E. APAKAH ALLAH SELALU LEBIH UNGGUL DARIPADA YESUS?
YESUS tidak pernah mengaku sebagai Allah. Segala sesuatu yang ia katakan tentang dirinya menunjukkan bahwa ia tidak menganggap dirinya sama dengan Allah dalam hal apapun -tidak dalam hal kuasa, tidak dalam pengetahuan, tidak dalam umur.
YESUS tidak pernah mengaku sebagai Allah. Segala sesuatu yang ia katakan tentang dirinya menunjukkan bahwa ia tidak menganggap dirinya sama dengan Allah dalam hal apapun -tidak dalam hal kuasa, tidak dalam pengetahuan, tidak dalam umur.
Dalam setiap periode keberadaannya, tidak soal di surga atau di atas bumi, ucapan-ucapan dan tingkah lakunya mencerminkan kedudukan yang lebih rendah daripada Allah. Allah selalu yang lebih unggul, Yesus adalah pribadi yang lebih rendah yang diciptakan oleh Allah.
Yesus Dibedakan Dari Allah
BERULANG kali, Yesus menunjukkan bahwa ia adalah makhluk yang terpisah dari Allah dan bahwa ia, Yesus, mempunyai Allah di atas dirinya, Allah yang ia sembah, Allah yang ia sebut “Bapa.” Dalam doa kepada Allah, yaitu sang Bapa, Yesus berkata, “Engkau, satu-satunya Allah yang benar.” (Yohanes 17:3) Dalam Yohanes 20:17 ia berkata kepada Maria Magdalena:
“Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.” Dalam 2 Korintus 1:3 rasul Paulus meneguhkan hubungan ini: “Terpujilah Allah, Bapa [dari] Tuhan kita Yesus Kristus.” Karena Yesus mempunyai Allah, Bapanya, ia tidak mungkin pada waktu yang sama juga adalah Allah itu.
BERULANG kali, Yesus menunjukkan bahwa ia adalah makhluk yang terpisah dari Allah dan bahwa ia, Yesus, mempunyai Allah di atas dirinya, Allah yang ia sembah, Allah yang ia sebut “Bapa.” Dalam doa kepada Allah, yaitu sang Bapa, Yesus berkata, “Engkau, satu-satunya Allah yang benar.” (Yohanes 17:3) Dalam Yohanes 20:17 ia berkata kepada Maria Magdalena:
“Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.” Dalam 2 Korintus 1:3 rasul Paulus meneguhkan hubungan ini: “Terpujilah Allah, Bapa [dari] Tuhan kita Yesus Kristus.” Karena Yesus mempunyai Allah, Bapanya, ia tidak mungkin pada waktu yang sama juga adalah Allah itu.
Rasul Paulus tidak mempunyai keraguan untuk menyebut Yesus dan Allah sebagai pribadi-pribadi yang terpisah dan berbeda:
“Bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,… dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus.” (1 Korintus 8:6) Rasul itu menunjukkan perbedaannya ketika ia menyebutkan “di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat malaikat pilihanNya.” (1 Timotius 5:21) Jadi sama seperti Paulus menyebut Yesus dan para malaikat sebagai pribadi-pribadi yang berbeda satu sama lain di surga, demikian pula Yesus berbeda dengan Allah.
“Bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,… dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus.” (1 Korintus 8:6) Rasul itu menunjukkan perbedaannya ketika ia menyebutkan “di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat malaikat pilihanNya.” (1 Timotius 5:21) Jadi sama seperti Paulus menyebut Yesus dan para malaikat sebagai pribadi-pribadi yang berbeda satu sama lain di surga, demikian pula Yesus berbeda dengan Allah.
Kata-kata Yesus dalam Yohanes 8:17, 18 juga penting. Ia berkata: “Dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diriKu sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.” Di sini Yesus menunjukkan bahwa ia dan sang Bapa, yaitu Allah Yang Mahakuasa, harus dua kesatuan yang berbeda, jika tidak bagaimana mungkin benar-benar ada dua saksi?
Yesus selanjutnya menunjukkan bahwa ia adalah pribadi yang terpisah dari Allah dengan mengatakan: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.” (Markus 10:18) Jadi Yesus mengatakan bahwa tidak ada pribadi lain manapun yang sebaik Allah, bahkan Yesus sendiri tidak. Allah adalah baik dengan cara yang membuat Ia terpisah dari Yesus.
Hamba Allah yang Menundukkan Diri
BERULANG kali, Yesus memberikan pernyataan-pernyataan seperti: “Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya.” (Yohanes 5:19) “Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 6:38) “AjaranKu tidak berasal dari diriKu sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 7:16) Bukankah yang mengutus lebih unggul dari yang diutus?
BERULANG kali, Yesus memberikan pernyataan-pernyataan seperti: “Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya.” (Yohanes 5:19) “Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 6:38) “AjaranKu tidak berasal dari diriKu sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 7:16) Bukankah yang mengutus lebih unggul dari yang diutus?
Hubungan ini nyata dalam perumpamaan Yesus tentang kebun anggur. Ia menyamakan Allah, Bapanya, dengan pemilik kebun anggur, yang pergi ke luar negeri dan meninggalkan kebun itu dalam tangan para penggarap, yang melambangkan imam-imam Yahudi. Ketika sang pemilik kemudian mengutus seorang hamba untuk mendapatkan hasil dari kebun anggur itu, para penggarap memukul hamba tersebut dan mengusirnya dengan tangan kosong. Kemudian sang pemilik mengutus hamba yang kedua, dan kemudian yang ketiga, yang kedua-duanya mendapat perlakuan sama. Akhirnya, pemilik kebun itu berkata: “Aku akan menyuruh anakku [Yesus] yang kekasih, tentu ia mereka segani.” Namun para penggarap yang korup itu berkata: “Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisan ini menjadi milik kita. Lalu mereka melemparkan dia ke luar kebun anggur itu dan membunuhnya.” (Lukas 20:9-16) Jadi Yesus menggambarkan kedudukannya sendiri sebagai pribadi yang diutus oleh Allah untuk melakukan kehendak Allah, sama seperti seorang ayah mengutus seorang anak yang tunduk.
Para pengikut Yesus selalu memandangnya sebagai hamba Allah yang menundukkan diri, bukan sebagai pribadi yang sama dengan Allah. Mereka berdoa kepada Allah mengenai “Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi,… tanda-tanda dan mujizat-mujizat [dilakukan] oleh nama Yesus, HambaMu yang kudus.”-Kisah 4:23, 27, 30.
Allah Lebih Unggul Sepanjang Zaman
PADA awal mula pelayanan Yesus, ketika ia ke luar dari air pembaptisan, suara Allah dari surga berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” (Matius 3:16, 17) Apakah Allah berkata bahwa Ia adalah Anak-Nya sendiri, bahwa Ia berkenan kepada diri-Nya sendiri, bahwa Ia mengutus diri-Nya sendiri? Tidak, Allah sang Pencipta mengatakan bahwa Ia, sebagai yang lebih unggul, berkenan kepada pribadi yang lebih rendah, Anak-Nya, Yesus, untuk melakukan pekerjaan yang ada di hadapan.
PADA awal mula pelayanan Yesus, ketika ia ke luar dari air pembaptisan, suara Allah dari surga berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” (Matius 3:16, 17) Apakah Allah berkata bahwa Ia adalah Anak-Nya sendiri, bahwa Ia berkenan kepada diri-Nya sendiri, bahwa Ia mengutus diri-Nya sendiri? Tidak, Allah sang Pencipta mengatakan bahwa Ia, sebagai yang lebih unggul, berkenan kepada pribadi yang lebih rendah, Anak-Nya, Yesus, untuk melakukan pekerjaan yang ada di hadapan.
Yesus menyatakan keunggulan Bapanya ketika ia berkata: “Roh Tuhan [Yehuwa, NW] ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.” (Lukas 4:18) Pengurapan adalah pemberian wewenang atau tugas oleh orang yang lebih tinggi kepada seseorang yang masih belum mempunyai wewenang. Di sini, Allah adalah jelas yang lebih unggul, karena Ia mengurapi Yesus, memberinya wewenang yang tidak ia miliki sebelumnya.
Yesus membuat jelas keunggulan Bapanya ketika ibu dari dua murid memohon agar putra-putranya masing-masing duduk di sebelah kanan dan di sebelah kiri Yesus bila ia memerintah dalam Kerajaannya. Yesus menjawab: “Hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu [yaitu Allah] telah menyediakannya.” (Matius 20:23) Jika Yesus adalah Allah Yang Mahakuasa, ia berhak memberikan kedudukan tersebut. Namun Yesus tidak dapat melakukan itu, karena ini adalah hak Allah, dan Yesus bukan Allah.
Doa Yesus sendiri merupakan contoh yang ampuh dari kedudukannya yang lebih rendah. Ketika Yesus akan mati, ia memperlihatkan siapa pribadi yang lebih unggul daripada dia dengan berdoa: “Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi.” (Lukas 22:42) Kepada siapakah ia berdoa? Kepada sebagian dari dirinya sendiri? Tidak, ia berdoa kepada pribadi yang sama sekali terpisah darinya, Bapanya, Allah, yang kehendak-Nya lebih unggul dan bisa saja berbeda dari kehendaknya sendiri, satu-satunya Pribadi yang dapat ‘mengambil cawan ini.’
Kemudian, ketika mendekati kematian, Yesus berseru:
“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15: 34) Kepada siapakah Yesus berseru? Kepada dirinya sendiri atau bagian dari dirinya? Pasti seruan itu, “Allahku,” tidak berasal dari seseorang yang menganggap dirinya sendiri Allah. Dan jika Yesus adalah Allah, maka oleh siapa ia ditinggalkan? Dirinya sendiri? Hal itu tidak masuk akal. Yesus juga berkata: “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu” (Lukas 23:46) Jika Yesus adalah Allah, mengapa ia harus menyerahkan nyawanya kepada sang Bapa?
“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15: 34) Kepada siapakah Yesus berseru? Kepada dirinya sendiri atau bagian dari dirinya? Pasti seruan itu, “Allahku,” tidak berasal dari seseorang yang menganggap dirinya sendiri Allah. Dan jika Yesus adalah Allah, maka oleh siapa ia ditinggalkan? Dirinya sendiri? Hal itu tidak masuk akal. Yesus juga berkata: “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu” (Lukas 23:46) Jika Yesus adalah Allah, mengapa ia harus menyerahkan nyawanya kepada sang Bapa?
Setelah Yesus mati, ia berada dalam kuburan selama sebagian dari tiga hari. Jika ia adalah Allah, maka Habakuk 1:12 (NW) keliru ketika berkata: “Allahku, Yang Mahakudus, Engkau tidak mati.” Namun Alkitab berkata bahwa Yesus mati dan tidak sadar dalam kuburan. Dan siapakah yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati? Dan jika ia benar-benar mati, ia tidak mungkin membangkitkan dirinya sendiri. Sebaliknya jika ia tidak benar-benar mati, kematiannya yang pura-pura tidak akan membayar harga tebusan untuk dosa Adam. Tetapi ia benar-benar membayar harga itu sepenuhnya melalui kematiannya yang sungguh-sungguh. Jadi “Allah [yang] membangkitkan [Yesus] dengan melepaskan Dia dari sengsara maut.” (Kisah 2:24) Yang lebih unggul, Allah Yang Mahakuasa, membangkitkan yang kurang unggul, hamba-Nya Yesus, dari kematian.
Apakah kesanggupan Yesus untuk melakukan mukjizat-mukjizat, seperti membangkitkan orang, menunjukkan bahwa ia adalah Allah? Nah, rasul-rasul dan nabi Elia serta nabi Elisa juga mempunyai kuasa itu, namun hal itu tidak membuat mereka lebih tinggi daripada manusia. Allah memberikan kuasa untuk melakukan mukjizat-mukjizat kepada nabi-nabi, Yesus, dan rasul-rasul untuk menunjukkan bahwa Ia mendukung mereka. Namun hal itu tidak membuat mereka semua bagian dari Keilahian yang jamak.
Pengetahuan Yesus Terbatas
KETIKA Yesus memberikan nubuatnya mengenai akhir sistem ini, ia berkata: “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” (Markus 13:32) Jika Yesus adalah Anak yang setara, bagian dari Keilahian, ia pasti mengetahui apa yang diketahui sang Bapa. Namun Yesus tidak tahu, karena ia tidak setara dengan Allah.
KETIKA Yesus memberikan nubuatnya mengenai akhir sistem ini, ia berkata: “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja.” (Markus 13:32) Jika Yesus adalah Anak yang setara, bagian dari Keilahian, ia pasti mengetahui apa yang diketahui sang Bapa. Namun Yesus tidak tahu, karena ia tidak setara dengan Allah.
Demikian pula, kita membaca dalam Ibrani 5:8 bahwa Yesus “belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya.” Dapatkah kita membayangkan bahwa Allah harus belajar sesuatu? Tidak, tetapi Yesus memang demikian, karena ia tidak mengetahui segala sesuatu yang Allah ketahui. Dan ia harus belajar sesuatu yang Allah tidak akan pernah perlu pelajari -ketaatan. Allah tidak pernah harus menaati siapapun.
Perbedaan antara apa yang Allah ketahui dan apa yang Kristus ketahui juga nyata ketika Yesus dibangkitkan ke surga untuk tinggal bersama Allah. Perhatikan kata-kata pertama dari buku Alkitab yang terakhir: “Wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepadaNya.” (Wahyu 1:1) Jika Yesus sendiri adalah bagian dari Keilahian, apakah ia perlu diberi Wahyu oleh bagian lain dari Keilahian itu -Allah? Pasti ia sudah mengetahui semuanya, karena Allah mengetahuinya. Namun Yesus tidak tahu, karena ia bukan Allah.
Yesus Tetap Lebih Rendah Kedudukannya
DALAM kehidupannya sebelum menjadi manusia, dan juga ketika ia berada di atas bumi, Yesus lebih rendah dari Allah. Setelah dibangkitkan, ia tetap berada dalam kedudukan yang lebih rendah, nomor dua.
Ketika berbicara tentang kebangkitan Yesus, Petrus dan orang-orang yang besertanya mengatakan kepada Sanhedrin Yahudi: “Dialah [Yesus] yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan ["ke," NW] tangan kananNya.” (Kisah 5:31) Paulus berkata: “Allah sangat meninggikan Dia.” (Filipi 2:9) Jika Yesus adalah Allah, bagaimana mungkin Yesus ditinggikan, yaitu dinaikkan kepada kedudukan yang lebih tinggi yang sudah ia miliki sebelumnya? Ia tentu sudah merupakan bagian dari Tritunggal dengan kedudukan yang tinggi. Jika, sebelum ditinggikan, Yesus setara dengan Allah, meninggikan dia lebih tinggi lagi akan membuatnya lebih unggul daripada Allah.
DALAM kehidupannya sebelum menjadi manusia, dan juga ketika ia berada di atas bumi, Yesus lebih rendah dari Allah. Setelah dibangkitkan, ia tetap berada dalam kedudukan yang lebih rendah, nomor dua.
Ketika berbicara tentang kebangkitan Yesus, Petrus dan orang-orang yang besertanya mengatakan kepada Sanhedrin Yahudi: “Dialah [Yesus] yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan ["ke," NW] tangan kananNya.” (Kisah 5:31) Paulus berkata: “Allah sangat meninggikan Dia.” (Filipi 2:9) Jika Yesus adalah Allah, bagaimana mungkin Yesus ditinggikan, yaitu dinaikkan kepada kedudukan yang lebih tinggi yang sudah ia miliki sebelumnya? Ia tentu sudah merupakan bagian dari Tritunggal dengan kedudukan yang tinggi. Jika, sebelum ditinggikan, Yesus setara dengan Allah, meninggikan dia lebih tinggi lagi akan membuatnya lebih unggul daripada Allah.
Paulus juga berkata bahwa Kristus masuk “ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.” (Ibrani 9:24) Jika anda muncul di hadapan hadirat seseorang, bagaimana mungkin anda adalah orang itu juga? Tidak mungkin. Anda harus berbeda dan terpisah.
Demikian pula, tepat sebelum dilempari batu sampai mati, sang martir Stefanus “menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.” (Kisah 7:55) Maka jelas, ia melihat dua pribadi yang terpisah -namun tidak melihat roh kudus, tidak melihat Keilahian Tritunggal.
Dalam kisah di Wahyu 4: 8 sampai 5: 7, Allah diperlihatkan duduk di atas takhta surgawi-Nya, tetapi Yesus tidak. Ia harus menghampiri Allah untuk mengambil gulungan dari tangan kanan Allah. Ini menunjukkan bahwa di surga Yesus bukan Allah tetapi terpisah dari Dia.
Sesuai dengan yang dikatakan di atas, Bulletin of the John Rylands Library di Manchester, Inggris, berkata: “Dalam kehidupannya di surga setelah dibangkitkan, Yesus digambarkan tetap memiliki kepribadian tersendiri sebagai individu dalam segala hal, yang berbeda dan terpisah dari pribadi Allah tepat seperti ketika ia hidup di atas bumi sebagai Yesus di bumi. Di samping Allah dan dibandingkan dengan Allah, ia memang muncul sebagai suatu pribadi surgawi lain lagi di tempat surgawi Allah, sama seperti para malaikat -walaupun sebagai Anak Allah, ia berada dalam tingkatan yang berbeda, dan mempunyai kedudukan jauh di atas mereka.” -Bandingkan Filipi 2 :11.
Bulletin juga berkata: “Namun, apa yang dikatakan mengenai kehidupan dan fungsi-fungsinya sebagai Kristus surgawi tidak berarti ataupun menyatakan bahwa dalam status ilahi ia berdiri setingkat dengan Allah sendiri dan adalah sepenuhnya Allah. Sebaliknya, dalam gambaran Perjanjian Baru mengenai pribadi surgawi dan pelayanannya kita melihat seorang tokoh yang terpisah dari Allah dan lebih rendah daripadaNya.”
Di masa depan yang kekal di surga, Yesus akan terus menjadi hamba Allah yang terpisah dan lebih rendah. Alkitab mengatakannya sebagai berikut: “Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia [Yesus di surga] menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa … maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.”-1 Korintus 15:24, 28.
Yesus Tidak Pernah Mengaku Sebagai Allah
SIKAP Alkitab jelas. Allah Yang Mahakuasa, Yehuwa, bukan hanya suatu Pribadi yang terpisah dari Yesus tetapi sepanjang zaman Ia adalah Pribadi yang lebih unggul daripada Yesus. Yesus selalu dinyatakan sebagai hamba Allah yang rendah hati, terpisah dan lebih rendah. Itulah sebabnya Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa “Kepala dari Kristus ialah Allah” dalam arti yang sama bahwa “Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus.” (1 Korintus 11:3) Dan itulah sebabnya Yesus sendiri berkata: “Bapa lebih besar dari padaAku.”-Yohanes 14: 28.
SIKAP Alkitab jelas. Allah Yang Mahakuasa, Yehuwa, bukan hanya suatu Pribadi yang terpisah dari Yesus tetapi sepanjang zaman Ia adalah Pribadi yang lebih unggul daripada Yesus. Yesus selalu dinyatakan sebagai hamba Allah yang rendah hati, terpisah dan lebih rendah. Itulah sebabnya Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa “Kepala dari Kristus ialah Allah” dalam arti yang sama bahwa “Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus.” (1 Korintus 11:3) Dan itulah sebabnya Yesus sendiri berkata: “Bapa lebih besar dari padaAku.”-Yohanes 14: 28.
Faktanya ialah, Yesus bukan Allah dan tidak pernah mengaku demikian. Hal ini diakui oleh semakin banyak sarjana. Seperti dikatakan Bulletin dari Rylands: “Faktanya harus dihadapi bahwa penelitian Perjanjian Baru selama kira-kira tiga puluh atau empat puluh tahun belakangan ini telah menuntun semakin banyak sarjana Perjanjian Baru yang ternama kepada kesimpulan bahwa Yesus … jelas tidak pernah menganggap dirinya sendiri Allah.”
Bulletin itu juga mengatakan tentang orang-orang Kristen abad pertama: “Maka, ketika mereka menyebut [Yesus] dengan gelar-gelar penghormatan seperti Kristus, Anak manusia, Anak Allah dan Tuhan, ini adalah cara mengatakan bahwa ia adalah, bukan Allah, melainkan yang melakukan pekerjaan Allah.”
Jadi, bahkan ada sarjana-sarjana yang mengakui bahwa gagasan Yesus adalah Allah bertentangan dengan seluruh kesaksian Alkitab. Di sana, Allah selalu yang lebih unggul, dan Yesus adalah hamba yang lebih rendah.
F. ROH KUDUS TENAGA AKTIF ALLAH
MENURUT doktrin Tritunggal, roh kudus adalah pribadi ketiga dari Keilahian, setara dengan sang Bapa dan sang Anak. Seperti dikatakan buku Our Orthodox Christian Faith: “Roh Kudus adalah Allah sepenuhnya.”
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata yang paling sering digunakan untuk “roh” ialah ru’ach, yang berarti “nafas; angin; roh.” Dalam Kitab-Kitab Yunani, kata tersebut ialah pneu’ma, yang mempunyai arti sama. Apakah kata-kata ini menunjukkan bahwa roh kudus adalah bagian dari suatu Tritunggal?
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata yang paling sering digunakan untuk “roh” ialah ru’ach, yang berarti “nafas; angin; roh.” Dalam Kitab-Kitab Yunani, kata tersebut ialah pneu’ma, yang mempunyai arti sama. Apakah kata-kata ini menunjukkan bahwa roh kudus adalah bagian dari suatu Tritunggal?
Tenaga Aktif
“ROH kudus” yang digunakan dalam Alkitab n menyatakan bahwa ini adalah suatu kekuatan atau tenaga yang dikendalikan yang digunakan oleh Allah Yehuwa untuk melaksanakan berbagai maksud-tujuan-Nya. Sampai taraf tertentu, ini dapat disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan untuk melakukan beragam fungsi.
“ROH kudus” yang digunakan dalam Alkitab n menyatakan bahwa ini adalah suatu kekuatan atau tenaga yang dikendalikan yang digunakan oleh Allah Yehuwa untuk melaksanakan berbagai maksud-tujuan-Nya. Sampai taraf tertentu, ini dapat disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan untuk melakukan beragam fungsi.
Dalam Kejadian 1:2 Alkitab berkata bahwa “Roh [bahasa Ibrani, ru'ach] Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Di sini, Roh Allah adalah tenaga aktif-Nya yang bekerja untuk membentuk bumi.
Allah menggunakan roh-Nya untuk memberikan penerangan kepada mereka yang melayani Dia. Daud berdoa: “Ajarlah aku melakukan kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh[ru'ach]Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!” (Mazmur 143:10) Ketika 70 pria yang cakap ditunjuk untuk membantu Musa, Allah berkata kepadanya: “Sebagian dari Roh [ru'ach] yang hinggap padamu itu akan Kuambil dan Kutaruh atas mereka.” -Bilangan 11:17.
Allah menggunakan roh-Nya untuk memberikan penerangan kepada mereka yang melayani Dia. Daud berdoa: “Ajarlah aku melakukan kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh[ru'ach]Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!” (Mazmur 143:10) Ketika 70 pria yang cakap ditunjuk untuk membantu Musa, Allah berkata kepadanya: “Sebagian dari Roh [ru'ach] yang hinggap padamu itu akan Kuambil dan Kutaruh atas mereka.” -Bilangan 11:17.
Nubuat Alkitab dicatat ketika orang-orang dari Allah ‘didorong oleh Roh [bahasa Yunani, dari pneu'ma] Kudus.” (2 Petrus 1:20, 21) Dengan cara ini Alkitab “diilhamkan Allah.”
Kata Yunani untuk itu ialah The-o’pneu-stos, yang berarti “dinafaskan oleh Allah.” (2 Timotius 3:16) Dan roh kudus membimbing orang-orang tertentu untuk mendapat penglihatan-penglihatan atau mimpi-mimpi nubuat. -2 Samuel 23:2; Yoel 2:28, 29; Lukas 1:67; Kisah 1:16; 2:32, 33
Roh kudus mendorong Yesus untuk pergi ke padang gurun setelah ia dibaptis. (Markus 1:12) Roh itu seperti api dalam diri hamba-hamba Allah, yang menyebabkan mereka mendapatkan kekuatan dari tenaga itu. Dan ini memungkinkan mereka untuk berbicara dengan berani dan tabah. -Mikha 3:8; Kisah 7:55-60; 18:25; Roma 12:11; 1 Tesalonika 5:19.
Melalui roh-Nya, Allah melaksanakan vonisNya atas manusia dan bangsa-bangsa. (Yesaya 30: 27, 28; 59:18, 19) Dan roh Allah dapat sampai ke mana-mana, bertindak demi orang-orang atau melawan mereka. -Mazmur 139:7-12.
“Kekuatan yang Melimpah-limpah”
ROH Allah dapat juga memberikan “kekuatan yang melimpah-limpah ["melebihi yang normal," NW]” kepada mereka yang melayani Dia. (2 Korintus 4:7) Ini memungkinkan mereka untuk bertekun dalam ujian iman atau melakukan hal-hal yang sewajarnya tidak dapat mereka lakukan.
ROH Allah dapat juga memberikan “kekuatan yang melimpah-limpah ["melebihi yang normal," NW]” kepada mereka yang melayani Dia. (2 Korintus 4:7) Ini memungkinkan mereka untuk bertekun dalam ujian iman atau melakukan hal-hal yang sewajarnya tidak dapat mereka lakukan.
Sebagai contoh, mengenai Simson, Hakim 14:6 menceritakan:
“Pada waktu itu berkuasalah Roh TUHAN [Yahweh, JB] atas dia, sehingga singa itu dicabiknya … tanpa apa-apa di tangannya.” Apakah suatu pribadi ilahi benar-benar memasuki atau berkuasa atas Simson, menggunakan tubuhnya untuk melakukan apa yang ia lakukan? Tidak, ini benar-benar “kuasa TUHAN [yang] membuat Simson kuat.” -Today ‘s English Version (TEV).
“Pada waktu itu berkuasalah Roh TUHAN [Yahweh, JB] atas dia, sehingga singa itu dicabiknya … tanpa apa-apa di tangannya.” Apakah suatu pribadi ilahi benar-benar memasuki atau berkuasa atas Simson, menggunakan tubuhnya untuk melakukan apa yang ia lakukan? Tidak, ini benar-benar “kuasa TUHAN [yang] membuat Simson kuat.” -Today ‘s English Version (TEV).
Alkitab berkata bahwa ketika Yesus dibaptis, roh kudus turun ke atasnya dalam bentuk seekor burung merpati, tidak dalam bentuk manusia. (Markus 1:10) Tenaga aktif dari Allah ini memungkinkan Yesus untuk menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Seperti dikatakan dalam Lukas 5:17: “Kuasa Tuhan [Allah] menyertai Dia [Yesus], sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit.”
Roh Allah juga memberi kuasa kepada murid-murid Yesus untuk melakukan hal-hal yang bersifat mukjizat. Kisah 2:1-4 menceritakan bahwa murid-murid itu sedang berkumpul bersama pada hari Pentakosta ketika ‘tiba-tiba turun dari langit bunyi seperti tiupan angin keras. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.’
Jadi roh kudus memberi Yesus dan hamba-hamba Allah yang lain kuasa untuk melakukan apa yang biasanya tidak dapat dilakukan oleh manusia.
Bukan suatu Pribadi
TETAPI, bukankah ada ayat-ayat Alkitab yang menyebut roh kudus dengan istilah-istilah yang menyatakan ia seolah-olah suatu pribadi? Memang, namun perhatikan apa yang dikatakan teolog Edmund Fortman mengenai hal ini dalam The Triune God:
“Walaupun roh ini sering dipersonifikasikan, tampak jelas sekali bahwa para penulis kitab-kitab suci [dari Kitab-Kitab Ibrani] tidak pernah menganggap atau menyatakan bahwa roh ini adalah suatu pribadi tersendiri.”
“Walaupun roh ini sering dipersonifikasikan, tampak jelas sekali bahwa para penulis kitab-kitab suci [dari Kitab-Kitab Ibrani] tidak pernah menganggap atau menyatakan bahwa roh ini adalah suatu pribadi tersendiri.”
Dalam Alkitab, bukan suatu hal yang tidak lazim jika sesuatu dipersonifikasikan. Hikmat dikatakan mempunyai anak-anak. (Lukas 7:35, Bode) Dosa dan kematian dikatakan berkuasa. (Roma 5 :14, 2 1) Dalam Kejadian 4:7 The New English Bible (NE) berkata: “Dosa adalah hantu yang mendekam di pintu,” dosa dipersonifikasikan sebagai suatu roh jahat yang mendekam di pintu Kain. Tetapi, tentu dosa bukan suatu pribadi roh; demikian pula mempersonifikasikan roh kudus tidak membuatnya menjadi suatu pribadi roh.
Demikian pula, dalam 1 Yohanes 5:6-8 bukan hanya roh tetapi juga “air dan darah” dikatakan memberi “kesaksian.” Namun air dan darah jelas bukan pribadi-pribadi, demikian pula roh kudus bukan suatu pribadi.
Selaras dengan ini ialah penggunaan umum dari kata “roh kudus” dalam Alkitab dengan cara yang tidak menunjukkannya sebagai suatu pribadi, seperti pada waktu menyejajarkannya dengan air dan api. (Matius 3:11; Markus 1:8) Orang-orang dianjurkan agar menjadi penuh dengan roh kudus dan bukan dengan anggur. (Efesus 5:18) Mereka dikatakan dipenuhi dengan roh kudus dengan cara yang sama seperti mereka dipenuhi dengan sifat-sifat seperti hikmat, iman, dan sukacita. (Kisah 6:3; 11: 24; 13:52) Dan dalam 2 Korintus 6:6 roh kudus dimasukkan di antara sejumlah sifat. Pernyataan-pernyataan seperti itu tidak akan digunakan jika roh kudus benar-benar suatu pribadi.
Selaras dengan ini ialah penggunaan umum dari kata “roh kudus” dalam Alkitab dengan cara yang tidak menunjukkannya sebagai suatu pribadi, seperti pada waktu menyejajarkannya dengan air dan api. (Matius 3:11; Markus 1:8) Orang-orang dianjurkan agar menjadi penuh dengan roh kudus dan bukan dengan anggur. (Efesus 5:18) Mereka dikatakan dipenuhi dengan roh kudus dengan cara yang sama seperti mereka dipenuhi dengan sifat-sifat seperti hikmat, iman, dan sukacita. (Kisah 6:3; 11: 24; 13:52) Dan dalam 2 Korintus 6:6 roh kudus dimasukkan di antara sejumlah sifat. Pernyataan-pernyataan seperti itu tidak akan digunakan jika roh kudus benar-benar suatu pribadi.
Kemudian, walaupun beberapa ayat Alkitab mengatakan bahwa roh itu berbicara, ayat-ayat lain menunjukkan bahwa ini sebenarnya dilakukan melalui manusia atau malaikat. (Matius 10:19, 20; Kisah 4:24, 25; 28:25; Ibrani 2:2) Tindakan roh dalam peristiwa-peristiwa tersebut adalah seperti gelombang radio yang mengirimkan berita dari satu orang kepada orang lain di tempat yang jauh.
Dalam Matius 28:19 disebutkan “nama … Roh Kudus.” Namun kata “nama” tidak selalu berarti nama pribadi, dalam bahasa Yunani maupun bahasa Indonesia. Bila kita mengatakan “atas nama hukum” kita tidak menunjuk seseorang. Kita memaksudkan apa yang diwakili oleh hukum itu, yaitu wewenangnya. Word Pictures in the New Testament karya Robertson mengatakan:
“Penggunaan nama (onoma) di sini umum dilakukan dalam Septuaginta dan papirus lain untuk kuasa atau wewenang.” Jadi pembaptisan ‘dalam nama Roh Kudus’ menyatakan seseorang mengakui wewenang roh itu, bahwa ini berasal dari Allah dan berfungsi melalui kehendak ilahi.
“Penggunaan nama (onoma) di sini umum dilakukan dalam Septuaginta dan papirus lain untuk kuasa atau wewenang.” Jadi pembaptisan ‘dalam nama Roh Kudus’ menyatakan seseorang mengakui wewenang roh itu, bahwa ini berasal dari Allah dan berfungsi melalui kehendak ilahi.
“Penolong”
YESUS menyebut roh kudus sebagai “seorang Penolong,” dan ia berkata bahwa roh ini akan mengajar, membimbing, dan berbicara. (Yohanes 14:16, 26; 16:13) Kata Yunani yang ia gunakan untuk penolong (para’kletos) adalah kata yang berjenis laki-laki atau maskulin. Jadi ketika Yesus menyatakan apa yang akan dilakukan penolong itu, ia menggunakan kata ganti nama pribadi laki-laki. (Yohanes 16:7, 8) Sebaliknya, bila kata Yunani yang berjenis netral untuk roh (pneu’ma) digunakan, kata ganti yang netral “it” dalam bahasa Inggris itulah yang digunakan.
YESUS menyebut roh kudus sebagai “seorang Penolong,” dan ia berkata bahwa roh ini akan mengajar, membimbing, dan berbicara. (Yohanes 14:16, 26; 16:13) Kata Yunani yang ia gunakan untuk penolong (para’kletos) adalah kata yang berjenis laki-laki atau maskulin. Jadi ketika Yesus menyatakan apa yang akan dilakukan penolong itu, ia menggunakan kata ganti nama pribadi laki-laki. (Yohanes 16:7, 8) Sebaliknya, bila kata Yunani yang berjenis netral untuk roh (pneu’ma) digunakan, kata ganti yang netral “it” dalam bahasa Inggris itulah yang digunakan.
Kebanyakan penerjemah yang menganut Tritunggal menyembunyikan fakta ini, seperti diakui oleh New American Bible Katolik berkenaan Yohanes 14:17: “Kata Yunani untuk ‘Roh’ ialah berjenis netral, dan walaupun kita menggunakan kata ganti nama pribadi dalam bahasa Inggris (‘he,’ ‘his,’ ‘him’), kebanyakan MSS [manuskrip] Yunani menggunakan kata [bahasa Inggris] ‘it.’”
Jadi bila Alkitab menggunakan kata ganti nama pribadi berjenis laki-laki sehubungan dengan para’kletos dalam Yohanes 16:7, 8, hal ini sesuai dengan peraturan tata bahasa, bukan menyatakan suatu doktrin.
Bukan Bagian dari suatu Tritunggal
BERBAGAI sumber mengakui bahwa Alkitab tidak mendukung gagasan bahwa roh kudus adalah pribadi ketiga dari suatu Tritunggal. Sebagai contoh:
The Catholic Encyclopedia: “Kita tidak menemukan satu ayat pun dalam Perjanjian Lama yang dengan jelas menunjukkan adanya suatu Pribadi Ketiga.”
BERBAGAI sumber mengakui bahwa Alkitab tidak mendukung gagasan bahwa roh kudus adalah pribadi ketiga dari suatu Tritunggal. Sebagai contoh:
The Catholic Encyclopedia: “Kita tidak menemukan satu ayat pun dalam Perjanjian Lama yang dengan jelas menunjukkan adanya suatu Pribadi Ketiga.”
Teolog Katolik Fortman: “Orang-orang Yahudi tidak pernah menganggap roh itu sebagai suatu pribadi; juga tidak ada bukti yang kuat bahwa ada penulis Perjanjian Lama yang menganut pandangan ini … Roh Kudus biasanya dinyatakan dalam Sinoptiks [Injil-Injil] dan dalam buku Kisah sebagai suatu kekuatan atau kuasa ilahi.”
New Catholic Encyclopedia: “P[erjanjian] L[ama] dengan jelas tidak menggambarkan roh Allah sebagai suatu pribadi. Roh Allah hanyalah kuasa dari Allah. Jika ini kadang-kadang dinyatakan sebagai sesuatu yang berbeda dari Allah, ini adalah karena nafas Yahweh bertindak di luar diri-Nya.” Buku itu juga mengatakan: “Mayoritas naskah-naskah P[erjanjian] B[aru] menyatakan roh Allah sebagai sesuatu, bukan seseorang; ini terutama terlihat dalam kesejajaran antara roh dan kuasa Allah.” -Cetak miring red.
New Catholic Encyclopedia: “P[erjanjian] L[ama] dengan jelas tidak menggambarkan roh Allah sebagai suatu pribadi. Roh Allah hanyalah kuasa dari Allah. Jika ini kadang-kadang dinyatakan sebagai sesuatu yang berbeda dari Allah, ini adalah karena nafas Yahweh bertindak di luar diri-Nya.” Buku itu juga mengatakan: “Mayoritas naskah-naskah P[erjanjian] B[aru] menyatakan roh Allah sebagai sesuatu, bukan seseorang; ini terutama terlihat dalam kesejajaran antara roh dan kuasa Allah.” -Cetak miring red.
A Catholic Dictionary: “Secara keseluruhan, Perjanjian Baru, seperti [Perjanjian] Lama, berbicara tentang roh itu sebagai suatu energi atau kuasa ilahi.”
Jadi, orang-orang Yahudi maupun orang-orang Kristen yang mula-mula tidak memandang roh kudus sebagai bagian dari suatu Tritunggal. Ajaran itu muncul berabad-abad kemudian. Seperti dikatakan A Catholic Dictionary: “Pribadi ketiga itu diteguhkan pada Konsili Aleksandria pada tahun 362 … dan akhirnya oleh Konsili Konstantinopel pada tahun 381″-kira-kira tiga setengah abad setelah roh kudus memenuhi murid-murid pada hari Pentakosta!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar