Sebelum
saya masuk kedalam subtansi judul diatas ada baiknya terlebih dahulu merenungi
sebuah kaliamt yang disampaikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah :
“Umat kita tidaklah sama dengan Ahli
Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang tidak mau menghafal kitab suci mereka. Bahkan
seandainya seluruh mushaf itu ditiadakan, maka Al-Qur’an tetap tersimpan di
hati kaum muslimin.”
Dari
ungkapan sederhana yang disampaikan ibnu Taimiyah menggambarkan bahwa bahwa penghapal
Al-Qur’an dari zaman Rasul, para
sahabat, hingga orang orang beriman dimasa sekarang banyak bahkan sangat banyak
yang hafal Al-Qur’an dan terus
memperdalam kemampuan dan keimananya, hingga mereka akan mengetahui jika
ada ayat yang salah atau ayat yang menyimpang dari ayat ayat Al-Qur’an.
selanjutnya ingatlah baik baik dan catat dengan sungguh sungguh dalam hati bahwa pada masa Rosulullah Al-Qur’an ditulis oleh puluhan juru tulis wahyu langsung di bawah pengawasan Rasulullah SAW. Beliau mendokumentasikan Al-Qur’an dalam bentuk tertulis sejak masa turunnya wahyu. Karenanya, beliau menugaskan puluhan shahabat sebagai penulis wahyu, antara lain:|
Abban bin Sa’id,
Abu Ayyub Al-Ansari,
Abu Umamah,
Abu Bakar As-Siddiq,
Abu Hudzaifah,
Abu Sufyan,
Abu Salamah,
Abu Abbas,
Ubayy bin Ka’ab,
Al-Arqam,
Usaid bin Al-Hudair,
Khalid bin Sa’id,
Khalid bin Al-Walid,
Az-Zubair bin Al-‘Awwam,
Zubair bin Arqam,
Zaid bin Tsabit,
‘Utsman bin ‘Affan,
‘Ali bin Abi Thalib,
‘Umar bin Khatthab,
‘Amr ibn Al-’Ash,
Mu’adz bin Jabal, Mu’awiyah,
Yazid bin Abi Sufyan, dll.
selanjutnya ingatlah baik baik dan catat dengan sungguh sungguh dalam hati bahwa pada masa Rosulullah Al-Qur’an ditulis oleh puluhan juru tulis wahyu langsung di bawah pengawasan Rasulullah SAW. Beliau mendokumentasikan Al-Qur’an dalam bentuk tertulis sejak masa turunnya wahyu. Karenanya, beliau menugaskan puluhan shahabat sebagai penulis wahyu, antara lain:|
Abban bin Sa’id,
Abu Ayyub Al-Ansari,
Abu Umamah,
Abu Bakar As-Siddiq,
Abu Hudzaifah,
Abu Sufyan,
Abu Salamah,
Abu Abbas,
Ubayy bin Ka’ab,
Al-Arqam,
Usaid bin Al-Hudair,
Khalid bin Sa’id,
Khalid bin Al-Walid,
Az-Zubair bin Al-‘Awwam,
Zubair bin Arqam,
Zaid bin Tsabit,
‘Utsman bin ‘Affan,
‘Ali bin Abi Thalib,
‘Umar bin Khatthab,
‘Amr ibn Al-’Ash,
Mu’adz bin Jabal, Mu’awiyah,
Yazid bin Abi Sufyan, dll.
Saat
wahyu turun, secara rutin Rasulullah memanggil para penulis yang ditugaskan
agar mencatat ayat tersebut. Dalam hal penulisan ayat yang baru turun, Nabi
memiliki kebiasaan untuk meminta penulis wahyu untuk membaca ulang ayat
tersebut setelah menuliskannya. Menurut Zaid bin Tsabit, jika ada kesalahan
dari penulisan maka beliau yang membetulkannya, setelah selesai barulah
Rasulullah membolehkan menyebarkan ayat tersebut.
Dimasa rosulullah para sahabat dan orang orang beriman benar benar mengapal dan belajar Al-Qur’an langsung kepada Nabi Muhammad SAW.
ketahuilah Al-Qur’an dimasa rosulullah hingga saat ini adalah sama dan tidak ada perbedaan didalamnya, baik bahasa maupun kalimatnya.dari dulu hingga sekarang tidak ada yang berubah, karena ALLAH telah dan terus menjaganya melalui orang orang beriman dan mereka yang diberi kemampuan untuk menghafalnya.
Dimasa rosulullah para sahabat dan orang orang beriman benar benar mengapal dan belajar Al-Qur’an langsung kepada Nabi Muhammad SAW.
ketahuilah Al-Qur’an dimasa rosulullah hingga saat ini adalah sama dan tidak ada perbedaan didalamnya, baik bahasa maupun kalimatnya.dari dulu hingga sekarang tidak ada yang berubah, karena ALLAH telah dan terus menjaganya melalui orang orang beriman dan mereka yang diberi kemampuan untuk menghafalnya.
Allah Swt
berfirman
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya
lalu bagaimana dengan alkitab..
Bibel ditulis dalam waktu puluhan hingga ratusan tahun sepeninggal para nabi yang menerima wahyu dari Tuhan. Sementara kitab Perjanjian Lama disusun antara tahun 1.400 sampai 400 Sebelum Masehi, sedangkan Perjanjian Baru disusun antara tahun 50-100 Masehi. Ketidakhadiran para nabi dalam proses penulisan Bibel, menjadi peluang tersendiri terhadap pemalsuan (tahrif) terhadap kitab suci.
Bibel sama sekali tidak dihafal oleh orang-orang yang mengimaninya.
Ketiadaan orang yang hafal Bibel, tentunya memperbesar peluang distorsi dan
pemalsuan ayat.
pembukuan Alkitab mengacu pada tulisan manuscript evidence dalam
bentuk papyrus, scroll, dan sebagainya. Manuskrip-manuskrip ini pun penuh
dengan masalah, sebagian tidak diketahui penulisnya, sebagian lagi rusak dan
tak terbaca.
Artinya: Persoalan yang biasanya ditanya, adakah naskah-naskah
asli Alkitab (Bibel) masih ada sehingga kini? Jawabannya tidak. Naskah-naskah
asli di atas papirus dan bahan-bahan lain yang mudah rusak semuanya telah lama
hilang.
Karena naskah aslinya sudah punah, maka upaya yang
dilakukan oleh para ilmuwan Kristen adalah menyalin salinan yang lebih tua dan
menerjemahkan dari bahasa yang satu ke bahasa lain. Dalam proses revisi dan
terjemahan yang demikian panjang itu, otentisitas Alkitab sama sekali tidak
terjamin, akibat bergesernya ayat dari versi yang lebih tua ke versi yang lebih
muda usianya. Semakin banyak terjemahan dan revisi, maka semakin jauh berbeda
dari kebenaran kitab suci yang asli.
apakah Yesus memerintahkan untuk menulis semua ucapannya?
Apakah ada murid yang secara khusus diberitugas atau berinisiatif menulis apa yang di ucapkan yesus? Tidak ! tidak ada satu muridpun yang diperintahkan atau berinisiatif menulis apa apa yang di ucapkan Yesus. Contoh Injil karangan Lukas, jangankan mendapat mandat khusus untuk menulis injil, bertemu Yesus saja tidak pernah, Lukas bukan murid Yesus, dia menulis Injil karangannya bukan karena diperintah oleh Yesus melaikan ia menulis atas inisiatif sendiri yang ia tujukan untuk Teofilus pada saat itu.
apakah Yesus memerintahkan untuk menulis semua ucapannya?
Apakah ada murid yang secara khusus diberitugas atau berinisiatif menulis apa yang di ucapkan yesus? Tidak ! tidak ada satu muridpun yang diperintahkan atau berinisiatif menulis apa apa yang di ucapkan Yesus. Contoh Injil karangan Lukas, jangankan mendapat mandat khusus untuk menulis injil, bertemu Yesus saja tidak pernah, Lukas bukan murid Yesus, dia menulis Injil karangannya bukan karena diperintah oleh Yesus melaikan ia menulis atas inisiatif sendiri yang ia tujukan untuk Teofilus pada saat itu.
“Teofilus
yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan
kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.
Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari
asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu
supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu
sungguh benar.”(Lukas 1:1-4)
Lukas
bukan orang Yahudi, juga bukan saksi mata atas apa yang terjadi pada yesus dan
juga bukan seorang pendengar langsung atas apa yang diucapkan oleh yesus. Lukas
menulis Injil karangannya berdasarkan cerita cerita yang beredar dimasyarakat,
tidak diketahui siapa saja yang menjadi sumber berita dan bagaimana cara Lukas
menyelidiki kebenaran berita yang ia terima.
Satu
hal yang terpenting adalah, Lukas menulis Injilnya bukan dalam rangka menulis
sebuah kitab suci yang akan menjadi pegangan hidup manusia, ia tidak ubahnya
hanya menulis sebuah buku sejarah saja, yakni sejarah tentang Yesus.
Bahkan dalam banyak kasus
yang terjadi, komentar atau catatan kaki (footnote) dalam versi Alkitab
kuno, ternyata dalam versi Alkitab yang baru catatan kaki tersebut naik pangkat
menjadi ayat yang resmi. Contohnya adalah kitab I Yohanes 5: 7-9Jelaslah sudah benang hitam dan benang putih, malam yang gelap dan mentari dipagi hari yang menyejukan,
jelaslah sudah batu kali yang hitam dan berlian yang bernilai, meski sama sama batu tapi kualitas dan harga sungguh berbeda..
Sumber:
http://www.voa-islam.com/read/christology/2011/09/11/16090/buktibukti-keaslian-alquran-dan-kepalsuan-alkitab-bibel;#sthash.QWix0h8v.dpbs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar