Kata אֱלֹהִים 'Elohim' berbentuk jamak. Ini diketahui dengan akhiran ים '-im'. Skema morfologi kata tersebut adalah sebagai berikut:
אֱלֹהִים 'Elohim' → אֱלוֹהַ) אֱלֹהַ) 'élōha (dibaca: ` e lo a h) '+ ים '-im'
Lalu, apakah kata אֱלֹהִים 'Elohim' selalu berarti jamak (plural) karena berbentuk kata benda jamak?
Dalam bahasa Ibrani, bentuk jamak yang ditandai dengan akhiran ִ ים "-im" atau - וֹת "ot" memiliki 2 arti:
1.JAMAK numerik ( Numerical Plural )
Jamak numerik menunjukkan, ada lebih dari 1 entitas (untuk kata kerja yang tidak punya bentuk dual) atau ada lebih dari 2 entitas (untuk kata kerja yang punya bentuk dual).
Contoh:
- Tunggal: בַּיִת 'bayît' "rumah / house "; jamak: בַּתִים 'batîm' "rumah-rumah / houses "
- Tunggal: מֶלֶ 'melek' "raja / king "; jamak: מְלָכִים 'məlā k im '"raja-raja / kings "
- Tunggal: אֶבֶד 'eve d '"hamba / servant "; jamak: אֲבָּדִים '' Aba d im (hamba-hamba /servants )
2.JAMAK MAIESTASIS ( Majestatic Plural )
Jamak maiestasis menunjukkan kebesaran atau keagungan.
Contoh:
Tunggal בְּהֵמָה 'bəhēmāh'; jamak: בְּהֵמוֹת bəhēmô t
Kata בְהֵמָה bəhēmāh yang berbentuk singular (tunggal) berarti binatang buas yang besar. Untuk menunjukkan binatang itu sangat besar dan punya keagungan sebagai raja binatang waktu itu, kata בְהֵמָה bəhēmāh dibuat jamak majestasis.
Jadi בְהֵמוֹת bəhēmô t adalah binatang yang paling besar dan merupakan raja binatang buas.
Kata אֱלֹהִים 'Elohim' berarti jamak majestasis bila mengacu ke Ilah (Tuhan) yang disembah oleh Ibrahim dan para nabi. Penggunaan bentuk jamak tersebut sama sekali TIDAK berarti Tuhan (Ilah) yang disembah oleh Ibrahim lebih dari satu (jamak numerik), melainkan berarti: Ilah yang disembah oleh Ibrahim itu adalah Tuhan (Ilah) yang Maha Besar dan Maha Agung.
Bentuk jamak majestasis kata אֱלֹהִים 'Elohim' yang merujuk ke Ilahnya Ibrahim juga tidak berarti ada 3 Tuhan dalam 1 Tuhan, karena jamak majestasis menunjukkan keagungan / kebesaran, BUKAN menunjuk ke jumlah / jumlah (bukan numberik). Jadi, pemahaman bahwa dalam diri 1 Tuhan Ibrahim ada 3 Tuhan juga tidak benar dan tidak dapat didasarkan pada bentuk jamak majestasis (majestatis) kata אֱלֹהִים 'Elohim' ini. Pemahaman 3 tuhan dalam 1 tuhan ala bid'ah Mormon ini berlawanan dengan prinsip ke-Esa-an Allah .
Bentuk tunggal (singular) kata אֱלֹהִים 'élohîm'juga dapat diketahui dari predikat kalimat yang menggunakan kata אֱלֹהִים 'Elohim' sebagai subyek.
Misal:
בְרֵאשִׁית בָרָא אֱלֹהִים אֶת הַשָּׁמַיִם וְאֶת הָאָרֶץ:Bərēšî t bara Elohim `e t haššāmayîm wə'e t hā'āreş.Awalnya, Tuhan (Ilah) menciptakan langit dan bumi. (Taurat, Kejadan 1:1)
Kata בָּרָא bara dalam Taurat Kejadian 1:1 adalah kata kerja bentuk tunggal (singular), bukan bentuk plural (jamak). Bentuk plural kata בָּרָא bara adalah בָּרְאוּ bārə'ū.
Meski demikian, ada kasus-kasus yang jarang dimana bentuk majestasis bisa juga sampai ke bentuk kata kerja ( verb ) dan kata sifat ( adjective ) yang bergabung אֱלֹהִים 'Elohim' itu, jadi tidak terbatas hanya pada kata bendanya saja, misal: 2 Samuel 7 : 23; 1 Samuel 17:26,36; Taurat, Kejadian 10-25:7; Taurat, Ulangan 5: 26.
Perlu diperhatikan, kata אֱלֹהִים 'Elohim' dalam Taurat Kejadian 1:1 penulis terjemahkan dengan kata "Tuhan" atau dengan kata "Ilah" krn kata אֱלֹהִים ` e lōhîm adalah kata umum ( generic name , nama jenis), sebagaimana kata "Tuhan" dan kata "Ilah" yang juga kata umum . Kata "Allah" yang dipakai dalam bahasa Indonesia ragam umum adalah proper name (nama diri) yang tergolong kata khusus. Kata ini cocok dengan kata אֱל El dan יְהוָה YHWH yang juga proper nama (nama diri ilahnya Ibrahim) dan merupakan kata khusus. Lengkapnya akan dibahas pada seri 1.5 dan seri 1.6 .
Dapatkah kata אֱלֹהִים 'Elohim' berarti jamak numerik?
Dapat. Kata אֱלֹהִים 'Elohim' berarti jamak numerik bila mengacu ke ilah-ilah yang disembah oleh bangsa-bangsa selain bangsa-bangsa Ibrahimik yang hidup di sekitar bangsa-bangsa Ibrahimik.
Kata אֱלֹהִים 'Elohim' juga berarti jamak numerik bila mengacu ke ilah-ilah yang disembah oleh bangsa Israel dan bangsa-bangsa Ibrahimik lainnya saat mereka sedang jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala.
Dosa ini meliputi:
- dosa menyembah Ilah selain ilahnya Ibrahim atau dosa menyembah berhala dan meng-Ilah-kan (men-Tuhan-kan) sesuatu yang bukan ilah (Tuhan))
menyembah Ilahnya Ibrahim bersamaan dengan menyembah ilah-ilah lain yang sebenarnya bukan ilah (Dosa mempersekutukan Allah) .
Pada kedua kasus tersebut, kata אֱלֹהִים 'Elohim' sering berarti jamak numerik.
Dosa mempersekutukan Tuhan (menyembah ilahnya Ibrahim sekaligus menyembah ilah-ilah lain yang bukan ilah, misal: Ashera / Ishtar / Ashitoret, Baal, Dagon, dll) itu dilakukan juga oleh bangsa Israel kuno. Inilah yang ditegur oleh para nabi Kitab Perjanjian Lama, misal: nabi Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar