memberi komentar2 editorial, sebagaimana ditunjukkan oleh tambahan Markus kemudian 16:9-20, perubahan Lukas 3:21-22,( 25) tambahan terhadap apa yang disebut Doa Tuhan dalam Matius 6:13,(26) revisi2 editorial yang agak jelas dalam Yohanes 2:21-22 dan 4:2,( 27) pembalikan yang dilakukan kemudian atas susunan awal Yohanes 5 dan 6,( 28) dan kejadian2 lain semacam ini. Kenyataannya, proses revisi editorial terus-menerus dibubuhi tanggal, sebagaimana disaksikan oleh perubahan2 injil sinoptik melalui King James Version, Revised Standard Version, dan New Revised Standard Version.
Terdapat sangat banyak versi kuno Perjanjian Baru yang tidak satu pun bisa disebut sebagai orisinal. Tanpa memasuki pembahasan teknis yang berlebihan, cukuplah ditegaskan bahwa ada pelbagai macam versi Yunani (Koine), versi Suriah, versi Koptik, dan versi Latin. Sekalipun Perjanjian Baru dipercaya mulanya ditulis dalam bahasa Yunani Koine, tidaklah terlalu tepat menyatakan bahwa versi2 Yunani seharusnya lebih tepat daripada versi2 lain yang tersedia. Dalam hal ini diriwayatkan bahwa salah satu versi Suriah, yaitu, Suriah Sinaitik, ditelusuri kembali hingga abad ke-4 M, dan sebagian besar bertanggal sebelum versi2 Yunani ditulis. Dengan demikian, versi2 non Yunani ini bisa memiliki kesaksian yang penting atas masukan2 dan sisipan2 kemudian dalam versi2 Yunani.
Harus dicatat bahwa Suriah Sinaitik tidak memasukkan kata2 yang dianggap berasal dari Yesus sebagaimana dicatat dalam Matius 16:17-20,( 29) yang menunjukkan bahwa ayat2 ini tidak dimasukkan dalam manuskrip kuno yang kemudian disalin menjadi Suriah Sinaitik, dan mengisyaratkan bahwa ayat2 ini merupakan tambahan2 yang dibubuhkan kemudian. 30
Ikhtisar
Analisis struktural atas empat injil kanonik secara jelas menunjukkan bahwa tidak satu pun yang berupa dokumen tunggal dan utuh. Keempatnya merupakan kompilasi tambal-sulam dari sumber2 sebelumnya, setidaknya dari satu, yaitu Q yang merupakan komposisi berlapis dalam dirinya sendiri. Lebih jauh, keempat injil kanonik tersebut telah mengalami proses pelapisan dan atau revisi editorial.
Sumber aktual keempat injil kanonik tersebut secara dramatis menolak setiap klaim bahwa keempatnya merupakan wahyu yang diturunkan Allah kepada Yesus. Meskipun sebagian dari wahyu yang aktual mungkin dipelihara dalam pelabai serpihan dalam bagian2 keempat injil ini, tetapi sumber sebenarnya keempat injil tersebut pada dasarnya tetap tidak diketahui. Namun demikian, bagian terbesar dari injil2 ini jelas terdiri dari hadits, yaitu, kata2 dan perbuatan2 yang diduga berasal dari Yesus sebagai pribadi. Lebih jauh, injil2 tersebut sama sekali tidak membedakan antara hadits dan wahyu, dan tidak memberikan isnad, yaitu, rantai transmisi, bagi hadits yang dicatat dan dinisbahkan kepada Yesus tersebut.
Oleh karenanya, dalam masing2 kasus, sumber hadits yang dinisbahkan kepada Yesus itu pada dasarnya tidak ada. Dengan demikian, tugas untuk memisahkan hadits autentik dari hadits buatan menjadi sangat rumit, dan tugas ini sepenuhnya bersandar pada analisis isi dari kisah tersebut. Lebih jauh lagi, dalam banyak hal bisa ditunjukkan bahwa ungkapan2 yang dinisbahkan kepada Yesus sebenarnya telah eksis dalam bentuk tertulis dalam literatur pseudepigraphical Yahudi sebelum zaman Yesus.
Akhirnya, perlu dicatat bahwa injil2 kanonik bahkan belum eksis dalam bentuk2 gabungan awal mereka hingga sekitar 40 sampai 70 tahun setelah kenabian Yesus. Setelah itu, keempatnya tetap muncul dalam versi2 yang bervariasi, dengan membiarkan sumber dari kitab2 itu sendiri--untuk tidak menyebutkan wahyu Yesus--dalam kondisi yang sangat terfragmentasi dan terpotong2.
KESIMPULAN
Analisis struktur kesusasteraan dan sumber telah memungkinkan banyak kontras-signifikan yang bisa ditarik antara Al-Qur'an, Taurat-yang-diterima, Mazmur, dan injil2 kanonik dalam Perjanjian Baru. Perihal sumber dari keempat kitab suci ini, hanya Al-Qur'anlah yang merupakan dokumen tunggal dan utuh, dan hanya Al-Qur'anlah yang memiliki sumber yang dikenal dan terbukti. Kontras2 signifikan berkenaan dengan struktur dan sumber dari keempat kitab suci ini diikhtisarkan pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2:
Kitab Suci
STRUKTUR Al-Qur'an Mazmur Taurat Injil
Tunggal, utuh Ya Tidak Tidak Tidak
Tambal-sulam Tidak Ya ? Ya
Berlapis Tidak Ya Ya Ya
Tidak Ya Ya Ya
SUMBER
Penisbahan kepada "pengarang" 31 Ya Tidak Tidak Tidak
Rentang waktu #1(32) 1 tahun 1000 tahun 570-770 40-70
Versi2 bervariasi Tidak Ya Ya Ya
Rentang waktu #2(33) 1 tahun 2.300 tahun34 1.865 tahun35 Tidak pasti36
Sumber wahyu Ya Tidak Tidak Tidak
Sumber kitab Ya Tidak Tidak Tidak
Keterangan:
1. Daftar injil2 apokrif: Dialog Sang Juru Selamat, Injil Andreas, Injil Apelles, Injil Bardesanes, Injil Barnabas, Injil Bartelomeus, Injil Basilides, Injil Kelahiran Maria, Injil Cerinthus, Injil Hawa, Injil Ebionit, Injil Orang-orang Mesir, Injil Encratites, Injil Empat Wilayah Surgawi, Injil Orang-orang Ibrani, Injil Hesychius, Injil Masa Kecil Yesus Kristus, Injil Judas Iskariot, Injil Jude, Injil Marcion, Injil Mani, Injil Maria, Injil Matthias, Injil Merinthus, Injil Menurut Kaum Nazaret, Injil Nikomedus, Injil Kesempurnaan, Injil Petrus, Injil Philipus, Injil Pseudo-Matius, Injil Scythianus, Injil Tujuh Puluh, Injil Thaddaeus, Injil Tomas, Injil Titan, Injil Kebenaran, Injil Dua Belas Rasul, Injil Valentinus, Protevangelion James, Injil Rahasia Markus, dan Injil Tomas tentang Masa Kecil Yesus Kristus.
2. A) Filson FV (1971) B) Wilson RM (1971)
3. Mack BL (1996)
4. Isnad: daftar lengkap para perawi hadits, dan merupakan pengesahan terhadap sumber hadits. Matan: Narasi atau teks hadits, yang dapat diuji kebenarannya dengan mencocokkannya dengan Al-Qur'an.
5. A) Robinson JM (1971a) B) Robinson JM (1971b) C) Koester H (1971a) D) Mack BL (1996)
6. A) Filson FV (1971) B) Kee HC (1971) C) Baird W (1971) D) Burch EW (1929) E) Leon-Dufour X (1983) F) Koester H (1971b)
7. A) Koester H (1971a) B) Robinson JM (1971b) C) Koester H (1971b) D) Mack BL (1996)
8. Mack BL (1996)
9. Mack BL (1996)
10. Tulisan2 awal yang tidak dimasukkan dalam kanon Alkitab dan Apokrif (dimana yah???)
11. Misalnya, bahan2 Q dalam Matius 5:3 memiliki banyak persamaan dengan Perjanjian Benjamin 1:26-27, Perjanjian Yehuda 4:31, dan Perjanjian Gag 2:15. Sebagai contoh kedua, kandungan Q dalam Matius 5:11-12 memiliki banyak persamaan dengan Perjanjian Levi 4:26 dan Perjanjian Yosef 1:20-21. Mengenai kutipan2 dari Perjanjian Dua Belas Murid ini, lihat Platt RH, Brett JA.
12. Mack BL (1996)
13. A) Duncan GB (1971) B) Davies JN (1929a) C) Moffat J (1929) D) Sunderg AC (1971) E) Pherigo LP (1971) F) Asimov (1969) G) Mack BL (1996) H) Nineham DE (1973) I) Leon-Dufour X (1983)
14. A) Duncan GB (1971) B) Sunderg AC (1971) C) Kee HC (1971) D) Leon-Dufour X (1983) E) Mack BL (1996) F) Fenton JC (1973)
15. A) Mack BL (1996) B) Kee HC (1971) C) Filson FV (1971) D) Burch EW (1929)
16. A) Mack BL (1996) B) Baird W (1971) C) Filson FV (1971) D) Burch EW (1929)
17. A) Mack BL (1996) B) Asimov I (1969) C) Duncan GB (1971) D) Baird W (1971) E) Sundberg AC (1971) F) Sebagian sarjana berhujah bahwa ada versi Lukas yang lebih awal, yang bisa disebut proto-Lukas, yang disusun sekitar tahun 60 Masehi, dan yang dimulai dengan pembaptisan Yesus, sebagaimana dimiliki Markus. Caird GB (1972)
18. Shepherd MH (1971)
19. A) Mack BL (1996) B) Duncan GB (1971) C) Shepherd MH (1971) D) Leon-Dufour X (1983)
20. Mack BL (1996)
21. Seorang santo yang ditahbiskan oleh Gereja Katolik Roma, Titus Flavius Clemens (Clementus) adalah seorang presiden sekolah kateketik Kristen abad ke-2 dan ke-3 M di Aleksandria. Karya2 tulisnya mencakup: Protreptikos, Paidagogos, Stromateis: A Discourse Concerning the Salvation of Rich Man, Exhortation to Patience or Address to the Newly Baptized, Excerpta ex Theodota, Eclogae Propheticae, dan Hypotypeseis. Fredericksen LF et al. (1998)
22. Shepherd MH (1998)
23. A) Mack BL (1996) B) Garvie AE (1929)
24. A) Shepherd MH (1971) B) Moffat J (1929)
25. Garvie AE (1929)
26. Selengkapnya baca buku: "Salib di Bulan Sabit", oleh DR. Jerald F. Dirks, 2001.
27. Tambahan editorial tersebut terdiri atas kata2: "Karena kerajaan, kekuasaan, dan kemuliaan adalah milikmu. Amin."
28. Shepherd MH (1971)
29. A) Shepherd MH (1971) B) Moffat (1929)
30. Matius 16:17-20 secara langsung mengikuti dugaan kesaksian Petrus bahwa Yesus adalah "Sang Juru Selamat, Putra Tuhan yang hidup". Ayat2 ini kemudian terbaca: "Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon putra Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan gerbang-gerbang Hades tidak akan mampu melawannya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa dia adalah Sang Juru Selamat."
31. Robertson AT (1929)
32. Dengan kata lain, bisakah kitab suci itu ditelusuri kembali jejaknya sampai pada seseorang yang konon menerima wahyu itu untuk pertama kalinya?
33. Waktu antara berakhirnya wahyu dan kompilasi awal dari seluruh kitab suci.
34. Gambar ini mengasumsikan manuskrip teks Masoterik tahun 895 M merupakan kompilasi "akhir". Namun demikian, kenyataannya, kompilasi "akhir" itu belum lengkap, karena para sarjana alkitabiah terus-menerus melakukan perubahan2 dalam teks tersebut ketika penemuan2 arkeologis baru ditemukan dan dianalisis. Dengan demikian, gambar ini bisa dibaca dengan mudah sebagai: "3.400 tahun atau lebih".
35. Gambar ini mengasumsikan manuskrip teks Masoterik tahun 895 M merupakan kompilasi "akhir". Namun demikian, kenyataannya, kompilasi "akhir" itu belum lengkap, karena para sarjana alkitabiah terus-menerus melakukan perubahan2 dalam teks tersebut ketika penemuan2 arkeologis baru ditemukan dan dianalisis. Dengan demikian, gambar ini bisa dibaca dengan mudah sebagai: "2.970 tahun atau lebih".
36. Perubahan2 terus dilakukan dalam teks tersebut oleh para sarjana alkitabiah, dan gambar tersebut bisa dibaca: "1.960 + beberapa tahun atau lebih".
Dikutip dari buku: "Salib di Bulan Sabit", karya: DR. Jerald F. Dirks, 2003
<<<<<< K E M B A L I <<<<<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar