Surat Ke-25 : 77 Ayat
001. (Maha Suci) Allah swt. (yang telah menurunkan
Alfurqan) yakni Alquran, ia dinamakan Alfurqan karena kandungannya membedakan
antara perkara yang hak dan perkara yang batil (kepada hamba-Nya) yakni Nabi
Muhammad (agar dia menyampaikannya kepada seluruh alam) yaitu kepada bangsa
manusia dan bangsa jin, selain bangsa malaikat (sebagai pemberi peringatan)
kepada mereka, dengan memperingatkan mereka akan azab Allah.
002. (Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan
Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-Nya,
dan Dia telah menciptakan segala sesuatu) karena hanya Dialah yang mampu
menciptakan kesemuanya itu (dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya) secara tepat dan sempurna.
003. (Kemudian mereka mengambil) yang dimaksud adalah
orang-orang kafir (selain daripada-Nya) selain Allah swt. (sebagai tuhan-tuhan)
berupa berhala-berhala (yang mereka tidak menciptakan apa pun, bahkan mereka
sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk menolak sesuatu kemudaratan dari
dirinya) tidak akan mampu menolak bahaya yang mengancam dirinya (dan tidak pula
untuk mengambil suatu manfaat pun) artinya tidak dapat menghasilkan manfaat
bagi dirinya (dan juga tidak kuasa mematikan, menghidupkan) yakni tidak mampu
mematikan seseorang dan tidak pula mampu menghidupkannya (dan tidak pula
membangkitkan) tidak mampu membangkitkan orang-orang yang mati untuk dapat
hidup kembali.
004. (Dan orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya
ini) Alquran ini (tidak lain hanyalah kebohongan-kebohongan) yakni kedustaan
(yang diada-adakan olehnya) oleh Muhammad sendiri (dan dia dibantu oleh kaum
yang lain) yakni oleh sebagian dari orang-orang ahli kitab. Allah berfirman:
(Maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kelaliman dan dusta yang
besar") yakni kekafiran dan kedustaan.
005. (Dan mereka berkata,) pula bahwa Alquran itu
("Dongengan-dongengan orang-orang dahulu) yakni kedustaan-kedustaan
mereka. Lafal Asaathiir adalah bentuk jamak dari lafal Usthuurah (dimintanya
supaya dituliskan) telah menukilnya dari kaum tersebut melalui orang lain (maka
dibacakanlah dongengan itu kepadanya) supaya ia hafal (setiap pagi dan
petang.") Kemudian Allah berfirman menyanggah ucapan mereka:
006. (Katakanlah! "Alquran ini diturunkan oleh Allah
yang mengetahui rahasia) hal-hal yang gaib (di langit dan di bumi. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun) kepada orang-orang yang beriman (lagi Maha
Penyayang") kepada mereka.
007. (Dan mereka berkata, "Mengapa Rasul ini memakan
makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak) (diturunkan kepadanya
Malaikat, agar Malaikat itu memberikan peringatan bersama dengan dia?)
maksudnya yang membenarkan kerasulannya.
008. (Atau mengapa tidak diturunkan kepadanya
perbendaharaan) dari langit yang kemudian ia membelanjakannya, sehingga ia
tidak usah berjalan-jalan di pasar lagi untuk mencari penghidupan (atau mengapa
tidak ada kebun baginya) yaitu ladang yang menjadi miliknya (yang dapat dia
makan dari hasilnya") buah-buahannya, sehingga hal itu menjadi kecukupan
baginya. Menurut qiraat yang lain dibaca Na'kulu Minhaa, artinya; yang kami
dapat ikut makan dari kebunnya. Maksudnya, supaya memiliki kelebihan di atas
kami. (Dan orang-orang yang zalim itu berkata:) orang-orang kafir itu kepada
orang-orang Mukmin, ("Tidak lain kamu sekalian hanyalah mengikuti seorang
lelaki yang kena sihir") orang yang akalnya tidak waras karena pengaruh
sihir. Maka Allah berfirman pada ayat selanjutnya:
009. (Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat
perumpamaan-perumpamaan tentang kamu) dengan julukan sebagai orang yang kena
pengaruh sihir, orang yang membutuhkan nafkah, orang yang harus ditemani oleh
Malaikat yang bersama-sama menyampaikan tugasnya (lalu sesatlah mereka) dari
petunjuk disebabkan ucapannya itu (mereka tidak sanggup mendapatkan jalan untuk
menentang kerasulannya) maksudnya mereka tidak akan dapat menemukan jalan untuk
menentangnya.
010. (Maha Agung Allah) Maha Kaya akan kebaikan (yang
jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari yang
demikian) yakni lebih baik daripada perbendaharaan harta dan kebun yang mereka
mintakan di dunia ini (yaitu surga-surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai) karena Dia telah menjanjikan akan memberikan kepadanya nanti di
akhirat (dan dijadikan-Nya pula) lafal ayat ini dibaca Jazm (untukmu
istana-istana) dan menurut qiraat yang lain, lafal Yaj'al dibaca Yaj'alu
sehingga kedudukannya menjadi kalimat Isti'naf, atau kalimat baru.
011. (Bahkan mereka mendustakan hari kiamat) hari
terakhir yang tiada hari lagi sesudahnya. (Dan Kami menyediakan neraka yang
menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat) neraka yang apinya
menyala-nyala dengan nyala yang besar.
012. (Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang
jauh, mereka mendengar kegeramannya) yakni suara mendidihnya seperti halnya
orang yang sedang marah (dan suara nyalanya) suara yang keras sekali dari nyala
apinya. Atau makna yang dimaksud adalah jika orang-orang tersebut melihat
neraka sekalipun dari tempat yang jauh, mereka akan mendengar suara gemuruh dan
nyala apinya.
013. (Dan apabila mereka dicampakkan ke tempat yang
sempit di neraka itu) dapat dibaca Dhayyiqan dengan memakai harakat Tasydid
pada huruf Ya, dapat pula dibaca Takhfif atau tanpa Tasydid sehingga bacaannya
menjadi Dhayqan, maksudnya neraka itu menghimpit mereka. Lafal Minhaa
berkedudukan menjadi Hal dari lafal Makaanan, karena pada asalnya ia adalah
kata sifat baginya (dengan dibelenggu) yakni tangan dan leher mereka dibelenggu
menjadi satu; harakat Tasydid yang ada pada lafal Muqarraniina menunjukkan
makna Taktsir atau banyak (mereka di sana mengharapkan kebinasaan) maksudnya
mereka ingin mati saja karena pedihnya siksaan. Dikatakan oleh Allah swt.
kepada mereka,
014. ("Janganlah kamu sekalian mengharapkan satu
kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak") sesuai dengan
azab yang menimpa kalian ini.
015. (Katakanlah! "Apa yang demikian itukah) hal
yang telah disebutkan itukah, yaitu ancaman dan gambaran tentang neraka (yang
baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan) (kepada orang-orang yang
bertakwa?" Surga itu untuk mereka) menurut ilmu Allah (sebagai balasan)
sebagai pahala (dan tempat kembali) tempat menetap yang abadi.
016. (Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka
kehendaki, sedangkan mereka kekal) lafal Khaalidiina menjadi Hal yang bersifat
Lazimah atau harus (adalah) janji mereka seperti yang telah disebutkan tadi
(janji dari Rabbmu yang patut dimohonkan kepada-Nya) artinya orang yang telah
dijanjikan kepadanya hal itu patut untuk memohon kepada-Nya, sebagaimana yang
diungkapkan oleh firman-Nya yang lain, yaitu, "Ya Rabb kami! Berilah kami
apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul
Engkau." (Q.S. Ali Imran, 194) atau hal itu dimintakan oleh para Malaikat
buat mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya yang lain, yaitu, "Ya
Rabb kami! Masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau
janjikan-kepada mereka." (Q.S. Al Mukmin, 8).
017. (Dan pada suatu hari ketika Allah menghimpunkan
mereka) lafal Yahsyuruhum dapat pula dibaca Nahsyuruhum, sehingga artinya
menjadi, Kami menghimpun mereka (beserta apa yang mereka sembah selain Allah)
yakni seperti malaikat; Nabi Isa, dan Nabi Uzair, serta jin (lalu Allah
berkata:) kepada mereka yang disembah untuk memantapkan hujah-Nya terhadap
orang-orang yang menyembah mereka. Lafal Fayaquulu dapat pula dibaca Fanaquulu,
artinya, Kami berkata, ("Apakah kalian) lafal A-antum dapat dibaca secara
Tahqiq yaitu dengan menyatakan kedua Hamzahnya, dan dapat pula dibaca Tas-hil
yaitu dengan menggantikan Hamzah yang kedua menjadi Alif sehingga bacaan Hamzahnya
menjadi panjang, dapat pula dibaca pendek yakni tanpa memakai Alif (yang
menyesatkan hamba-hamba-Ku itu) artinya apakah kalian telah menjerumuskan
mereka ke dalam kesesatan dengan perintah kalian kepada mereka, supaya mereka
menyembah kalian? (atau mereka sendirilah yang sesat dari jalan yang
benar?") yakni atas kehendak mereka sendiri.
018. (Mereka yang disembah itu menjawab, "Maha Suci
Engkau,) dari apa yang tidak layak bagi Engkau (tidaklah patut) tidaklah
dibenarkan (bagi kami mengambil selain Engkau) (untuk jadi pelindung) lafal Min
Auliyaa berkedudukan menjadi Maf'ul pertama, sedangkan huruf Min adalah Zaidah
yang berfungsi mengukuhkan makna Nafi. Lafal sebelumnya berkedudukan menjadi
Maf'ul kedua. Maksudnya, mana mungkin kami memerintahkan mereka untuk menyembah
kami (akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan
hidup) sebelumnya yaitu di dunia, dengan umur yang panjang dan rezeki yang
luas. (Sampai mereka lupa akan peringatan) yakni nasihat dan iman kepada Alquran
(dan mereka adalah kaum yang binasa.") Allah berfirman:
019. ("Maka sesungguhnya mereka yang disembah itu
telah mendustakan kalian) yang disembah itu berdusta kepada mereka yang
menyembahnya (tentang apa yang kalian katakan) bahwasanya mereka adalah tuhan-tuhan
(maka kalian tidak akan dapat) kalau dibaca yastathii'uuna artinya maka mereka
tidak akan dapat; maksudnya baik mereka atau pun kalian (menolak) azab dari
diri kalian (dan tidak pula menolong) mencegah azab yang menimpa diri kalian
(dan barang siapa berbuat zalim) dengan memperbuat kemusyrikan (di antara
kalian, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar) azab yang keras di
akhirat.
020. (Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu,
melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar) maka kamu
adalah sama seperti mereka dalam hal ini. Maksudnya, telah dikatakan pula hal
yang serupa terhadap mereka, sebagaimana apa yang dikatakan kepadamu sekarang
ini. (Dan Kami jadikan sebagian kalian cobaan bagi sebagian yang lain) yakni
orang yang kaya dicoba dengan adanya orang fakir dan orang yang sehat dicoba
dengan adanya orang yang sakit, dan orang yang terhormat dicoba dengan adanya
orang yang rendah. Maka golongan yang kedua dari orang-orang tadi mengatakan,
'Mengapa aku tidak seperti dia dalam segala hal?' (Maukah kalian bersabar?) di
dalam menghadapi perkataan yang kalian dengar dari orang-orang yang kalian
mendapat cobaan dari mereka. Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti
perintah, maksudnya bersabarlah kalian (dan adalah Rabbmu Maha Melihat")
terhadap orang-orang yang sabar dan yang tidak sabar.
021. (Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti
pertemuannya dengan Kami,) yakni orang-orang yang tidak takut kepada adanya
hari berbangkit dan hari pembalasan ("Mengapakah tidak) (diturunkan kepada
kita malaikat) yang menjadi Rasul-rasul kepada kita (atau mengapa kita tidak
melihat Rabb kita?") kemudian kita diberi tahu, bahwa Muhammad adalah
Rasul-Nya. Lalu Allah berfirman, ("Sesungguhnya mereka memandang besar)
merasa besar (tentang diri mereka dan mereka telah melampaui batas) berlaku
sangat kurang ajar (dengan kelewat batas yang sangat besar) disebabkan mereka
berani meminta melihat Allah swt. di dunia. Lafal 'Atauw dengan memakai huruf
Wau sesuai dengan kata asalnya, berbeda dengan lafal 'Ataa yang huruf akhirnya
telah diganti menjadi Ya, seperti dalam surah Maryam.
022. (Pada hari mereka melihat Malaikat) di antara
makhluk-makhluk Allah yang lainnya, yaitu pada hari kiamat. Lafal Yauma
dinashabkan oleh lafal Udzkur, yang keberadaannya diperkirakan sebelumnya;
maksudnya, ingatlah pada hari mereka melihat Malaikat (di hari itu tidak ada
kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa) yakni orang-orang kafir, berbeda
keadaannya dengan orang-orang Mukmin, bagi mereka kabar gembira yaitu
mendapatkan surga (dan mereka berkata: 'Hijran mahjuuran'") sebagaimana
kebiasaan mereka di dunia apabila mereka tertimpa kesengsaraan, artinya:
lindungilah kami di tempat perlindungan. Mereka pada hari itu meminta
perlindungan kepada Malaikat. Kemudian Allah berfirman,
023. ("Dan Kami hadapi) kami hadapkan (segala amal
yang mereka kerjakan) amal kebaikan seperti sedekah, menghubungkan silaturahmi,
menjamu tamu dan menolong orang yang memerlukan pertolongan sewaktu di dunia
(lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.") amal
perbuatan mereka tidak bermanfaat sama sekali pada hari itu, tidak ada
pahalanya sebab syaratnya tak terpenuhi, yaitu iman, akan tetapi mereka telah
mendapatkan balasannya selagi mereka di dunia.
024. (Penghuni-penghuni surga pada hari itu) di hari
kiamat (paling baik tempat tinggalnya) lebih baik daripada tempat tinggal
orang-orang kafir sewaktu di dunia (dan paling indah tempat istirahatnya) lebih
indah daripada tempat istirahat mereka sewaktu di dunia. Lafal Maqiila artinya
tempat untuk beristirahat di tengah hari yang panas. Kemudian dari pengertian
ini dapat diambil kesimpulan makna tentang selesainya masa perhitungan amal
perbuatan, yaitu di waktu tengah hari, hanya memakan waktu setengah hari, seperti
yang telah disebutkan di dalam hadis.
025. (Dan ingatlah di hari ketika langit pecah) yaitu
semua langit (mengeluarkan kabut) seraya mengeluarkan kabut yang berwarna putih
(dan diturunkan Malaikat) dari setiap lapisan langit (bergelombang-gelombang)
pada hari kiamat itu. Dinashabkannya lafal Yauma karena pada sebelumnya
diperkirakan ada lafal Udzkur. Menurut qiraat yang lain lafal Tasyaqqaqu dibaca
Tasysyaqqaqu dengan ditasydidkannya huruf Syin yang diambil dari asal kata
Tatasyaqqaqu. Kemudian huruf Ta yang kedua diganti menjadi Syin lalu diidgamkan
kepada Syin yang kedua sehingga menjadi Tasysyaqqaqu. Sedangkan menurut qiraat
yang lainnya lagi lafal Nuzzila dibaca Nunzilu dan lafal Al Malaaikatu dibaca
Al Malaaikata, sehingga bacaan lengkapnya menurut qiraat ini menjadi Nunzilul
Malaaikata, artinya, Kami menurunkan Malaikat-malaikat.
026. (Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan
Allah Yang Maha Pemurah) tiada seorang pun yang menyaingi-Nya dalam hal ini.
(Dan adalah) hari itu (satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir)
berbeda dengan keadaan orang-orang yang beriman.
027. (Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim)
orang musyrik, yaitu Uqbah bin Mu'ith yang pernah membaca dua kalimat syahadat,
kemudian ia menjadi murtad demi mengambil hati Ubay bin Khalaf (menggigit dua
tangannya) karena menyesal dan kecewa, di hari kiamat (seraya berkata,
"Aduhai!) huruf Ya menunjukkan makna penyesalan (Kiranya dahulu aku
mengambil bersama Rasul) yakni Nabi Muhammad (jalan) petunjuk.
028. (Kecelakaan besar bagiku) huruf Alif dari lafal Yaa
Wailataa merupakan pergantian Ya Idhafah, asalnya adalah Yaa Wailatii maknanya
alangkah binasanya aku (kiranya aku dahulu tidak menjadikan si Polan itu) yakni
Ubay bin Khalaf yang dijilatnya tadi (teman akrab).
029. (Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari
peringatan) Alquran (sesudah peringatan itu datang kepadaku") karena
dialah yang menjadikan aku murtad dan tidak beriman lagi kepada Alquran.
Kemudian Allah berfirman, ("Dan adalah setan itu terhadap manusia) yang
kafir (selalu membuat kecewa.") karena ia akan meninggalkannya begitu
saja, cuci tangan bilamana manusia tertimpa malapetaka.
030. (Berkatalah Rasul) Nabi Muhammad, ("Ya Rabbku!
Sesungguhnya kaumku) kabilah Quraisy (menjadikan Alquran ini suatu yang
diasingkan") ditinggal begitu saja. Maka Allah swt. berfirman,
031. ("Dan seperti itulah) sebagaimana Kami telah
menjadikan bagimu musuh dari kalangan orang-orang musyrik kaummu sendiri (Kami
adakan bagi tiap-tiap Nabi) sebelum kamu (musuh dari orang-orang yang berdosa)
yakni orang-orang musyrik maka bersabarlah sebagaimana mereka bersabar. (Dan
cukuplah Rabbmu menjadi Pemberi petunjuk) bagimu (dan Penolong") yang
menolong kamu terhadap musuh-musuhmu.
032. (Berkatalah orang-orang yang kafir, "Mengapa
tidak) (diturunkan kepadanya Alquran sekali turun saja?") sebagaimana
kitab Taurat, kitab Injil dan kitab Zabur. Allah menjawab melalui firman-Nya,
"Kami sengaja menurunkannya (demikian) secara terpisah-pisah (supaya Kami
perkuat hatimu dengannya) Kami menguatkan kalbumu dengan Alquran (dan Kami
membacakannya kelompok demi kelompok") Kami menurunkannya tahap demi tahap
secara perlahan dan tidak tergesa-gesa, supaya mudah dipahami dan dihafal.
033. (Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu
membawa sesuatu yang ganjil) untuk membatalkan perkaramu (melainkan Kami
datangkan kepadamu suatu yang benar) yang menolak dan membantahnya (dan yang
paling baik penjelasannya) untuk menjelaskan perkara yang sebenarnya kepada
mereka.
034. Mereka adalah (orang-orang yang dihimpunkan dengan
diseret atas muka-muka mereka) mereka digiring seraya diseret (ke neraka
Jahanam, mereka itulah orang-orang yang paling buruk tempatnya) yaitu neraka
Jahanam (dan paling sesat jalannya) paling keliru jalannya bila dibandingkan dengan
selain mereka, sebab kekafirannya.
035. (Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa
kitab) Taurat (dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia
sebagai wazir) yang membantunya di dalam menyampaikan tugas risalahnya.
036. (Kemudian Kami berfirman kepada keduanya,
"Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami")
yakni bangsa Koptik, Firaun dan kaumnya, lalu keduanya berangkat ke negeri
mereka, akan tetapi mereka mendustakannya. (Maka Kami membinasakan mereka sehancur-hancurnya)
Kami menumpas mereka sampai binasa.
037. (Dan) ingatlah (kaum Nuh tatkala mereka mendustakan
Rasul-rasul) mereka mendustakan Nabi Nuh, mengingat Nabi Nuh tinggal bersama
mereka dalam kurun waktu yang lama sekali, maka diungkapkan dalam ayat ini
seolah-olah Nabi Nuh menduduki tempat Rasul-rasul. Atau karena dengan
mendustakan Nabi Nuh maka seolah-olah mereka mendustakan Rasul-rasul lainnya
yang membawa risalah yang sama dengan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh, yaitu
ajaran Tauhid (Kami tenggelamkan mereka) lafal ayat ini menjadi jawab dari
Lamma (dan Kami jadikan cerita mereka bagi manusia) sesudah mereka (sebagai
tanda) pelajaran (dan Kami telah menyediakan) di akhirat (untuk orang-orang
yang zalim) yakni orang-orang kafir (azab yang pedih) siksaan yang sangat
menyakitkan di samping azab yang telah mereka rasakan sewaktu hidup di dunia.
038. (Dan) ingatlah (kaum Ad) yakni kaum Nabi Hud (dan
Tsamud) kaum Nabi Saleh (dan penduduk Rass) nama sebuah sumur; Nabi mereka
menurut suatu pendapat adalah Nabi Syuaib, tetapi menurut pendapat yang lain
bukan Nabi Syuaib. Mereka tinggal di sekitar sumur itu, kemudian sumur itu
amblas berikut orang-orang yang tinggal di sekitarnya dan rumah-rumah mereka
pun ikut amblas (dan banyak lagi generasi-generasi) kaum-kaum (di antara
kaum-kaum tersebut) yakni antara kaum Ad dan penduduk Rass.
039. (Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka tamsil)
untuk menegakkan hujah terhadap mereka, oleh karenanya tidak sekali-kali Kami
membinasakan mereka melainkan sesudah mereka Kami beri peringatan (dan
masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan
sehancur-hancurnya) yakni Kami tumpas mereka hingga binasa, disebabkan mereka
telah mendustakan nabi-nabi mereka.
040. (Dan sesungguhnya mereka telah melalui) yakni
orang-orang kafir Mekah itu sering melewati (sebuah negeri yang dihujani dengan
hujan yang sejelek-jeleknya) lafal As Sau' adalah bentuk Mashdar dari lafal
Saa-a. Maksudnya mereka telah dihujani dengan batu-batu; negeri tempat tinggal
mereka adalah suatu kota yang paling besar bagi kaum Nabi Luth, kemudian Allah
membinasakan mereka sebab mereka gemar melakukan perbuatan yang keji. (Maka
apakah mereka tidak menyaksikan bekas-bekasnya) di dalam perjalanan mereka
menuju ke negeri Syam, kemudian mereka mengambil pelajaran darinya? Istifham
atau kata tanya pada ayat ini mengandung makna Taqrir, maksudnya, hendaklah
mereka mengambil pelajaran dari bekas-bekas itu (bahkan adalah mereka itu tidak
mengharapkan) mereka tidak takut sama sekali (akan kebangkitan) maksudnya hari
mereka dihidupkan kembali, mereka sama sekali tidak beriman kepadanya.
041. (Dan apabila mereka melihat kamu, maka tidak lain)
(mereka menjadikan kamu sebagai ejekan) sasaran ejekan mereka, di dalam
ejekannya itu mereka mengatakan, ("Inikah orangnya yang diutus oleh Allah
sebagai Rasul?) menurut pengakuannya. Mereka mengatakan demikian dengan nada
menghina dan menganggap remeh risalah yang dibawanya.
042. (Sesungguhnya) lafal In adalah bentuk Takhfif dari
lafal Inna, sedangkan isimnya tidak disebutkan, jadi bentuk lengkapnya adalah
Innahuu, artinya, sesungguhnya ia (hampirlah ia menyesatkan kita) memalingkan
diri kita (dari sesembahan-sesembahan kita, seandainya kita tidak sabar
menyembahnya.") niscaya kita dapat dipalingkan dari sesembahan-sesembahan
kita olehnya. Maka Allah berfirman, ("Dan mereka kelak akan mengetahui di
saat mereka melihat azab) secara terang-terangan kelak di akhirat (siapa yang
paling sesat jalannya") yang paling keliru tuntunannya, apakah mereka
ataukah orang-orang yang beriman?
043. (Terangkanlah kepadaku) ceritakanlah kepada-Ku
(tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya) maksudnya
orang-orang yang menurutkan hawa nafsunya; dalam ungkapan ayat ini Maf'ul kedua
didahulukan mengingat kedudukannya yang penting, yaitu lafal Ilaahahu.
Sedangkan jumlah Manittakhadza Hawaahu adalah Maf'ul Awwal dari lafal Ara-aita,
dan Maf'ul yang kedua adalah lafal Ilaahahu yang didahulukan tadi. (Maka apakah
kamu dapat menjadi pemeliharanya?) yang dapat memelihara dia untuk tidak
mengikuti hawa nafsunya? Tentu saja tidak.
044. (Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka
itu mendengar) dengan pendengaran yang dibarengi dengan pengertian (atau
memahami) apa yang kamu katakan kepada mereka. (Tiada lain) (mereka itu
hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi jalannya)
daripada binatang ternak itu, karena binatang ternak mau menurut dan patuh
kepada penggembalanya, sedangkan mereka tidak mau menaati Pemeliharanya, yaitu
Allah, yang telah memberikan kenikmatan kepada mereka.
045. (Apakah kamu tidak memperhatikan) yakni tidak
melihat (kepada) ciptaan (Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang)
mulai dari tenggelamnya matahari sampai dengan hendak terbitnya (dan kalau Dia
menghendaki) yakni Rabbmu (niscaya Dia menjadikan bayang-bayang itu tetap)
artinya tidak hilang sekalipun matahari terbit (kemudian Kami jadikan matahari
atasnya) yakni bayang-bayang atau gelap itu (sebagai petunjuk) karena
seandainya tidak ada matahari maka niscaya bayang-bayang atau gelap itu tidak
akan dikenal.
046. (Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu) yakni
bayang-bayang yang memanjang itu (kepada Kami dengan tarikan yang
perlahan-lahan), yaitu dengan terbitnya matahari.
047. (Dialah yang menjadikan untuk kalian malam sebagai
pakaian) yakni yang menutupi bagaikan pakaian (dan tidur untuk istirahat) bagi
tubuh setelah selesai dari bekerja (dan Dia menjadikan siang untuk bangun
berusaha) kalian bangun di waktu itu untuk mencari rezeki dan melakukan
pekerjaan-pekerjaan lainnya.
048. (Dialah yang meniupkan angin) menurut qiraat yang
lain lafal Ar-Riih dibaca Ar-Riyah (pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmat-Nya) yakni dekat sebelum hujan. Lafal Nusyuran menurut suatu
qiraat dibaca Nusyran, artinya secara terpisah-pisah yakni dibaca secara
Takhfif supaya ringan bacaannya. Menurut qiraat yang lain dibaca Nasyran karena
dianggap sebagai Mashdar. Menurut qiraat lainnya lagi dibaca Busyra, artinya
sebagai pembawa kabar gembira. Bentuk tunggal bacaan pertama adalah Nusyurun,
wazannya sama dengan lafal Rasulun yang bentuk jamaknya adalah Rusulun.
Sedangkan bentuk tunggal dari bacaan yang kedua yaitu Busyran ialah Basyirun,
artinya pembawa kabar gembira (dan Kami turunkan dan langit air yang amat
bersih) yaitu air yang dapat dipakai untuk bersuci, atau air yang menyucikan.
049. (Agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri atau
tanah yang mati) lafal Maitan dibaca Takhfif bentuk Mudzakkar dan Muannatsnya
sama saja. Disebutkan dengan maksud, bahwa yang mati itu adalah tanah negeri
itu (dan agar Kami memberi minum dengannya) dengan air itu (sebagian besar dari
makhluk Kami, binatang-binatang ternak) unta, sapi dan kambing (dan manusia
yang banyak) lafal Anaasiyyu merupakan bentuk jamak dari lafal Insaanun, bentuk
asalnya adalah Anaasiinu, kemudian huruf Nun diganti menjadi Ya, lalu huruf Ya
yang pertama diidgamkan kepadanya sehingga jadilah Anaasiyyu. Atau lafal
Anaasiyyu ini adalah bentuk jamak dari lafal Insiyyun.
050. (Dan sesungguhnya Kami telah menggilirnya) yakni air
hujan itu (di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran daripadanya)
Yadzdzakkaruu asalnya Yatadzakkaruu, kemudian huruf Ta diidgamkan kepada huruf
Dzal setelah terlebih dahulu diganti menjadi Dzal pula, sehingga jadilah
Yadzdzakkaruu. Menurut suatu qiraat dibaca Liyadzkuruu, sehingga artinya
menjadi: supaya mereka ingat akan nikmat Allah dengan adanya air tersebut (maka
kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari) nikmat Allah, karena
mereka mengatakan bahwa hujan kita ini disebabkan munculnya bintang anu.
051. (Dan andai kata Kami menghendaki, benar-benarlah
Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan) untuk
mengingatkan penduduknya, akan tetapi Kami mengutus kamu, hai Muhammad, kepada
penduduk semua negeri sebagai pemberi peringatan kepada mereka semuanya, supaya
pahalamu menjadi besar.
052. (Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir)
memperturutkan hawa nafsu mereka (dan berjihadlah terhadap mereka dengannya)
dengan Alquran (dengan jihad yang besar).
053. (Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir)
secara berdampingan (yang ini tawar lagi segar) sangat tawar lagi menyegarkan
(dan yang lain asin lagi pahit) asin sekali sehingga rasanya pahit (dan Dia
jadikan antara keduanya dinding) batas yang menyebabkan kedua air tersebut
tidak membaur, antara yang satu dengan yang lainnya (dan batas yang
menghalangi) yakni penghalang yang mencegah keduanya untuk bercampur.
054. (Dan Dia pula yang menciptakan manusia dari air)
yakni dari air mani; lafal Basyar adalah sinonim dari lafal Insaan (lalu Dia
jadikan manusia itu punya keturunan) punya hubungan nasab (dan mushaharah)
punya hubungan mushaharah, misalnya seorang lelaki atau perempuan melakukan
perkawinan dengan pasangannya untuk memperoleh keturunan, maka hubungan kekeluargaan
dari perkawinan ini dinamakan hubungan Mushaharah (dan adalah Rabbmu Maha
Kuasa) untuk menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.
055. (Dan mereka menyembah) yakni orang-orang kafir
(selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka) dengan menyembahnya
(dan tidak pula memberi mudarat kepada mereka) jika tidak disembah, yang
dimaksud adalah berhala-berhala. (Adalah orang kafir itu selalu menentang
Rabbnya) selalu membantu setan dengan cara taat kepadanya dan menentang
Rabbnya.
056. (Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya
sebagai pembawa kabar gembira) (dan pemberi peringatan) yang memperingatkan
manusia tentang neraka.
057. (Katakanlah! "Aku tidak meminta kepada kalian
dalam menyampaikan hal ini) yakni menyampaikan apa yang aku diutus untuk
menyampaikannya (upah sedikit pun, melainkan) tetapi hanya mengharapkan
kepatuhan (orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Rabbnya) dengan cara
menginfakkan harta bendanya ke jalan keridaan-Nya, maka untuk hal ini aku tidak
mencegahnya.
058. (Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup Kekal
Yang tidak mati, dan bertasbihlah) seraya (memuji kepada-Nya) yakni,
katakanlah, 'Subhanallah Wal Hamdulillah' yang artinya; Maha Suci Allah dan
segala puji bagi Allah. (Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya)
lafal Bihi berta'alluq kepada lafal Dzunubi.
059. Dia adalah (Yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam hari) dari hari-hari dunia menurut
perkiraan; karena pada masa itu masih belum ada matahari. Akan tetapi jika Dia
menghendaki niscaya Dia dapat menciptakan kesemuanya dalam waktu sekejap saja.
Sengaja Dia memakai cara ini dengan maksud untuk mengajari makhluk-Nya supaya
berlaku perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa dalam segala hal (kemudian Dia
berkuasa di atas Arasy) arti kata Arasy menurut istilah bahasa adalah
singgasana raja. (yakni Allah Yang Maha Penyayang) lafal Ar-Rahmaan ini
berkedudukan menjadi Badal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Istawaa
Makna Istawaa ialah bersemayam, karena ungkapan inilah yang sesuai dengan
keagungan dan kebesaran-Nya (maka tanyakanlah) hai manusia (tentang Dia)
tentang Allah Yang Maha Pemurah (kepada orang yang mengetahui.")
tentang-Nya, dia akan menceritakan kepada-Mu mengenai sifat-sifat-Nya.
060. (Dan apabila dikatakan kepada mereka) yaitu penduduk
Mekah ("Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Pemurah", mereka
menjawab, "Siapakah Yang Maha Pemurah itu? Apakah kami akan sujud kepada
Tuhan yang kamu perintahkan kami bersujud kepada-Nya?") lafal Ta`muruuna
dapat dibaca Ya`muruuna dan yang memerintahkan kepada mereka untuk bersujud
adalah Nabi Muhammad. Makna ayat; kami tidak mengetahui-Nya, maka kami tidak
mau bersujud kepada-Nya (dan makin menambah mereka) perintah bersujud yang
ditujukan kepada mereka itu menambah mereka (semakin jauh) dari iman. Maka
Allah swt. berfirman,
061. (Maha Suci) yakni Maha Agung (Allah yang telah
menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang) yang ada dua belas, yaitu: Aries,
Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus,
Aquarius dan Pisces. Gugusan-gugusan tersebut merupakan garis edar dari tujuh
planet yang beredar, yaitu planet Mars mempunyai Aries dan Scorpio, Gemini dan
Virgo, planet Bulan mempunyai Cancer, planet Matahari mempunyai Leo, planet Yupiter
mempunyai Sagitarius dan Pisces, planet Uranus mempunyai Capricornus dan
Aquarius (dan Dia menjadikan padanya) juga (lampu) yakni matahari (dan bulan
yang bercahaya) menurut suatu qiraat lafal Siraajan dibaca Suruujan dengan
ungkapan jamak. Arti Muniiran adalah Nayyiraatin yakni yang bercahaya. Sengaja
di sini hanya disebutkan bulan di antara planet-planet tersebut karena
mengingat keutamaan yang dimilikinya.
062. (Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih
berganti) yakni satu sama lainnya saling silih berganti dengan yang lainnya
(bagi orang yang ingin mengambil pelajaran) dapat dibaca Yadzdzakkara dan
Yadzkura, yang pembahasannya sebagaimana pada ayat sebelumnya. Yakni, ia ingat
akan kebaikan yang tidak dilakukan pada salah satu di antaranya, kemudian ia
melakukan pada waktu yang lainnya, sebagai ganti dari apa yang tidak
dilakukannya di waktu yang pertama tadi (atau orang yang ingin bersyukur) atas
nikmat Rabb yang telah dilimpahkan kepadanya pada dua waktu itu.
063. (Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah itu) yakni
hamba-hamba-Nya yang baik. Lafal ayat ini dan kalimat sesudahnya, berkedudukan
menjadi Mubtada, yaitu sampai dengan firman-Nya, "Ulaika Yujzauna"
dan seterusnya, tanpa ada jumlah lain yang menyisipinya (yaitu orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati) dengan tenang dan rendah diri (dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka) mengajak mereka berbicara mengenai
hal-hal yang tidak disukainya (mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung
keselamatan) perkataan yang menghindarkan diri mereka dari dosa.
064. (Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan
bersujud kepada Rabb mereka) lafal Sujjadan merupakan bentuk jamak dari lafal
Saajidun (dan berdiri) pada malam harinya mereka mengerjakan salat.
065. (Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami!
Jauhkanlah azab Jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan
yang kekal") yang abadi.
066. (Sesungguhnya ia adalah seburuk-buruk) sejelek-jelek
(tempat menetap dan tempat kediaman) yakni Jahanam adalah tempat menetap dan
tempat tinggal yang paling buruk.
067. (Dan orang-orang yang apabila membelanjakan)
hartanya kepada anak-anak mereka (mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula
kikir) dapat dibaca Yaqturuu dan Yuqtiruu, artinya tidak mempersempit perbelanjaannya
(dan adalah) nafkah mereka (di antara yang demikian itu) di antara
berlebih-lebihan dan kikir (mengambil jalan pertengahan) yakni tengah-tengah.
068. (Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang
lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah) membunuhnya
(kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang
melakukan demikian itu) yakni salah satu di antara ketiga perbuatan tadi
(niscaya dia mendapat pembalasan dosanya) hukumannya.
069. (Yakni akan dilipatkan) menurut qiraat yang lain ia
dibaca Yudha'afu dengan ditasydidkan huruf `Ainnya (azab untuknya pada hari
kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu) Fi'il tadi bila dibaca Jazm yakni
Yudha'af dan Yakhlud maka kedudukannya menjadi Badal, jika keduanya dibaca
Rafa' yakni Yudha'afu dan Yakhludu berarti keduanya merupakan jumlah Isti'naf
(dalam keadaan terhina) lafal Muhaanan berkedudukan menjadi Hal atau keterangan
keadaan.
070. (Kecuali orang-orang yang bertobat dan mengerjakan
amal saleh) dari kalangan mereka (maka kejahatan mereka itu diganti Allah)
maksudnya dosa-dosa yang telah disebutkan tadi diganti oleh Allah (dengan
kebaikan) di akhirat kelak. (Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang) Dia tetap bersifat demikian.
071. (Dan orang yang bertobat) dari dosa-dosanya selain
dari orang-orang yang telah disebutkan tadi (dan mengerjakan amal saleh, maka
sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya) dia
kembali kepada-Nya dengan bertobat, maka Dia akan membalasnya dengan kebaikan.
072. (Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian
palsu) yakni kesaksian yang dusta dan batil (dan apabila mereka bertemu dengan
orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah) seperti
perkataan-perkataan yang buruk dan perbuatan-perbuatan yang lainnya (mereka
lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya) mereka berpaling daripadanya.
073. (Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan)
diberi nasihat dan pelajaran (dengan ayat-ayat Rabb mereka) yakni Alquran (mereka
tidak menghadapinya) mereka tidak menanggapinya (sebagai orang-orang yang tuli
dan buta) tetapi mereka menghadapinya dengan cara mendengarkannya sepenuh hati
dan memikirkan isinya serta mengambil manfaat daripadanya.
074. (Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami!
Anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami) ia dapat dibaca
secara jamak sehingga menjadi Dzurriyyaatinaa, dapat pula dibaca secara Mufrad,
yakni Dzurriyyatinaa (sebagai penyenang hati kami) artinya kami melihat mereka
selalu taat kepada-Mu (dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.") yakni pemimpin dalam kebaikan.
075. (Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan
martabat yang tinggi) di surga kelak (karena kesabaran mereka) di dalam
menjalankan taat kepada Allah (dan mereka disambut) dapat dibaca Yulaqqauna
dengan memakai Tasydid, sebagaimana dapat pula dibaca Yalqauna (di dalamnya)
yakni di surga yang paling tinggi martabatnya itu (dengan penghormatan dan
ucapan selamat) dari para Malaikat.
076. (Mereka kekal di dalamnya, surga itulah sebaik-baik
tempat menetap dan tempat kediaman) yakni tempat kediaman buat mereka. Lafal
Ulaaika dan sesudahnya menjadi Khabar dari lafal 'Ibaadur Rahmaan pada ayat 63
tadi.
077. (Katakanlah,) hai Muhammad kepada penduduk Mekah
("Tiada) lafal Maa bermakna Nafi (mengindahkan) menghiraukan (Rabbku akan
kalian melainkan kalau ada ibadah kalian) kepada-Nya di waktu kalian tertimpa
kesengsaraan dan musibah, kemudian Dia menghilangkannya dari kalian (padahal
sesungguhnya) maksudnya mana mungkin Dia memperhatikan kalian, (sedangkan
kalian telah mendustakan) Rasul dan Alquran (karena itu kelak akan ada) azab
(yang pasti.") menimpa kalian di akhirat, selain daripada azab yang akan
menimpa kalian di dunia. Akhirnya di antara mereka banyak yang terbunuh di
dalam perang Badar; jumlah mereka yang terbunuh ada tujuh puluh orang.
Sedangkan yang menjadi Jawab dari lafal Laulaa terkandung di dalam pengertian
kalimat yang sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar