002. (Dan jika mereka melihat) yaitu orang-orang kafir Quraisy (sesuatu
tanda) suatu mukjizat yang timbul dari Nabi saw. (mereka berpaling dan berkata,)
"Ini adalah (sihir yang kuat) sihir yang paling kuat", berasal dari kata Al
Mirrah; artinya kuat atau terus menerus.
003. (Dan mereka mendustakan) Nabi saw. (dan mengikuti hawa nafsu
mereka) dalam perkara yang batil (sedangkan tiap-tiap urusan) atau perkara yang
baik dan perkara yang buruk (telah ada ketetapannya) bagi pemiliknya
masing-masing, yaitu adakalanya masuk ke surga atau ke neraka.
004. (Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah)
berita-berita tentang dibinasakan-Nya umat-umat yang telah mendustakan
rasul-rasul mereka (yang di dalamnya terdapat cegahan) bagi mereka untuk
melakukan hal yang serupa. Lafal Muzdajar adalah Mashdar atau Isim yang
menunjukkan arti tempat, sedangkan huruf Dal-nya merupakan pergantian dari Ta
Wazan Ifta'ala. Bila dikatakan Izdajartuhu atau Zajartuhu maka artinya, aku
mencegahnya dengan keras. Huruf Maa adalah Maushulah atau Maa Maushufah.
005. (Itulah suatu hikmah) merupakan Khabar dari Mubtada yang tidak
disebutkan, atau menjadi Badal dari lafal Maa, atau dari lafal Muzdajir (yang
sempurna) maksudnya, hikmah yang lengkap (tetapi tiada berguna) tidak ada
gunanya bagi mereka (peringatan-peringatan itu) lafal An Nudzur adalah bentuk
jamak dari lafal Nadziirun yang bermakna Mundzirun, yakni hal-hal yang dijadikan
peringatan buat mereka. Lafal Maa boleh dikatakan sebagai huruf Nafi atau
Istifham Inkari; jika dianggap sebagai Istifham Inkari berarti kedudukannya
sebagai Maf'ul Muqaddam.
006. (Maka berpalinglah kamu dari mereka) menjadi pelengkap atau
kesimpulan dari pembahasan sebelumnya (pada hari ketika penyeru memanggil) yaitu
malaikat Israfil. Yang menashabkan lafal Yauma adalah lafal Yakhrujuuna yang
disebutkan dalam ayat berikutnya, artinya, sesudah mereka keluar dari kuburnya
masing-masing yaitu, ketika sang penyeru memanggil mereka (kepada sesuatu yang
tidak menyenangkan) dapat dibaca Nukur atau Nukr, artinya, hal yang paling tidak
disukai oleh jiwa manusia yaitu, hari penghisaban amal perbuatan.
007. (Sambil menundukkan) keadaan mereka pada saat itu hina Menurut
suatu qiraat dibaca Khaasyi'an (pandangan-pandangan mereka) lafal Khusysya'an
menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari Fa'il (mereka keluar) yakni
manusia semuanya (dari kuburan) dari tempat-tempat mereka dikuburkan
(seakan-akan mereka belalang yang beterbangan) mereka tidak mengetahui hendak ke
manakah tujuan mereka, karena tercekam oleh rasa takut dan bimbang yang amat
sangat. Jumlah kalimat Ka annahum dan seterusnya menjadi Hal dari Fa'il yang
terkandung di dalam lafal Yakhrujuna, demikian pula firman selanjutnya,
yaitu,
008. (Mereka datang dengan cepat) seraya menjulurkan leher-leher mereka
(kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata) orang-orang kafir di antara
mereka mengatakan, ("Ini adalah hari yang berat") atau sulit bagi orang-orang
kafir, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surah Al Muddatstsir melalui
firman-Nya, "Hari yang sulit bagi orang-orang kafir." (Q.S. Al-Muddatstsir
9-10)
009. (Sebelum mereka telah mendustakan -pula -) yakni sebelum
orang-orang Quraisy (kaum Nuh) dita`nits kannya lafal Kadzdzabat karena
memandang segi makna yang terkandung dalam lafal Qaumun (maka mereka mendustakan
hamba Kami) yakni Nabi Nuh (dan mereka mengatakan, "Dia seorang gila dan dia
sudah pernah diberi ancaman") pernah diperingatkan oleh mereka dengan caci-maki
dan lain sebagainya.
010. (Maka dia mengadu kepada Rabbnya, "Bahwasanya aku ini) dibaca Annii
artinya, bahwa aku ini (adalah orang yang dikalahkan, oleh karena itu
menangkanlah aku")
011. (Maka Kami bukakan) dapat dibaca Fafatahnaa atau Fafattahnaa
(pintu-pintu langit dengan menurunkan air yang tercurah) air yang ditumpahkan
dari langit dengan sangat derasnya.
012. (Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air) yang
menyumber dengan derasnya (maka bertemulah air-air itu) yaitu air yang
ditumpahkan dari langit dan air yang disemburkan dari bumi (untuk suatu urusan)
berkedudukan menjadi Hal (yang sungguh telah ditetapkan) yang telah dipastikan
di zaman Azali, yaitu bahwa mereka dibinasakan dengan ditenggelamkan.
013. (Dan Kami angkut dia) yakni Nabi Nuh (ke atas) bahtera (yang
terbuat dari papan dan paku) lafal Dusur artinya benda-benda yang dipakai untuk
menyambung kayu-kayu, baik berupa paku atau benda-benda lainnya, bentuk
tunggalnya adalah Disaarun yang wazannya sama dengan lafal Kitaabun
014. (Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami) atau dalam pengawasan Kami
(sebagai balasan) dinashabkan oleh Fi'il yang diperkirakan keberadaannya, yakni
mereka ditenggelamkan sebagai pertanda kemenangan (bagi orang yang diingkari)
yaitu bagi Nabi Nuh a.s. Dan menurut suatu qiraat lafal Kufira dibaca Kafar,
artinya, mereka ditenggelamkan sebagai hukuman bagi mereka yang kafir.
015. (Dan sesungguhnya telah Kami tinggalkan) telah Kami biarkan
perbuatan Kami itu (sebagai tanda) bagi orang yang mau mengambilnya sebagai
pelajaran buat dirinya. Makna yang dimaksud ialah, berita mengenai banjir besar
ini telah tersiar dan tetap lestari ketenarannya (maka adakah orang yang mau
mengambil pelajaran?) untuk menasihati dirinya. Asal lafal Muddakir adalah
Mudztakir, lalu huruf Ta diganti menjadi Dal, demikian pula huruf Dzal diganti
menjadi Dal, lalu keduanya diidgamkan menjadi satu sehingga jadilah
Muddakir.
016. (Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku)
peringatan-Ku, Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir. Lafal
Kaifa adalah Khabar dari lafal Kaana, menunjukkan makna pertanyaan tentang
keadaan. Pengertiannya ialah menganggap orang-orang yang diajak berbicara telah
mengakui terjadinya. azab Allah swt. yang telah menimpa orang-orang yang
mendustakan Nabi Nuh.
017. (Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran) Kami
telah memudahkannya untuk dihafal dan Kami telah mempersiapkannya untuk mudah
diingat (maka adakah orang yang mengambil pelajaran?) yang mau mengambilnya
sebagai pelajaran dan menghafalnya. Istifham di sini mengandung makna perintah
yakni, hafalkanlah Alquran itu oleh kalian dan ambillah sebagai nasihat buat
diri kalian. Sebab tidak ada orang yang lebih hafal tentang Alquran selain
daripada orang yang mengambilnya sebagai nasihat buat dirinya.
018. (Kaum Ad pun telah mendustakan) nabi mereka yaitu Nabi Hud, karena
itu mereka diazab. (Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku)
peringatan-Ku kepada mereka, bahwa mereka akan Kami azab sebelum azab itu turun
menimpa mereka. Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya.
019. (Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang
sangat kencang) sangat keras suaranya dan kuat sekali (pada hari nahas) atau
pada hari yang sial (yang terus-menerus) yakin kesialannya terus-menerus. Atau
sangat kuat sialnya, hal itu terjadi pada hari Rabu di penghujung bulan.
020. (Yang mencabut manusia) yang menghempaskan mereka dari tempat
perlindungannya di bawah tanah, kemudian angin itu menjatuhkannya ke kepala
mereka sehingga matilah mereka semua dan terpisahlah kepala dari tubuh mereka
(seakan-akan mereka) yakni keadaan mereka pada waktu itu sebagaimana yang telah
disebutkan tadi (pokok-pokok) atau batang-batang (kurma yang tumbang) maksudnya,
keadaan mereka ketika itu bagaikan pokok-pokok kurma yang tumbang ke bumi.
Mereka diserupakan dengan pokok kurma karena keadaan tubuh mereka yang
tinggi-tinggi. Lafal Munqa'ir disebutkan ayat ini dalam bentuk Mudzakkar,
sedangkan di dalam surah Al Haaqqah kata sifatnya disebutkan dalam bentuk
Ta`nits yaitu, di dalam firman-Nya, "batang-batang pohon kurma yang telah kosong
(lapuk)." (Q.S. Al-Haaqqah, 7) Demikian itu karena demi memelihara kesamaan
bunyi pada akhir ayat pada kedua tempat tersebut.
021. (Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku)
022. (Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mengambil pelajaran?)
023. (Kaum Tsamud pun telah mendustakan ancaman-ancaman itu) lafal An
Nudzur adalah bentuk jamak dari lafal Nadziirun yang bermakna Mundzirun, yaitu
perkara-perkara yang dijadikan peringatan oleh nabi mereka (Nabi Saleh) jika
mereka tidak mau beriman dan tidak mau mengikutinya.
024. (Maka mereka berkata, "Apakah kepada manusia) lafal Basyaran
dinashabkan karena Isytighal (yakni seseorang di antara kami) kedua lafal ini
menjadi sifat bagi lafal Basyaran (kami harus mengikutinya) merupakan penafsir
dari Fi'il yang menashabkan lafal Basyaran. Istifham atau kata tanya di sini
mengandung makna Nafi atau negatif. Maksudnya, bagaimana kami harus mengikutinya
sedangkan kami adalah golongan mayoritas dan dia adalah seseorang di antara
kami, lagi dia bukanlah seorang raja. Maksud mereka ialah bahwa mereka tidak mau
mengikutinya. (Sesungguhnya kami kalau demikian) jika kami mengikutinya
(benar-benar berada dalam kesesatan) atau menyimpang dari kebenaran (dan gila)
atau tidak berakal waras.
025. (Apakah diturunkan) boleh dibaca Tahqiq dan boleh pula dibaca
Tas-hil (wahyu itu) peringatan itu (kepadanya di antara kita) maksudnya, tidak
pantas wahyu diturunkan kepadanya. (Sebenarnya dia adalah seorang yang amat
pendusta) di dalam pengakuannya itu yang menyatakan bahwa hal tersebut telah
diwahyukan kepadanya (lagi sombong") congkak dan takabur. Lalu Allah
berfirman,
026. ("Kelak mereka akan mengetahui) di akhirat nanti (siapakah yang
sebenarnya amat pendusta lagi sombong") dia ataukah mereka? Kelak Allah pasti
akan mengazab mereka yang telah mendustakan nabinya yakni, Nabi Saleh.
027. (Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina) yaitu mengeluarkan
unta dari batu besar yang terdapat di lembah tempat mereka sebagaimana yang
mereka minta (sebagai cobaan) ujian (bagi mereka) Kami lakukan hal itu guna
mencoba mereka (maka tunggulah mereka) hai Saleh apa yang akan mereka kerjakan
dan apa yang akan ditimpakan kepada mereka (dan bersabarlah) atas perlakuan
mereka yang menyakitkan itu terhadap dirimu. Lafal Ishthabir pada asalnya adalah
Ishtabir, kemudian huruf Ta diganti menjadi huruf Tha sehingga jadilah
Ishthabir, maknanya bersabarlah kamu.
028. (Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi)
dibagi-bagi (antara mereka) dengan unta betina itu; yakni sehari buat mereka dan
hari yang lainnya buat unta betina, demikianlah seterusnya (tiap-tiap minum)
bagian air (dihadiri) oleh yang punya giliran, yakni kaum Nabi Saleh dan unta
betina. Akhirnya lama kelamaan mereka merasa bosan dengan adanya pembagian ini,
lalu mereka bersepakat untuk membunuh unta betina itu.
029. (Maka mereka memanggil kawannya) yaitu seorang yang gagah perkasa
untuk membunuh unta betina itu (lalu kawannya itu menangkap) unta itu seraya
menghunus pedangnya (dan menyembelihnya) menyembelih unta betina itu dengan
pedangnya dan membunuhnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh mereka.
030. (Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku) yakni
peringatan-Ku terhadap mereka sebelum azab diturunkan kepada mereka. Lalu Allah
menjelaskan hal ini melalui firman selanjutnya,
031. ("Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras
mengguntur, maka jadilah mereka seperti kayu-kayu kering yang dijadikan sebagai
kandang kambing") Al Muhtazhar artinya pohon dan duri-duri yang kering kemudian
dijadikan sebagai kandang kambing untuk menjaga kambing-kambing dari sergapan
binatang buas seperti serigala dan binatang pemangsa lainnya. Dan kayu-kayu atau
duri-duri kering yang terjatuh dari kandang tersebut lalu diinjak-injak oleh
kambing dinamakan Al Hasyiim.
032. (Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mau mengambil pelajaran?)
033. (Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman itu) mendustakan
hal-hal yang diancamkan kepada mereka melalui lisan Nabi Luth.
034. (Sesungguhnya Kami telah mengembuskan kepada mereka angin yang
membawa terbang batu-batu) yakni angin yang melempari mereka dengan batu-batu
yang diterbangkannya. Al Hashbaa adalah batu-batu kecil yang besarnya lebih
kecil dari genggaman tangan; akhirnya binasalah mereka karenanya (kecuali
keluarga Luth) mereka adalah Nabi Luth dan kedua orang putrinya. (Mereka Kami
selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing) berasal dari lafal As-haar
artinya, waktu menjelang subuh dari hari yang tidak ditentukan. Dan seandainya
hari yang dimaksud adalah hari yang ditentukan, niscaya ungkapannya tidak
memakai harakat Tanwin karena termasuk Isim yang Ma'rifat dan dima'dul dari
lafal As Sahar. Karena, bila dimaksud sebagai hari yang ditentukan pasti memakai
Alif dan Lam. Apakah batu kerikil itu dihembuskan kepada keluarga Nabi Luth atau
tidak? Sehubungan dengan hal ini ada dua pendapat. Menurut pendapat pertama
yakni dihembuskan juga, berarti Istisna di sini bersifat Muttashil. Menurut
pendapat kedua yakni, tidak dihembuskan berarti Istitsnanya bersifat Munqathi'.
Akan tetapi pada akhirnya keluarga Nabi Luth diselamatkan dari azab itu.
035. (sebagai nikmat) menjadi mashdar, artinya sebagai pemberian nikmat.
(dari sisi Kami. Demikianlah) sebagaimana pembalasan tersebut (Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur) terhadap nikmat-nikmat Kami; dia
adalah orang mukmin atau orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta
menaati keduanya.
036. (Dan sesungguhnya dia telah memperingatkan kepada mereka) yaitu
Nabi Luth telah memberi peringatan kepada mereka (akan azab Kami) akan
pembalasan Kami kepada mereka melalui azab-Nya (maka mereka mendustakan) mereka
membantah dan mendustakan (ancaman-ancaman itu) ancaman-ancaman Nabi
Luth.
037. (Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya agar menyerahkan
tamunya) mereka membujuknya supaya dia membiarkan mereka dengan orang-orang yang
datang kepadanya sebagai tamu. Mereka bermaksud akan berbuat homosex dengan para
tamunya itu, padahal para tamunya itu adalah malaikat-malaikat yang menjelma
menjadi manusia (lalu Kami butakan mata mereka) Kami jadikan buta mata mereka
dan Kami jadikan mata mereka tertutup rapat atau rata, sama rata dengan bagian
muka yang lainnya. Yaitu, setelah malaikat Jibril menampar mereka dengan
sayapnya (maka rasakanlah) maksudnya, Kami berkata kepada mereka, "Rasakanlah
oleh kalian (azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku) ini". Yakni, ancaman dan
peringatan-Ku ini; makna yang dimaksud adalah buah dan akibat daripada
ancaman-Ku.
038. (Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa) yaitu, di waktu
subuh dari hari yang tidak ditentukan itu (azab yang kekal) azab yang
terus-menerus hingga sampai kepada saatnya azab akhirat.
039. (Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku)
040. (Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka
sudah adakah orang yang mengambil pelajaran?).
041. (Dan sesungguhnya telah datang kepada kaum Firaun) kepada Firaun
dan kaumnya (ancaman-ancaman itu) ancaman-Ku melalui lisan Nabi Musa dan Nabi
Harun, tetapi mereka masih tetap tidak mau beriman. Bahkan,
042. (mereka mendustakan ayat-ayat Kami kesemuanya) yakni sembilan ayat
yang diberikan kepada Nabi Musa (lalu Kami azab mereka) yakni, Kami turunkan
azab kepada mereka (sebagai azab dari Yang Maha Perkasa) Yang Maha Kuat (lagi
Maha Kuasa) tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan dan
menghalang-halangi-Nya.
043. (Apakah orang-orang kafir kalian) hai orang-orang Quraisy (lebih
baik daripada mereka itu) yang telah disebutkan yaitu, mulai dari kaum Nabi Nuh
hingga sampai kepada Firaun dan kaumnya yang tidak mendapatkan ampunan (atau
apakah kalian telah mempunyai) hai orang-orang kafir Quraisy (jaminan kebebasan)
dari azab (dalam kitab-kitab) yang terdahulu. Istifham yang terdapat pada dua
tempat ini mengandung makna Nafi artinya, kenyataannya tidaklah demikian.
044. (Atau apakah mereka mengatakan) yakni orang-orang kafir Quraisy,
("Kami adalah suatu golongan yang bersatu) orang-orang yang bersatu dalam satu
golongan (yang pasti menang") atas Muhammad. Sewaktu Abu Jahal mengatakan dalam
perang Badar, bahwa sesungguhnya kami adalah golongan yang bersatu yang pasti
menang. Maka turunlah firman-Nya,
045. ("Golongan Itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke
belakang") akhirnya mereka dikalahkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam perang
Badar, dan Nabi Muhammad saw. mendapat kemenangan yang gemilang atas
mereka.
046. (Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka)
yaitu azab akan ditimpakan kepada mereka (dan kiamat itu) azab hari kiamat itu
(lebih dahsyat) lebih besar bencananya (lagi lebih pahit) jauh lebih pahit
daripada azab di dunia.
047. (Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan)
dalam kebinasaan, mereka akan terbunuh di dunia (dan dalam neraka) neraka yang
besar nyalanya. Maksudnya, kelak di akhirat mereka akan dimasukkan ke dalam
neraka yang apinya menyala-nyala.
048. (Pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka) di akhirat
kelak, lalu dikatakan kepada mereka ("Rasakanlah sentuhan api neraka")
rasakanlah panasnya api neraka Jahanam ini oleh kalian.
049. (Sesungguhnya segala sesuatu itu Kami) dinashabkan oleh Fi'il yang
terdapat pada firman selanjutnya yang berfungsi menafsirkannya (ciptakan menurut
ukuran) masing-masing. Menurut suatu qiraat lafal Kulla dibaca KuIlu dan
dianggap sebagai Mubtada, sedangkan Khabarnya adalah lafal Khalaqnaahu.
050. (Dan tiada lain perintah Kami) terhadap sesuatu yang Kami kehendaki
ada (hanyalah) sekali (satu firman seperti kejapan mata) dalam hal kecepatannya,
yaitu melalui firman-Nya 'Kun' yakni adalah kamu, maka sesuatu yang dikehendaki
itu langsung ada dengan seketika; pengertian ini diungkapkan pula oleh firman
lainnya, yaitu, "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah', maka terjadilah ia." (Q.S. Yaasin,
82)
051. (Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan
kalian) dalam kekafirannya dari umat-umat terdahulu. (Maka adakah orang yang mau
mengambil pelajaran?) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna perintah
yakni, ingatlah kalian dan ambillah hal ini sebagai pelajaran buat
kalian!
052. (Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat) apa yang telah
dikerjakan oleh semua hamba-hamba Allah telah tercatat (di dalam buku-buku)
catatan amal perbuatan.
053. (Dan segala urusan yang kecil maupun besar) berupa dosa atau amal
perbuatan (adalah tertulis) tercatat di Lohmahfuz.
054. (Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam surga-surga)
taman-taman (dan sungai-sungai makna yang dimaksud adalah jenisnya. Menurut
suatu qiraat lafal Nahar dibaca Nuhur dalam bentuk jamak, yang wazannya sama
dengan lafal Asadun bila dijamakkan menjadi Usudun. Makna yang dimaksud ialah,
bahwa mereka meminum dari sungai-sungai surga itu air, susu, madu dan
khamar.
055. (Di tempat yang benar) di majelis yang benar, karena tidak ada
perkataan yang tidak berguna dan tidak pula ada perkataan yang berdosa di
dalamnya; pengertian Maq'ad di sini adalah ditinjau dari segi jenisnya. Menurut
qiraat yang lain lafal Maq'ad dibaca dalam bentuk jamak yaitu Maqaa'id. Makna
yang dimaksud ialah bahwa ahli surga itu berada di dalam majelis-majelis surga
dalam keadaan bebas dari perkataan yang tidak ada gunanya dan bebas pula dari
hal-hal yang berdosa, keadaan mereka berbeda dengan keadaan majelis-majelis di
dunia. Karena sesungguhnya majelis-majelis di dunia itu jarang sekali bebas dari
hal-hal tersebut. Lafal ayat ini berkedudukan sebagai Khabar yang kedua, dan
lafal Shidqin menjadi Badal dari lafal Shaadiqin, yakni Badal Ba'dh atau lainnya
(di sisi Yang Maha Raja) merupakan perumpamaan yang mengandung makna Mubalaghah,
yakni Maha Raja Yang Maha Perkasa lagi Maha Luas (lagi Maha Berkuasa) tiada
sesuatu pun yang melemahkan-Nya, Dia adalah Allah swt. Lafal 'Inda menunjukkan
isyarat yang mengandung makna derajat dan kedudukan mereka yang dekat di
sisi-Nya, sebagai anugerah dari Allah swt. kepada para penghuni
surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar