Oleh :Irena Handono
Pada abad ini pertikaian paham sangat sengit membakar Gereja. Arius, uskup dari Aleksandria, menolak ketuhanan Yesus yang menimbulkan kemarahan sebagian besar orang-orang Kristen. Akhirnya kaisar Konstantine menyelenggarakan konsili di Nicea tahun 325 Masehi. 1800 orang yang diundang untuk hadir dalam konsili ini terdiri atas, 1000 orang yang berasal dari Gereja Timur dan 800 dari Gereja Barat. 22 orang rombongan Arius yang dipimpin oleh Eusebius of Nicomedia, semuanya diusir dari forum. Sehingga secara keseluruhan Konstantine telah mengusir keluar sekitar 1482 uskup dan hanya 318 yang diijinkan mengikuti hingga akhir. ( Dr. Henery Stbble, An Account of the Rise and Progress of Mohametanism, 1954, hal.44-45, Holy Blood Holy Grail hal.692, Arana-"Holocaust Theology" ). Dari 318 suara tersebut hanya 2 suara yang mendukung Arius. Konsili pertama yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei sampai 25 Juni diakhiri dengan ketokan palu yang mengesahkan Kredo Misterius, yang juga dikenal sebagai Kredo Nicea. Kredo Nicea yang sekarang bukanlah rumusan yang disepakati pada konsili Nicea dulu, tetapi sudah diperluas dan dimodifikasi. ( Prof. Percy Gardner, English Modernism,-Apendiks I, hal.223 ).
Yang paling penting dari semuanya, keputusan Konsili Nicea
diambil dengan cara pengambilan suara, bahwa Yesus seorang Tuhan bukan
sekedar nabi yang bisa wafat. (Holy Blood Holy Grail, hal.472) Konsili
Nicea menjatuhkan hukuman pengucilan Arius dan uskup lainnya yang ikut
dalam konsili tetapi menolak doktrin Trinitas. Tulisan-tulisan Arius
dibakar dan akan memasukkan ke penjara bagi siapa saja yang kedapatan
memiliki tulisannya. (Edward Gibbon, Decline and Fall of Roman Empire,
vol.2, hal.693). Pada konsili tersebut Yesus dinyatakan sebagai, "Tuhan
dari segala Tuhan, Cahaya dari segala Cahaya, Maha Tuhan dari segala
Maha Tuhan". (Hasting's Encyclopedia of Etnics & Religion, vol.4,
hal.239). Lingkaran terpelajar masih berada di pihak Arius dan mereka
telah dikekang dengan tangan besi. Dimasa itu popularitas Arius mencapai
puncaknya, yang dibuktikan oleh Santo Jerome sebagai berikut : "Seluruh
dunia merasa dan terheran-heran menemukan dirinya sebagai penganut
Arius". (Wilfred W.Briggs, Introduction to the History of the Christian
Church, hal.49) Will Durant menulis : "Perdebatan seru tentang doktrin
Trinitas yang diperkenalkan oleh Athanasius tidak pernah berakhir dengan
adanya konsili Nicea. Beberapa uskup masih berpihak pada Arius.
Kelompok gereja yang masih loyal kepada Kredo Nicea disingkirkan dari
Gereja; kadang kala disingkirkan oleh kekerasan massa; setengah abad
Gereja mengikuti ajaran Arius dan meninggalkan ketuhanan Yesus. Setiap
uskup memiliki faksi yang mendukungnya.
Pertikaian antar faksi pecah
menjadi kerusuhan berdarah, dan banyak yang terbunuh. (Will Durant, Age
of Faith) Pemandangan kekerasan yang mengerikan dan pertempuran yang
menelan ribuan jiwa, merupakan hal yang biasa selama periode ini.
Aleksandria, daerah tempat tinggal Arius, menjadi ladang pertikaian yang
paling ganas. Gibbon mencatat, satu insiden kekerasan menelan korban
"tiga ratus lima puluh jiwa".
Mengenai kekejaman Gereja dalam masalah
ini bahas lengkap dalam buku Edward Gibbon (pasal 21). Dimasa
pemerintahan Konstantin, merupakan periode emas bagi Kristen karena
mendapatkan kitab suci Bibel yang standar. Itu pun tidak bisa dikerjakan
tanpa kontroversi yang dahsyat melalui konsili-konsili Gereja.
Sebagaimana dicatat oleh Marjorie Bowen : "Kitab-kitab injil harus
direvisi beberapa kali sebelum diterima, orang-orang yang dianggap sesat
harus dihadapi, serta menyelenggarakan konsili di Nicea tahun 325
Masehi dan di Konstantinopel tahun 381 Masehi untuk merumuskan dogma dan
keimanan agama Kristen." (Marjorie Bowen, The Church and Social
Progress, hal.4-5) Konsili-konsili Konsili Konstantinopel, Tahun 381.
Theodosius I menyelenggarakan Konsili Konstantinopel untuk membahas
lebih jauh tentang ketuhanan Yesus. Konsili ini berakhir dengan memberi
penegasan pada Kredo Nicea. Konsili Efesus, Tahun 431. Konsili ini
diselenggarakan untuk membahas pertanyaan apakah Maria (Ibu Yesus)
manusia asli atau termasuk Tuhan. Pembahasan ini dilatarbelakangi karena
sekte Maronite menyembah Maria sebagai "Ibu Tuhan" dan memasukkannya
sebagai salah satu oknum trinitas pengganti "roh suci".
Konsili ini
mengutuk penyembahan terhadap Maria. Konsili Chalsedon, Tahun 451.
Konsili ini membahas tentang teori Dua Kodrat Yesus. Konsili
Konstantinopel, Tahun 553. Konsili diselenggrakan untuk memecahkan
teka-teki kodrat Yesus tersebut. Konsili ini didominasi oleh uskup-uskup
Gereja Timur, Gereja Barat menolak semua keputusan dari konsili ini.
Pada abad ini diputuskannya Natal pada 25 Desember oleh Dionysius
Exiguus, mengadopsi hari kelahiran anak dewa Matahari yang lahir pada
hari Minggu, 25 Desember.
Pada akhir abad ke-6 lahirlah Islam. Kristen telah menyimpang demikian jauh dari ajaran aslinya (ajaran Yesus) bahkan Gereja Barat lebih banyak mengadopsi agama Pagan. Kristen mengalami kebusukan hingga akarnya. Ketegangan antara Gereja Timur dan Gereja Barat berangsur-angsur melemah. Gereja Timur hanya memiliki sedikit pengikut, sebagai akibat ribuan pemeluk Kristen beralih ke agama Islam. Dan hampir semua wilayah Mediterania berada dibawah pengaruh Islam. "Mungkin karena pengaruh secara tidak langsung dari agama baru Islam yang anti-musyrik, pada abad ke-8, tentara kaisar Isauria... menemukan sesuatu yang tidak disukainya pada peribadatan yang sudah lama berlaku dalam dunia Kristen yang berbau politheisme." (J.M Robertson, A Short History of Freethought, vol.1, hal.277). Selanjutnya untuk pertama kali dalam sejarah Kristen pada tahun 723 tradisi Pagan dalam tata cara kebaktian agama Kristen dilarang oleh Kaisar Leo melalui pengumuman, dan ia lebih condong pada ajaran monotheistik Islam. Bagaimanapun, larangan ini dicabut pada tahun 787 oleh Konsili ke-II di Nicea. (The Invacation of Saints and Adoration of Images, oleh Rev. W.P. Hares, hal 10-11). Pemilihan Kitab Injil disebarkan dari mulut ke mulut sehingga tradisi oral ini menghasilkan laporan yang berlainan satu dengan lain terhadap perkataan dan perbuatan Yesus.
Ketika mereka berusaha
mendokumentasikannya maka bertambahlah perbedaan-perbedaan akibat
variasi verbal. Sarjana-sarjana Kristen mengakui fakta sejarah bahwa
pada terdapat juga sejumlah Injil-injil yang lain, dan masing-masing
gereja mempunyai versinya sendiri. Sebagian sarjana mempercayai bahwa
jumlah Injil-Injil tersebut mencapai 300 Injil (Holy Blood Holy Grail,
hal.692). Tapi bagaimana yang yang terpilih hanya 4 saja ? Ke-empat
Injil tersebut (Matius, Markus, Lukas & Yohanes) dipilih pada saat
Konsili Nicea 325 Masehi. Konsili yang memperkenalkan konsep Trinitas
untuk pertama kali. Sehingga pemilihan ke-4 Injil tersebut adalah
penyesuaian terhadap Kredo yang dipaksakan. Maka semua Injil yang
menceritakan tentang kemanusiaan Yesus harus di hancurkan. Teknis
pemilihan Injil-Injil tersebut adalah, semua naskah Injil yang
berbeda-beda diletakkan dibawah sebuah meja di ruang Konsili.
Setiap
orang diminta meninggalkan ruangan tersebut dan pintunya dikunci. Semua
uskup diminta untuk berdoa sepanjang malam supaya versi Kitab yang benar
akan berada di atas meja tersebut. Pada keesokan paginya, ke-4 Injil,
Matius, Markus, Lukas dan Yohanes dengan "ajaib"nya telah berada diatas
meja dengan rapi, sisanya berserakan dibawah meja. Sehingga diputuskan
semua yang terletak dibawah meja haruslah dibakar. (Sex in the Bible,
Wahyudi). imageimageimage (Gambar Suasana Konsili Nicea, kesaksian dari
mantan para pendeta bahwa gereja menutup sejarah Konsili Nicea 325 M dan
Konsili Konstantinopel 381 M .Para pendata di haramkan mengetahui
sejarah konsili nicea 325M.
Menurut mantan para pendata itu pula bukti
bukti sejarah ini di pegang hanya kristen ortdocks ) Kredo (syahadat)
Nicea dalam bahasa Latin Credo in unum Deum, Patrem Omnipotentem
factorem caeli et terrae, visibilium omnium et invisibilium. Et in unum
Dominum Iesum Christum, Filium Dei Unigenitum, Et ex Patre natum ante
omnia saecula. Deum de Deo, lumen de lumine, Deum verum de Deo vero.
Genitum, non factum, Consubstantialem Patri per quem omnia facta sunt.
Qui propter nos homines et propter nostram salutem descendit de caelis.
Et incarnatus est de Spiritu Sancto ex Maria virgine et homo factus est.
Crucifixus etiam pro nobis sub Pontio Pilato, passus et sepultus est.
Et resurrexit tertia die secundum Scripturas. et ascendit in caelum,
sedet ad dexteram Patris. Et iterum venturus est cum gloria, iudicare
vivos et mortuos, cuius regni non erit finis. Et in Spiritum Sanctum,
Dominum et vivificantem, qui ex Patre (Filioque)* procedit. Qui cum
Patre et Filio simul adoratur et conglorificatur: qui locutus est per
prophetas. Et unam, sanctam, catholicam et apostolicam Ecclesiam.
Confiteor unum baptisma in remissionem peccatorum. Et expecto
resurrectionem mortuorum, et vitam venturi saeculi. Amen. Kredo
(syahadat) Nicea dalam Gereja Katholik & Protestan Versi Katolik Aku
percaya akan satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa Pencipta langit dan bumi
dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan. Dan akan Tuhan
Yesus Kristus, Putra Allah yang Tunggal, Ia lahir dari Bapa sebelum
segala abad. Allah dari Allah, terang dari terang. Allah benar dari
Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakekat dengan Bapa
segala sesuatu dijadikan olehnya. Ia turun dari sorga untuk kita
manusia, dan untuk keselamatan kita. dan Ia menjadi daging oleh Roh
Kudus dari Perawan Maria dan menjadi manusia. Ia pun disalibkan untuk
kita waktu Pontius Pilatus Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan. Pada
hari ketiga Ia bangkit, menurut Kitab Suci. Ia naik ke sorga, duduk di
sisi kanan Bapa Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup
dan yang mati; KerajaanNya takkan berakhir.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa (dan Putra)¹ Yang
serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan. Ia bersabda dengan
perantaraan para nabi Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik²
dan apostolik. Aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa. Aku
menantikan kebangkitan orang mati, dan kehidupan di akhirat. Amin.
Versi Protestan Aku percaya kepada satu Allah, Bapa yang Maha Kuasa
Pencipta langit dan bumi, segala sesuatu yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan.
Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah yang
Tunggal, yang lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman. Allah dari
Allah, terang dari terang. Allah yang sejati dari Allah yang sejati,
diperanakkan, bukan dibuat, sehakekat dengan Sang Bapa, yang dengan
perantaraan-Nya, segala sesuatu dibuat; yang telah turun dari sorga
untuk kita manusia, dan untuk keselamatan kita, dan menjadi daging oleh
Roh Kudus dari anak dara Maria, dan menjadi manusia. yang disalibkan
bagi kita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderita dan
dikuburkan; yang bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan isi
Kitab-kitab, dan naik ke sorga; yang duduk di sebelah kanan Sang Bapa
dan akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang
hidup dan yang mati; yang Kerajaan-Nya takkan berakhir.
Aku percaya
kepada Roh Kudus, yang menjadi Tuhan dan yang menghidupkan yang keluar
dari Sang Bapa dan (Sang Anak)¹, yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan
Sang Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan
perantaraan para nabi. Aku percaya satu Gereja yang kudus dan am² dan
rasuli. Aku mengaku satu baptisan untuk pengampunan dosa. Aku menantikan
kebangkitan orang mati dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin.
YESUS MENENTANG TRINITAS
Umat Kristen beranggapan Yesus adalah Tuhan karena adanya Konsep Trinitas. Tapi tahukah mereka bahwa konsep itu baru ada saat Konsili Nicea. Saat Yesus masih hidup, dia tidak mengajarkan konsep Trinitas.
Yesus pernah ditanya oleh beberapa orang Yahudi terdidik di dalam Injil Markus.
“Tuan, hukum apa yang terutama?. Jawab Yesus (Markus 12 : 29) : “Hukum yang terutama ialah : Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa (Satu)”.
Yang mengulang kata perkata apa yang dikataka oleh Musa +/- 1.300 tahun sebelum Yesus lahir.
Matius 5 : 17-18
“Janganlah kamu sangkakan aku datang hendak merombak hukum Taurat atau kitab nabi-nabi; bukannya aku datang hendak merombak, melainkan hendak menggenapkan. Karena sesungguhnya aku berkata kepadamu, sehingga langit dan bumi lenyap, satu noktah atau satu titikpun sekali-sekali tiada akan lenyap dari hukum Taurat itu sampai semuanya telah jadi”.
1. Tauhid Nabi Musa (Ulangan 4:35, Ulangan 6:4, Ulangan 32:39).
2. Tauhid Nabi Daud (II Samuel 7:22, Mazmur 86:Cool.
3. Tauhid Nabi Sulaiman (I Raja-raja 8:23).
4. Tauhid Nabi Yesaya (Yesaya 43: 10-11, Yesaya 44:6,Yesaya 45:5-6, Yesaya 46:9).
5. Tauhid Yesus (Markus 12:29, Yohanes 5:30, Yohanes 17:3).
Bukankah Hukum Taurat mengatakan Tuhan hanya 1, itulah mengapa umat Yahudi tidak mempercayai Yesus sebagai anak Tuhan. Karena mereka salah dalam menafsirkan ajaran Yesus, mereka mengira seolah-olah Yesus mengaku sebagai Tuhan atau anak Tuhan. Itulah mengapa umat Yahudi mencelakai Yesus dengan menyalibnya.
Jika Trinitas adalah hal penting yang perlu diajarkan, saat itu adalah saat yang tepat untuk mengajarkan kepada orang-orang Yahudi. Tentang ada 3 yang memberi kesaksian., Bapa, Firman dan Roh Kudus ketiganya adalah satu. Tetapi Yesus tidak mengatakan itu. Juga kalau Yesus adalah Tuhan, dia pasti langsung menjawab “Ya”saya Tuhan kalau ada yang bertanya siapa dirinya. Kalau ada yang bertanya apakah Ibu Kota Indonesia Jakarta, pasti akan saya Jawab “Ya”. Tapi Yesus tidak pernah mengatakan itu. Jadi tidak ada Konsep Trinitas yang diajarkan oleh Yesus. Kalau sekarang ada, anda pikirlah sendiri.
Konsep Trinitas yang mereka anut yaitu :
1. Tuhan Bapa adalah Tuhan, anak adalah Tuhan dan Roh Kudus adalah Tuhan, namun bukan 3 Tuhan melainkan 1.
2. Tuhan Bapa itu Maha Perkasa, anak itu Maha Perkasa dan Roh Kudus Maha Perkasa, namun bukan 3 yang Maha Perkasa melainkan 1
3. Tuhan Bapa adalah Person, anak adalah Person dan Roh Kudus adalah Person, Tapi mereka bukan 3 Person melainkan 1
Bahasa apakah itu?. Bahasa Inggriskah?. Bahasa Indonesiakah?. Bukan. Tapi bahasa planet, karena tidak masuk akal.
Konsep Trinitas berasal dari 1 Yohanes 5 : 7-8
“Sebab ada tiga yang memiliki kesaksian didalam Surga : Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu”. (7) “Dan ada 3 yang memberi kesaksian di bumi, Roh dan Air dan Darah dan ketiganya adalah satu”. (Cool
TERNYATA: ayat ini dikeluarkan dari Al-kitab versi standard yang direvisi (Revised Standard Version disingkat RSV) yang dipakai oleh negara-negara barat karena dianggap sisipan. Mengapa demikian?. Karena ayat ini merupakan catatan saja oleh penyalin yang dibuat pada abad ke 6 untuk tujuan pendidikan anak-anak. Tatkala penerbit mendapati manuskrip-manuskrip tersebut, catatan-cacatan pinggir itu telah dimasukkan ke dalam teks. Karena itu para Sarjana Kristen menemukan bahwa ayat ini adalah ayat buatan/sisipan (bukan ayat asli). Ayat ini adalah catatan pinggir bukan perkataan Yohanes. RSV disusun oleh 33 Cendekiawan tingkat tertinggi dalam Agama Kristen didukung oleh 50 kitab.
Jika anda adalah 3 saudara kembar laki-laki yang identik sangat mirip tidak bisa dibedakan, jika salah satu dari anda melakukan pembunuhan, bisakah kita menghukum saudara anda yang lain?. Tentu tidak. Mengapa?. Karena anda adalah pribadi (Person) yang berbeda. Lantas apa yang membuat anda memiliki pribadi yang berbeda?. Tentu saja karena kepribadian anda, Jiwa anda berbeda.
Meski mereka menganggap ada 3 tetapi satu, (didalam benak kaum Trinitas), mereka memahami Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus berbeda. Mereka memiliki gambaran yang berbeda.
1. Tatkala mereka mengatakan bahwa dalam nama Bapa, mereka mempunyai gambaran mental tertentu tentang Tuhan Bapa. Yaitu seperti “The Old Father of The Christmas”. Amat besar dari apa yang kita bisa bayangkan, sangat besar tetapi seperti manusia. Langit adalah batas atasnya dan bumi adalah batas bawahnya. Itulah Tuhan Yang Maha Pengasih
2. Kemudian Tatkala mereka mengatakan Tuhan Anak, apa yang mereka pikirkan?. Seekor Banteng-kah?, atau yang lain. Tentunya memikirkan seorang pria yang tampan seperti yang pernah ada dalam film “The King of King”, yang dibintangi oleh Jeffry Hunter. Dengan rambut pirang bermata biru, tipe seperti orang Nordic, Scandinavian, Jerman atau Eropa lainnya (meski sekarang disesuaikan berdasarkan negara : di Afrika Yesus mirip orang Afrika (berkulit gelap), di Asia bermata sipit dll), tetapi tidak seperti orang Yahudi. Dengan lingkaran putih dikepala “Hello”. Darimana mereka mempunyai gambaran lingkaran putih “Hello”. Apa di dalam Al-Kitab ada?. Apa orang Yahudi yang mengatakan?. Tidak semua.
3. Ketika mereka membayangkan tentang Roh Kudus, yang terpikirkan adalah seekor Merpati Putih yang hadir ketika Yesus di babtis di Sungai Yordan oleh Yohanes Pembabtis atau seperti yang digambarkan oleh Pilatus.
Umat Kristen tidak bisa membentuk satu pemikiran akan 1 Tuhan. Jika kita tanyakan kepada mereka ada berapa gambaran atau bayangan akan Tuhan dipikiran mereka, dan mereka menjawab 1, berarti mereka bohong. Selalu ada 3 bayangan atau gambaran tentang Tuhan meski mereka mengaku 1.
Absurditas ?Trinitas?
Dalam agama Kristen, konsep Allah jauh lebih problematis. Ini disebabkan adanya konsep ?Trinitas? yang hingga hari ini menjadi ?teka-teki silang? yang tak berujung.
Seorang penulis Kristen Koptik (Qibti), Arab-Mesir, Nashrullah Zakariya menulis satu buku yang berjudul al-Ts?l?ts f? al-Mas?hiyyah: Tawh?d am Syirkun bi?l-L?h? (Trinitas dalam Kristen: Monoteis atau Syirik?), menulis, jika konsep keimanan kepada Allah terjadi lewat ?advertensi Tuhan? (al-I?l?n al-Il?hiy). Tanpa ini, manusia tidak bisa mengenal Allah. ?
Menurutnya, advertensi Tuhan? ini terjadi lewat dua cara: Pertama, ?advertensi umum? (al-i?l?n al-??m). Ini adalah advertensi yang dengannya Allah menyingkap diri-Nya lewat dua hal: (1) Alam. Tentang ini, wahyu yang kudus (al-wahyu al-muqaddas) mencatat: ?Langit menyatakan, keagungan Allah dan cakrawala mewartakan karya-Nya? (Mazmur 19: 1-2); dan (2), sejarah. Maksud dari sejarah adalah: berbagai interaksi Allah dengan manusia lewat pengalaman historiknya. Kitab suci menyatakan, ?Ia tidak lupa memberi bukti-bukti tentang diri-Nya...? (Kisah Rasul-Rasul 14: 17).
Kedua, ?advertensi khusus?. Jenis ini memiliki dua sumber: (1) tajassud (bersatunya Allah dengan Yesus, inkarnasi): dimana Allah mengenalkan diri-Nya kepada kita secara jelas dan eksplisit lewat inkarnasi (tajassud) Kristus.
Di dalam Injil, Yohanes berkata: ?Pada mulanya adalah ?Firman?. Dan firman itu bersama Allah, dan firman itu adalah Allah. Firman sudah menjadi manusia, Ia tinggal di antara kita dan kita sudah melihat keagungan-Nya, seperti yang ada pada seseorang berasal dari seorang ayah, yang penuh dengan karunia dan kebenaran? (Yohanes 1: 1-15, rujuk Ibrani 1: 1-4 dan 1 Timotius 3: 3-5); (2) firman Allah yang termaktub dan pembenar atas ? eksistensi ? Nya yang berasal dari Kristus.
Yesus berkata: ?Janganlah kalian menganggap bahwa Aku datang untuk menghapuskan hukum Musa dan ajaran nabi-nabi. Aku datang bukan untuk menghapuskannya, tetapi untuk menyempurnakannya. Ingatlah! Selama langit dan bumi masih ada, satu huruf atau titik yang terkecil pun di dalam hukum itu, tidak akan dihapuskan, kalau semuanya belum terjadi.? (Matius 5: 17-18 ).
Itu lah dua bentuk ?advertensi Tuhan? kepada manusia menurut Nashrullah Zakariya, yang terdapat di dalam Taurat (Torah) dan Injil. Menurutnya, hal itu menyatakan bahwa Allah itu ?esa? (w?hid). Tetapi, Allah juga tidak hanya ?mengumumkan? diri-Nya sebagai Tuhan yang esa (al-Ilah al-wahid), advertensi itu terjadi berulang-ulang dari dirinya hingga menjadi ?trinitas? (ts?l?tsan).
Setelah menjelaskan itu, Nashrullah bingung dan menyatakan bahwa dogma ?trinitas? dalam Kristen tidak bisa dianggap sebagai hasil studi filsafat atau konsep rasionalitas an sich. Karena hal itu menurutnya tidak mudah untuk diterima oleh akal. Sumber dogma ini menurutnya berasal dari Allah itu sendiri. Allah lah yang mengumumkan dirinya sebagai Tuhan yang memiliki tiga oknum: ?trinitas? (ts?luts), bukan ?trinisasi? (tatsl?ts). Dan dalam apologi kaum Nasrani dalam membela Allah yang trinitas itu (Allah al-ts?l?ts) merupakan bukti keimanan mereka kepada Allah yang esa, seperti yang dinyatakan oleh Allah sendiri tentang diri-Nya lewat firman-firman-Nya: kitab suci.
Padahal, jika mencukupkan diri pada ayat Torah di atas, konsep Allah jelas dapat dipahami. Tapi ketika dikaitkan dengan dogma ?trinitas? yang hanya ada dalam Perjanjian Baru (Injil) konsep Allah menjadi ?kabur?.
Penulis lain, Nasyid Hana dalam ?Khamsu Haq??iq ?an Allah?, (cet. II, 1999) menulis bahwa ketika Allah menciptakan para malaikat, Dia mempraktekkan sebagian sifat-sifat-Nya. Dan ketika menciptakan manusia, Dia mempraktekkan sifat-sifatnya kepada manusia.
Bagaimana mungkin Allah butuh kepada makhluk-makhluk-Nya dan mempraktekkan sifat-sifatnya kepada diri-Nya?
Lebih aneh lagi, sebagaimana ditulis Nasyid Hana, ?Oknum-oknum itu bukanlah bagian-bagian dalam diri Allah. Maha suci Allah. Allah tidak terdiri dari tiga oknum. Maha suci Allah, tetapi Allah itu esa, dan setiap oknum itu adalah Allah, bukan bagian dari Allah. Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah. Satu esensi tetapi tiga oknum.? Inilah konsep ketuhanan yang membingungan.
Membicarakan ?oknum? saja dalam agama Kristen sudah berbelit-belit, karena memang sulit dinalar oleh akal sehat. Sampai sekarang, masalah ?oknum Allah? ini masih terus dibahas dan diperdebatkan hingga kini.
Akibat kebingungan ini, banyak tokoh-tokoh Kristen menyikapi dogma ?trinitas? lewat ekspresi rasa ?ketidakpuasan.
St. Anselm, misalnya, harus menulis Cur Deus Homo, St. Augustine juga menulis de Trinitate dan memproklamirkan slogan: ?Credo ut intellegam? (aku percaya supaya aku bisa mengerti). Senada dengan Augustine, Tertullian menyatakan: ?Credo quia absurdum? (aku beriman justru karena doktrin tersebut tidak masuk akal). Ini sangat kontra dengan Islam, dimana ?rasio? sangat berperan dalam mengenal dzat Allah. Apa yang bertentangan dengan akal sehat, berarti ada yang ?eror? dan harus dikritisi.
Dalam Islam, Allah menciptakan makhluk-Nya agar mereka mengenal-Nya lewat nama-nama-Nya yang baik (al-asma? al-husna), sifatnya yang transenden: yang memiliki sifat kesempurnaan dan suci dari segala kekurangan.
Ketika mereka sudah mengetahui Allah ?Azza wa Jalla sebagaimana mestinya, mereka melakukan ibadah kepada-Nya, yang tidak berhak diberikan kepada selain-Nya dan tidak mendekati-Nya kecuali dengan ibadah tersebut. Mereka juga memuji Allah swt. sebagaimna mestinya, sesuai dengan kemuliaan dzat-Nya dan keagungan otoritas-Nya. Ini dengan detail dijelaskan oleh Allah swt.: ?Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.? (QS: Al-Thalaq [65]: 12).
Kata agar kamu mengetahui merupakan dalil bahwa tujuan dari penciptaan alam ini, baik alam atas maupun bawah; adalah untuk mengetahui Allah swt. Lengkap dengan nama dan sifat-sifat-Nya; yang dalam ayat tersebut disebutkan sebagiannya, yakni: kekuasaan total (al-qudrah al-syamilah) dan ilmu yang meliputi segala sesuati (al-?ilm al-muhith). (Lihat, Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Fush?l f? al-?Ib?dah bayna al-Salaf wa al-Khalaf, dalam serial Nahwa Wahdah Fikriyyah li al-?Ä€mil?na li al-Isl?m (6), (Cairo: Maktabah Wahbah, 2005: 14).
Dengan demikian, terdapat perbedaan yang sangat prinsipil dalam konsep ?Allah? dalam Yahudi, Kristen dan Islam. Dapat dibuktikan di dalam Al-Quran dan ulama-ulama klasik, bahwa Islam lah satu-satunya agama semit yang konsisten dalam melestarikan konsep ?Allah?. Konsep Allah yang ?nasionalistik? adalah tidak benar dan harus ditolak. Dan konsep ?Allah? yang ?membutuhkan? perantara (mediator) adalah mencederai kekuasaan dan keagungann-Nya. Maka, Islam menutup konsep ?Allah? yang Mahasempurna dan tiada banding itu dengan firman Allah swt: ?Laysa kamitslihi syai?un? (Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, ) (Qs. Al-Syura [42]: 11). Wallahu a?lamu bi al-shawab.
Umat Kristen beranggapan Yesus adalah Tuhan karena adanya Konsep Trinitas. Tapi tahukah mereka bahwa konsep itu baru ada saat Konsili Nicea. Saat Yesus masih hidup, dia tidak mengajarkan konsep Trinitas.
Yesus pernah ditanya oleh beberapa orang Yahudi terdidik di dalam Injil Markus.
“Tuan, hukum apa yang terutama?. Jawab Yesus (Markus 12 : 29) : “Hukum yang terutama ialah : Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa (Satu)”.
Yang mengulang kata perkata apa yang dikataka oleh Musa +/- 1.300 tahun sebelum Yesus lahir.
Matius 5 : 17-18
“Janganlah kamu sangkakan aku datang hendak merombak hukum Taurat atau kitab nabi-nabi; bukannya aku datang hendak merombak, melainkan hendak menggenapkan. Karena sesungguhnya aku berkata kepadamu, sehingga langit dan bumi lenyap, satu noktah atau satu titikpun sekali-sekali tiada akan lenyap dari hukum Taurat itu sampai semuanya telah jadi”.
1. Tauhid Nabi Musa (Ulangan 4:35, Ulangan 6:4, Ulangan 32:39).
2. Tauhid Nabi Daud (II Samuel 7:22, Mazmur 86:Cool.
3. Tauhid Nabi Sulaiman (I Raja-raja 8:23).
4. Tauhid Nabi Yesaya (Yesaya 43: 10-11, Yesaya 44:6,Yesaya 45:5-6, Yesaya 46:9).
5. Tauhid Yesus (Markus 12:29, Yohanes 5:30, Yohanes 17:3).
Bukankah Hukum Taurat mengatakan Tuhan hanya 1, itulah mengapa umat Yahudi tidak mempercayai Yesus sebagai anak Tuhan. Karena mereka salah dalam menafsirkan ajaran Yesus, mereka mengira seolah-olah Yesus mengaku sebagai Tuhan atau anak Tuhan. Itulah mengapa umat Yahudi mencelakai Yesus dengan menyalibnya.
Jika Trinitas adalah hal penting yang perlu diajarkan, saat itu adalah saat yang tepat untuk mengajarkan kepada orang-orang Yahudi. Tentang ada 3 yang memberi kesaksian., Bapa, Firman dan Roh Kudus ketiganya adalah satu. Tetapi Yesus tidak mengatakan itu. Juga kalau Yesus adalah Tuhan, dia pasti langsung menjawab “Ya”saya Tuhan kalau ada yang bertanya siapa dirinya. Kalau ada yang bertanya apakah Ibu Kota Indonesia Jakarta, pasti akan saya Jawab “Ya”. Tapi Yesus tidak pernah mengatakan itu. Jadi tidak ada Konsep Trinitas yang diajarkan oleh Yesus. Kalau sekarang ada, anda pikirlah sendiri.
Konsep Trinitas yang mereka anut yaitu :
1. Tuhan Bapa adalah Tuhan, anak adalah Tuhan dan Roh Kudus adalah Tuhan, namun bukan 3 Tuhan melainkan 1.
2. Tuhan Bapa itu Maha Perkasa, anak itu Maha Perkasa dan Roh Kudus Maha Perkasa, namun bukan 3 yang Maha Perkasa melainkan 1
3. Tuhan Bapa adalah Person, anak adalah Person dan Roh Kudus adalah Person, Tapi mereka bukan 3 Person melainkan 1
Bahasa apakah itu?. Bahasa Inggriskah?. Bahasa Indonesiakah?. Bukan. Tapi bahasa planet, karena tidak masuk akal.
Konsep Trinitas berasal dari 1 Yohanes 5 : 7-8
“Sebab ada tiga yang memiliki kesaksian didalam Surga : Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu”. (7) “Dan ada 3 yang memberi kesaksian di bumi, Roh dan Air dan Darah dan ketiganya adalah satu”. (Cool
TERNYATA: ayat ini dikeluarkan dari Al-kitab versi standard yang direvisi (Revised Standard Version disingkat RSV) yang dipakai oleh negara-negara barat karena dianggap sisipan. Mengapa demikian?. Karena ayat ini merupakan catatan saja oleh penyalin yang dibuat pada abad ke 6 untuk tujuan pendidikan anak-anak. Tatkala penerbit mendapati manuskrip-manuskrip tersebut, catatan-cacatan pinggir itu telah dimasukkan ke dalam teks. Karena itu para Sarjana Kristen menemukan bahwa ayat ini adalah ayat buatan/sisipan (bukan ayat asli). Ayat ini adalah catatan pinggir bukan perkataan Yohanes. RSV disusun oleh 33 Cendekiawan tingkat tertinggi dalam Agama Kristen didukung oleh 50 kitab.
Jika anda adalah 3 saudara kembar laki-laki yang identik sangat mirip tidak bisa dibedakan, jika salah satu dari anda melakukan pembunuhan, bisakah kita menghukum saudara anda yang lain?. Tentu tidak. Mengapa?. Karena anda adalah pribadi (Person) yang berbeda. Lantas apa yang membuat anda memiliki pribadi yang berbeda?. Tentu saja karena kepribadian anda, Jiwa anda berbeda.
Meski mereka menganggap ada 3 tetapi satu, (didalam benak kaum Trinitas), mereka memahami Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus berbeda. Mereka memiliki gambaran yang berbeda.
1. Tatkala mereka mengatakan bahwa dalam nama Bapa, mereka mempunyai gambaran mental tertentu tentang Tuhan Bapa. Yaitu seperti “The Old Father of The Christmas”. Amat besar dari apa yang kita bisa bayangkan, sangat besar tetapi seperti manusia. Langit adalah batas atasnya dan bumi adalah batas bawahnya. Itulah Tuhan Yang Maha Pengasih
2. Kemudian Tatkala mereka mengatakan Tuhan Anak, apa yang mereka pikirkan?. Seekor Banteng-kah?, atau yang lain. Tentunya memikirkan seorang pria yang tampan seperti yang pernah ada dalam film “The King of King”, yang dibintangi oleh Jeffry Hunter. Dengan rambut pirang bermata biru, tipe seperti orang Nordic, Scandinavian, Jerman atau Eropa lainnya (meski sekarang disesuaikan berdasarkan negara : di Afrika Yesus mirip orang Afrika (berkulit gelap), di Asia bermata sipit dll), tetapi tidak seperti orang Yahudi. Dengan lingkaran putih dikepala “Hello”. Darimana mereka mempunyai gambaran lingkaran putih “Hello”. Apa di dalam Al-Kitab ada?. Apa orang Yahudi yang mengatakan?. Tidak semua.
3. Ketika mereka membayangkan tentang Roh Kudus, yang terpikirkan adalah seekor Merpati Putih yang hadir ketika Yesus di babtis di Sungai Yordan oleh Yohanes Pembabtis atau seperti yang digambarkan oleh Pilatus.
Umat Kristen tidak bisa membentuk satu pemikiran akan 1 Tuhan. Jika kita tanyakan kepada mereka ada berapa gambaran atau bayangan akan Tuhan dipikiran mereka, dan mereka menjawab 1, berarti mereka bohong. Selalu ada 3 bayangan atau gambaran tentang Tuhan meski mereka mengaku 1.
Absurditas ?Trinitas?
Dalam agama Kristen, konsep Allah jauh lebih problematis. Ini disebabkan adanya konsep ?Trinitas? yang hingga hari ini menjadi ?teka-teki silang? yang tak berujung.
Seorang penulis Kristen Koptik (Qibti), Arab-Mesir, Nashrullah Zakariya menulis satu buku yang berjudul al-Ts?l?ts f? al-Mas?hiyyah: Tawh?d am Syirkun bi?l-L?h? (Trinitas dalam Kristen: Monoteis atau Syirik?), menulis, jika konsep keimanan kepada Allah terjadi lewat ?advertensi Tuhan? (al-I?l?n al-Il?hiy). Tanpa ini, manusia tidak bisa mengenal Allah. ?
Menurutnya, advertensi Tuhan? ini terjadi lewat dua cara: Pertama, ?advertensi umum? (al-i?l?n al-??m). Ini adalah advertensi yang dengannya Allah menyingkap diri-Nya lewat dua hal: (1) Alam. Tentang ini, wahyu yang kudus (al-wahyu al-muqaddas) mencatat: ?Langit menyatakan, keagungan Allah dan cakrawala mewartakan karya-Nya? (Mazmur 19: 1-2); dan (2), sejarah. Maksud dari sejarah adalah: berbagai interaksi Allah dengan manusia lewat pengalaman historiknya. Kitab suci menyatakan, ?Ia tidak lupa memberi bukti-bukti tentang diri-Nya...? (Kisah Rasul-Rasul 14: 17).
Kedua, ?advertensi khusus?. Jenis ini memiliki dua sumber: (1) tajassud (bersatunya Allah dengan Yesus, inkarnasi): dimana Allah mengenalkan diri-Nya kepada kita secara jelas dan eksplisit lewat inkarnasi (tajassud) Kristus.
Di dalam Injil, Yohanes berkata: ?Pada mulanya adalah ?Firman?. Dan firman itu bersama Allah, dan firman itu adalah Allah. Firman sudah menjadi manusia, Ia tinggal di antara kita dan kita sudah melihat keagungan-Nya, seperti yang ada pada seseorang berasal dari seorang ayah, yang penuh dengan karunia dan kebenaran? (Yohanes 1: 1-15, rujuk Ibrani 1: 1-4 dan 1 Timotius 3: 3-5); (2) firman Allah yang termaktub dan pembenar atas ? eksistensi ? Nya yang berasal dari Kristus.
Yesus berkata: ?Janganlah kalian menganggap bahwa Aku datang untuk menghapuskan hukum Musa dan ajaran nabi-nabi. Aku datang bukan untuk menghapuskannya, tetapi untuk menyempurnakannya. Ingatlah! Selama langit dan bumi masih ada, satu huruf atau titik yang terkecil pun di dalam hukum itu, tidak akan dihapuskan, kalau semuanya belum terjadi.? (Matius 5: 17-18 ).
Itu lah dua bentuk ?advertensi Tuhan? kepada manusia menurut Nashrullah Zakariya, yang terdapat di dalam Taurat (Torah) dan Injil. Menurutnya, hal itu menyatakan bahwa Allah itu ?esa? (w?hid). Tetapi, Allah juga tidak hanya ?mengumumkan? diri-Nya sebagai Tuhan yang esa (al-Ilah al-wahid), advertensi itu terjadi berulang-ulang dari dirinya hingga menjadi ?trinitas? (ts?l?tsan).
Setelah menjelaskan itu, Nashrullah bingung dan menyatakan bahwa dogma ?trinitas? dalam Kristen tidak bisa dianggap sebagai hasil studi filsafat atau konsep rasionalitas an sich. Karena hal itu menurutnya tidak mudah untuk diterima oleh akal. Sumber dogma ini menurutnya berasal dari Allah itu sendiri. Allah lah yang mengumumkan dirinya sebagai Tuhan yang memiliki tiga oknum: ?trinitas? (ts?luts), bukan ?trinisasi? (tatsl?ts). Dan dalam apologi kaum Nasrani dalam membela Allah yang trinitas itu (Allah al-ts?l?ts) merupakan bukti keimanan mereka kepada Allah yang esa, seperti yang dinyatakan oleh Allah sendiri tentang diri-Nya lewat firman-firman-Nya: kitab suci.
Padahal, jika mencukupkan diri pada ayat Torah di atas, konsep Allah jelas dapat dipahami. Tapi ketika dikaitkan dengan dogma ?trinitas? yang hanya ada dalam Perjanjian Baru (Injil) konsep Allah menjadi ?kabur?.
Penulis lain, Nasyid Hana dalam ?Khamsu Haq??iq ?an Allah?, (cet. II, 1999) menulis bahwa ketika Allah menciptakan para malaikat, Dia mempraktekkan sebagian sifat-sifat-Nya. Dan ketika menciptakan manusia, Dia mempraktekkan sifat-sifatnya kepada manusia.
Bagaimana mungkin Allah butuh kepada makhluk-makhluk-Nya dan mempraktekkan sifat-sifatnya kepada diri-Nya?
Lebih aneh lagi, sebagaimana ditulis Nasyid Hana, ?Oknum-oknum itu bukanlah bagian-bagian dalam diri Allah. Maha suci Allah. Allah tidak terdiri dari tiga oknum. Maha suci Allah, tetapi Allah itu esa, dan setiap oknum itu adalah Allah, bukan bagian dari Allah. Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah. Satu esensi tetapi tiga oknum.? Inilah konsep ketuhanan yang membingungan.
Membicarakan ?oknum? saja dalam agama Kristen sudah berbelit-belit, karena memang sulit dinalar oleh akal sehat. Sampai sekarang, masalah ?oknum Allah? ini masih terus dibahas dan diperdebatkan hingga kini.
Akibat kebingungan ini, banyak tokoh-tokoh Kristen menyikapi dogma ?trinitas? lewat ekspresi rasa ?ketidakpuasan.
St. Anselm, misalnya, harus menulis Cur Deus Homo, St. Augustine juga menulis de Trinitate dan memproklamirkan slogan: ?Credo ut intellegam? (aku percaya supaya aku bisa mengerti). Senada dengan Augustine, Tertullian menyatakan: ?Credo quia absurdum? (aku beriman justru karena doktrin tersebut tidak masuk akal). Ini sangat kontra dengan Islam, dimana ?rasio? sangat berperan dalam mengenal dzat Allah. Apa yang bertentangan dengan akal sehat, berarti ada yang ?eror? dan harus dikritisi.
Dalam Islam, Allah menciptakan makhluk-Nya agar mereka mengenal-Nya lewat nama-nama-Nya yang baik (al-asma? al-husna), sifatnya yang transenden: yang memiliki sifat kesempurnaan dan suci dari segala kekurangan.
Ketika mereka sudah mengetahui Allah ?Azza wa Jalla sebagaimana mestinya, mereka melakukan ibadah kepada-Nya, yang tidak berhak diberikan kepada selain-Nya dan tidak mendekati-Nya kecuali dengan ibadah tersebut. Mereka juga memuji Allah swt. sebagaimna mestinya, sesuai dengan kemuliaan dzat-Nya dan keagungan otoritas-Nya. Ini dengan detail dijelaskan oleh Allah swt.: ?Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.? (QS: Al-Thalaq [65]: 12).
Kata agar kamu mengetahui merupakan dalil bahwa tujuan dari penciptaan alam ini, baik alam atas maupun bawah; adalah untuk mengetahui Allah swt. Lengkap dengan nama dan sifat-sifat-Nya; yang dalam ayat tersebut disebutkan sebagiannya, yakni: kekuasaan total (al-qudrah al-syamilah) dan ilmu yang meliputi segala sesuati (al-?ilm al-muhith). (Lihat, Dr. Yusuf al-Qaradhawi, Fush?l f? al-?Ib?dah bayna al-Salaf wa al-Khalaf, dalam serial Nahwa Wahdah Fikriyyah li al-?Ä€mil?na li al-Isl?m (6), (Cairo: Maktabah Wahbah, 2005: 14).
Dengan demikian, terdapat perbedaan yang sangat prinsipil dalam konsep ?Allah? dalam Yahudi, Kristen dan Islam. Dapat dibuktikan di dalam Al-Quran dan ulama-ulama klasik, bahwa Islam lah satu-satunya agama semit yang konsisten dalam melestarikan konsep ?Allah?. Konsep Allah yang ?nasionalistik? adalah tidak benar dan harus ditolak. Dan konsep ?Allah? yang ?membutuhkan? perantara (mediator) adalah mencederai kekuasaan dan keagungann-Nya. Maka, Islam menutup konsep ?Allah? yang Mahasempurna dan tiada banding itu dengan firman Allah swt: ?Laysa kamitslihi syai?un? (Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, ) (Qs. Al-Syura [42]: 11). Wallahu a?lamu bi al-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar