MENYIKAPI KECEMASAN DALAM ISLAM

Mengutip dari Prof. Dale Carnagie (Prof. Yale Univ) dengan sudut pandang selama 7 tahun membaca buku2 tentang kecemasan manusia, semakin banyak orang mencemaskan sesuatu yang belum terjadi, yang bila ditelaah lebih lanjut, kecemasan tersebut terlalu berlebihan dan tidak masuk akal.
Sebagai contoh, seorang pedagang yang harus menyebrang jembatan untuk mencapai tempat kerjanya dan merasa cemas bila jembatan yang akan dilalui akan jatuh dan mencelakainya.
Kemungkinan hal itu akan terjadi adalah sangat kecil, sehingga kecemasan yang dirasakan sangat berlebihan. Kecemasan yang berlebihan inilah yang membuat seseorang tidak dapat berfikir dengan jernih.
Bagaimana menyikapi kecemasan:
1. Memanfaatkan waktu
  • Jika manusia mampu mengendalikan diri dengan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin, serta mampu menghadapi kegetiran hidup tanpa menanti uluran tangan orang lain (hanya bergantung pada Allah), maka ia akan mampu meraih cita-cita yang menjadi impiannya.
  • Yang paling berharga dalam hidup kita adalah waktu. Pergantian waktu siang dan malam merupakan kendaraan untuk perjalanan ke Akhirat.
  • “Jadilah seorang pengendara yang baik menuju negeri akhirat, jangan lalai dengan kasih sayang Allah, sesungguhnya Neraka dan Surga sangat dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari tali sandal kita”
    (Hadist)
Surat Al Zalzalah (99) ayat 7-8
”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.”
  • Dalam pandangan Allah tidak ada yang sia-sia, jika kita melakukan segala sesuatu walaupun sedikit pasti akan dihitung.
2. Introspeksi Diri
  • Perlu dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kesalahan yang kita lakukan di masa lalu, sehingga bisa kita perbaiki.
3. Mendekatkan diri pada Allah
  • Orang yang menjauhkan diri pada Allah, maka sama saja menciptakan penderitaan dan bencana untuk diri sendiri.
  • Menjauhkan diri hanya akan menambah penderitaan dan bencana. Segala kecantikan, kepopuleran, ilmu pengetahuan, kecerdasan, semua akan berubah menjadi bencana jika kita melepaskan diri dari taufik dan tidak mendekatkan diri pada Allah. Karena semua itu tidak ada artinya dihadapan Allah, jika kita tidak mendekatkan diri kepada Allah.
  • Hanyalah meminta tolong pada Allah jika bencana mengancam
  • Orang-orang Muslim itu seperti pohon yang tinggi yang selalu diterpa angin (cobaan), sehingga harus selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  • Orang-orang Muslim harus beriman kepada Qada dan Qadar, jangan pernah lepas dari kepasrahan kepada Allah SWT
Surat Az Zariyat (51) ayat 50-51
”Maka segeralah kembali kepada (mentaat) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain disamping Allah”
4. Hari ini Milik Anda
  • Orang2 yang telah mengukir prestasi, mereka tidak terpaku pada hari esok yang belum pasti, yang mereka lihat adalah hari ini.
5. Jangan menyesali nasi yang sudah jadi bubur.
Rasulullah SAW bersabda ”
Siapa yang menyambut pagi dengan perasaan dan hati yang tentram, sehat fisiknya, mempunyai makanan yang cukup pada hari ini, maka seakan-akan dunia telah dicerahkan kepadanya.”
(HR Tarmadzi)
  • Melihat dan memikirkan hal2 yang telah lalu adalah suatu kebodohan, kita harus melihat kedepan. Kita harus mempunya visi, cita2 kedepan tetapi jangan berangan2 kosong, dan jangan terlalu cemas dengan masa depan, karena itu merupakan sumber penyakit (stress).
  • Di dalam Islam, kita tidak boleh berlebihan dalam segala sesuatu dan tidak boleh meratapi masa lalu. Yang paling dekat dengan kita adalah kematian dan yang paling jauh adalah masa lalu.
  • Hanya orang2 yang berpikir jernih yang bisa bersikap optimis.
  • Orang yang positif melihat hari depan, merupakan potensi orang berpikir jernih, dan orang yang berpikir jernih, akan bersikap optimis serta dapat menciptakan karya yang luar biasa.
Kesimpulan :
  • Sesungguhnya fokus dan cemas pada sesuatu yang belum terjadi adalah kebodohan, hal ini akibat dari perasaan pesimis.
  • Seharusnya kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki saat ini. Hal ini berhubungan dengan rasa syukur dan tawakal kita pada Allah S.W.T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar