banyak sekali kisah dewa - dewa yang "sama plek" dengan kisah Yesus. dalam pembuktian sejarah akan dilihat siapa yang memunculkan idea itu pertama kali kemudian kemungkinan bertemunya pencetus idea dan penyebar idea, ternyata semua memenuhi persyaratan. akhirnya akan muncul pertanyaan apakah filsafat yunani mempengaruhi ajaran kristen atau filsafat yunani merupakan ajaran dari seorang rasul kristen (sebelum Yesus).
Edward Gibbon dalam bukunya The Decline and fall of the Roman Empire, hal 388, mengatakan:
Plato menganggap keilahian alami terdiri dari atas tiga bagian: Penyebab awal, Firman (Logos), dan Roh alam semesta....Sistem Platonis sebagai tiga Tuhan, bersatu antara satu dengan lainnya melalui kehidupan yang baka dan misterius; dan Firman (Logos) secara khusus dianggap yang paling tepat sebagai Anak Bapak yang baka dan sebagai pencipta dan penguasa alam semesta.
Watch Tower and Bible Tract Society of Pennsylvania, 1984, menjelaskan:
Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama maupun sesudah Yesus. Setelah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen.
dalam buku Egyptian Religion, Siegfried Morenz berkata: “Tritunggal merupakan hal yang terutama menyita perhatian para teolog Mesir... Tiga allah digabung dan diperlakukan seperti satu pribadi tunggal, disapa dalam bentuk tunggal. Dengan cara ini kekuatan rohani dari agama Mesir memperlihatkan hubungan yang langsung dengan teologi Kristen.”
Dalam kata pengantar buku History of Christianity dari Edward Gibbon, kita membaca: “Jika Kekafiran ditaklukkan oleh Kekristenan, halnya juga benar bahwa Kekristenan telah dirongrong oleh Kekafiran.
Keilahian yang murni dari orang-orang Kristen yang mula-mula... diubah, oleh Gereja Roma, menjadi dogma trinitas yang tidak dapat dimengerti. Banyak dari kepercayaan kafir, yang diciptakan oleh orang-orang Mesir dan diidealkan oleh Plato, dipertahankan sebagai sesuatu yang patut dipercayai.”
A Dictionary of Religious Knowledge menyatakan bahwa Tritunggal “adalah suatu penyelewengan yang dipinjam dari agama-agama kafir, dan dicangkokkan ke dalam iman Kristen.” Dan The Paganism in Our
Christianity berkata: “Asal usul [Tritunggal] seluruhnya kafir.”
Itu sebabnya, dalam Encyclopedia of Religion and Ethics, James Hastings menulis: “Dalam agama di India, misalnya, kita temukan kelompok tiga serangkai Brahma, Syiwa, dan Wisnu; dan dalam agama
Mesir kelompok tiga serangkai Osiris, Isis, dan Horus... Bukan hanya dalam agama-agama dalam sejarah, kita temukan Allah dianggap sebagai suatu Tritunggal. Kita khususnya dapat mengingat pandangan Neo-Platonik mengenai Realitas yang Paling Tinggi,” yang “diwakili secara tiga serangkai.”
Apa hubungan antara filsuf Yunani Plato dengan Tritunggal?
Platonisme
PLATO, menurut perkiraan, hidup dari tahun 428 sampai 347 sebelum Kristus. Meskipun ia tidak mengajarkan Tritunggal dalam bentuknya yang sekarang, filsafatnya membuka jalan untuk itu.
Belakangan, gerakan filsafat yang mencakup kepercayaan kepada kelompok-kelompok tiga serangkai bermunculan, dan semua ini dipengaruhi oleh gagasan Plato mengenai Allah dan alam.
Nouveau Dictionnaire Universel (Kamus Universal Baru) bahasa Perancis mengatakan mengenai pengaruh dari Plato: “Tritunggal menurut Plato, yang sebenarnya hanyalah penyusunan kembali dari
tritunggal-tritunggal yang lebih tua dan berasal dari orang-orang zaman dulu, tampaknya merupakan tritunggal yang rasional dan filosofis dari sifat-sifat yang melahirkan ketiga hypostase (zat) atau pribadi ilahi yang diajarkan oleh gereja-gereja Kristen... Konsep filsuf Yunani mengenai trinitas ilahi ini... dapat ditemukan dalam semua agama [kafir] kuno.”
PLATO, menurut perkiraan, hidup dari tahun 428 sampai 347 sebelum Kristus. Meskipun ia tidak mengajarkan Tritunggal dalam bentuknya yang sekarang, filsafatnya membuka jalan untuk itu.
Belakangan, gerakan filsafat yang mencakup kepercayaan kepada kelompok-kelompok tiga serangkai bermunculan, dan semua ini dipengaruhi oleh gagasan Plato mengenai Allah dan alam.
Nouveau Dictionnaire Universel (Kamus Universal Baru) bahasa Perancis mengatakan mengenai pengaruh dari Plato: “Tritunggal menurut Plato, yang sebenarnya hanyalah penyusunan kembali dari
tritunggal-tritunggal yang lebih tua dan berasal dari orang-orang zaman dulu, tampaknya merupakan tritunggal yang rasional dan filosofis dari sifat-sifat yang melahirkan ketiga hypostase (zat) atau pribadi ilahi yang diajarkan oleh gereja-gereja Kristen... Konsep filsuf Yunani mengenai trinitas ilahi ini... dapat ditemukan dalam semua agama [kafir] kuno.”
The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge memperlihatkan pengaruh dari filsafat Yunani ini: “Doktrin mengenai Logos dan Tritunggal menerima bentuknya dari Bapa-Bapa Yunani,
yang... sangat dipengaruhi, secara langsung atau tidak langsung, oleh filsafat Plato... Bahwa kesalahan dan kerusakan menyusup ke dalam Gereja dari sumber ini tidak dapat disangkal.”
The Church of the First Three Centuries mengatakan: “Doktrin Tritunggal dibentuk secara bertahap dan baru belakangan terhitung;... ia berasal dari sumber yang sama sekali tidak dikenal dalam Kitab-Kitab Suci Yahudi maupun Kristen;... ia tumbuh, dan dicangkokkan ke dalam Kekristenan, melalui tangan
Bapa-Bapa pengikut Plato.” Menjelang akhir abad ketiga M., “Kekristenan” dan filsafat Plato yang baru, berpadu secara tidak terpisahkan.
yang... sangat dipengaruhi, secara langsung atau tidak langsung, oleh filsafat Plato... Bahwa kesalahan dan kerusakan menyusup ke dalam Gereja dari sumber ini tidak dapat disangkal.”
The Church of the First Three Centuries mengatakan: “Doktrin Tritunggal dibentuk secara bertahap dan baru belakangan terhitung;... ia berasal dari sumber yang sama sekali tidak dikenal dalam Kitab-Kitab Suci Yahudi maupun Kristen;... ia tumbuh, dan dicangkokkan ke dalam Kekristenan, melalui tangan
Bapa-Bapa pengikut Plato.” Menjelang akhir abad ketiga M., “Kekristenan” dan filsafat Plato yang baru, berpadu secara tidak terpisahkan.
Sebagaimana dinyatakan Adolf Harnack dalam Outlines of the
History of Dogma, doktrin gereja kemudian “berakar dengan kuat di tanah Hellenisme [paham Yunani kafir]. Dengan demikian ini menjadi suatu misteri bagi bagian terbesar dari orang-orang Kristen.”
Gereja mengaku bahwa doktrin-doktrin barunya didasarkan atas Alkitab. Namun Harnack mengatakan:
“Dalam kenyataan di kalangannya sendiri [gereja] mengesahkan spekulasi Hellenik, pandangan dan kebiasaan takhyul dari ibadat kafir yang bersifat misteri.
Dalam buku A Statement of Reasons, Andrews
Norton menyatakan tentang Tritunggal: “Kita dapat menelusuri sejarah doktrin ini dan menemukan sumbernya, bukan dalam wahyu Kristen, melainkan dalam filsafat Plato... Tritunggal bukan doktrin dari
Kristus dan Rasul-Rasulnya, melainkan suatu fiksi dari sekolah para pengikut Plato.”
11 Maret jam 17:24
Salah satu perbedaan yang menonjol antara konsep logos dalam prolog Yohanes dan pandangan Stoa yaitu menurut kaum Stoa logos hanya sebatas prinsip rasional yang mengendalikan segala sesuatu yang hidup, dan pokok dari rasional jiwa manusia, hanya sebatas kuasa yang membuat hukum dalam hidup manusia. Dengan kata lain, logos hanyalah sumber dan pola kehidupan manusia. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan konsep Yohanes tentang logos, di mana logos adalah Allah yang menciptakan dunia yang telah menjadi pribadi manusia dalam diri Yesus. Jadi, menurut Stoa logos bukan pribadi, sedangkan menurut Yohanes logos adalah pribadi.
Beda tipis yah
seperti sebuah lagu yang hanya berbeda beberapa not.
ini semua yang membahas ilmuan kristen bro bukan ane.
masih banyak lagi yang bisa ditunjukkan sebagai bukti betapa pengaruh filsafat Yunani dalam ketuhanan mewarnai ajaran kristen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar